Jumat, 18 April 2014

Tergoda Tante Mona


saja namaku Setio, usiaku 32 tahun, sudah empat tahun perkawinanku
tapi seorang anak belum kami dapatkan. Karena cintaku pada istriku, tidak
ada niat untukku berselingkuh, tapi sejak perkenalanku dengan wanita itu,
aku tergoda untuk selingkuh. Perkenalanku dengan wanita itu berawal 2
tahun yang lalu, saat kakak istriku mau menikah, kami mengunjungi rumah
calon mempelai wanita untuk melamar, aku melihat seorang wanita berumur
kira-kira 50 tahunan yang kutahu dia adalah istri dari pamannya calon
pengantin wanita, dan kutahu kemudian namanya Tante Mona, karena kami
CERITA SEX sama-sama panitia perkawinan iparku.


www.ceritasex17tahun.com Merupakan Situs CERITA SEX,Seks,Dewasa dan Mesum terupdate di Indonesia
CERITA SEKS Awalnya kuanggap biasa perkenalan ini, tetapi pada waktu hari perkawinan
iparku, aku terpana melihat kecantikan Tante Mona yang memakai baju kebaya
bordiran, sehingga lekuk tubuh dan bentuk payudaranya terbayang ditutupi
kemben (pakaian kain Jawa) hitam yang membuatku ingin sekali melirik
kemana perginya Tante Mona dan membayangkannya di saat Tante Mona
telanjang.Setelah acara pernikahan itu selesai, otomatis kami jarang sekali bertemu,
karena Tante Mona harus menemani suaminya yang tugas di Surabaya. Hampir
satu tahun lamanya aku ingin melupakan dirinya, tetapi ketika iparku
memiliki anak, aku bertemu lagi dengan Tante Mona pada waktu menengok
bayi. Saat itu Tante Mona mengenakan baju dan jeans ketat, sehingga lekuk
tubuhnya membayangi lagi pikiranku yang terbawa hingga kutidur.

CERITA MESUM Sebulan kemudian, ketika acara syukuran bayi iparku, tante Mona datang
dengan suaminya dan ibunya Tante Mona yang duduk di kursi roda akibat
sakit stroke yang katanya sudah 4 tahun diderita. Dan dari iparku,
SITUS CERITA MESUM kuketahui Tante Mona sekarang satu bulan di Jakarta untuk menjaga ibunya
dan satu minggu menemani suaminya di Surabaya.

Seminggu setelah itu, temanku datang ke rumah untuk menawarkan bisnis
"MLM" berbasis food suplement yang dapat membuat beberapa penyakit sembuh.
Langsung pikiranku tertuju kepada ibunya Tante Mona. Setelah dapat nomor
telpon Tante Mona dari iparku, aku langsung menghubunginya. Setelah
obrolan kami, Tante Mona setuju untuk mencobanya terlebih dahulu. Keesokan
harinya, ketika aku mengantar obat itu, aku berharap bisa ketemu Tante
Mona, tapi karena ibunya sedang anval, otomatis aku hanya bertemu
pembantunya.

SITUS CERITA SEX Satu minggu kemudian, tiba-tiba HP-ku berdering, sebenarnya aku malas
menerimanya karena nomor yang tertera tidak kukenal, tapi dengan agak
malas kuterima juga telpon itu yang rupanya dari Tante Mona.
"Dik.. Setio, ya..? Disini Tante Mona."
"Eh.. iya Tante.. apa khabar..?"
"Wah.., Dik.. tante senang loh kayaknya obat yang adik kirim buat ibu
bagus sekali, ibu sekarang sudah nggak pakai kursi roda lagi.. kalau
begitu tante pesan lagi yach..? Kapan bisa kirim..?"
"Selamet deh Tante.. eng.. kalau begitu besok siang deh.. Tante.. saya
kirim ke rumah..!"
"Ya.. sudah.. sampai besok yach..!"

Keesokannya, pukul 11:00 aku ke rumah Tante Mona. Ketika sampai, aku
disuruh menunggu oleh pembantunya di ruangan yang sepertinya ruang
perpustakaan. Tidak lama kemudian Tante Mona muncul dari pintu yang lain
dari tempat kumasuk ruangan itu. Saat itu Tante Mona mengenakan baju model
jubah mandi yang panjang dengan tali di pinggangnya, dan mempersilakan aku
duduk di sofa yang dia pun ikut duduk, sehingga kami berhadapan. Ketika
dia duduk, satu kakinya disilangkan ke kaki yang lain, sehingga betisnya
yang bunting padi dan putih bersih terlihat olehku, membuat pikiran
kotorku kepada Tante Mona muncul lagi.

Kami mengobrol panjang lebar, Tante Mona menanyakan hal tentang
perkawinanku yang sudah 4 tahun tetapi belum dikaruniai keturunan,
sedangkan dia menceritakan bahwa sebenarnya Tante Mona menikah disaat
suaminya telah mempunyai anak yang sekarang sudah kuliah. Setelah hampir
satu jam kami mengobrol, Tante Mona mengatakan padaku bahwa ia senang
kalau ibunya sudah agak membaik.
"Oh.. ya berapa nih harga obatnya..?"
"Ah.. sudah Tante, nggak usah, gratis kok, tujuan saya khan yang penting
Ibu bisa baik."
"Ah.. nggak lah Dik, Tante ambil dulu yach uangnya di kamar."

Tante Mona berdiri dan masuk ke pintu tempat tadi dia datang, tapi pintu
itu dibiarkannya terbuka, sehingga kulihat kalau kamar di sebelah ruang
kududuk adalah kamar tidur Tante Mona. Dari dalam dia teriak ke arahku
menanyakan harganya sambil memanggilku.
"Dik.. Setio, berapa sih harganya..? Kamu sini deh..!"
Dengan agak ragu karena perasaanku tidak enak masuk kamar orang lain,
kuhampiri juga Tante Mona.

Begitu sampai di pintu, aku seperti melihat suatu mukjizat, dan tiba-tiba
perasaanku terhadap Tante Mona yang pernah ada dalam pikiranku muncul.
Tante Mona berdiri di samping tempat tidurnya dengan jubah yang dipakainya
telah tergeletak di bawah kakinya. Aku melihat tanpa berkedip tubuh Tante
Mona yang sedang berdiri telanjang dada dan pangkal pahanya tertutup
celana dalam berwarna pink memperlihatkan sekumpulan bulu hitam di
tengah-tengahnya.
"Dik, kalau kamu nggak mau dibayar sama uang, sama nafsu Tante Mona aja
yach..? Kamu mau khan..?"
"E.. e.. eng.. bb.. boleh deh Tante..!"

Tiba-tiba kali ini aku bisa melihat Tante Mona yang setengah bugil dan
memohon kepadaku untuk melayani nafsunya, kuhampiri dia sambil menutup
pintu. Bentuk tubuh Tante Mona sungguh indah di mataku, kulitnya putih
bersih, payudara yang berukuran 36B berdiri dengan tegaknya seakan
menantangku, lekukan paha dan kaki jenjangnya yang indah dan betisnya yang
bunting padi, persis bentuk tubuhnya penyanyi Jennifer Lopez. Aku seakan
tidak bisa menelan ludahku karena Tante Mona sekarang tepat berdiri di
depanku. 

"Dik.. Setio, layani Tante yach..! Soalnya sudah dua bulan Tante tidak
dijamah Om.."
"Iya.. Tante, ta.. tapi.. kalau anak-anak Tante datang gimana..?"
"Anak-anak kalau pulang jam 5:00 sore, lagi itu kan anak-anaknya Om."
"Ok.. deh Tante, Tante tau nggak, kalau hal ini sudah saya impikan sejak
pernikahan Desi, soalnya Tante seksi banget sih waktu itu."
"Sekarang.. sudah nggak seksi dong..?"
"Oh.. masih.. apa lagi sekarang, Tante kelihatan lebih seksi."

Bibir tipisnya mencium bibirku dengan hangat, sesekali lidahnya dimainkan
di mulutku, aku pun membalasnya dengan lidahku. Tangan lembutnya mulai
melepaskan dasi dan bajuku hingga kami sudah telanjang bagian atasnya.
Dada bidangku mulai diciumi dengan nafsunya, sementara lehernya dan
pundaknya kuciumi. Wangi tubuhnya membuat nafsuku juga meningkat, sehingga
batangku mulai mengeras mendesak celana dalamku. Tangannya mengelus
celanaku di bagian batangku yang sudah mengeras, sedangkan aku mulai
memainkan mulutku di payudaranya yang terbungkus kulit putih bersih,
putingnya yang putih kemerahan sudah jadi bulan-bulanan lidah dan gigiku,
kugigit dan kusedot, sehingga Tante Mona mengelinjang dan makin keras
tangannya mencengkram batangku.

Celana panjangku mulai dibuka dengan tangan kirinya, lalu celana dalamku
ditarik turun sehingga batangku sudah dipegang tangan halusnya dan mulai
mengocok batangku.
"Dik.. batangmu besar sekali yach..? Kalau punya Om paling setengahnya
aja, berapa sih besarnya..?"
"Kalau panjangnya 20 cm, kalau diameternya 4 cm."
"Wah.. gede banget yach.. pasti Tante puas deh.., boleh Tante isap
nggak.."
Aku hanya mengangguk, Tante mona langsung jongkok di hadapanku, batangku
dipegangnya lalu dimainkan lidahnya pada kepala batangku, membuatku agak
gelisah keenakan. Batangku yang besar berusaha dimasukkan ke dalam mulut
mungilnya, tetapi tidak bisa, akhirnya kepala batangku digigit mulut
mungilnya.

Kira-kira 15 menit, dia berdiri setelah kelelahan mengulum batangku, lalu
dia merebahkan dirinya di sisi tempat tidur. Kali ini aku yang jongkok
tepat di sisi kedua kakinya, tangan kananku melepaskan celana dalam
pinknya, saat itu juga aroma wangi langsung bertebaran di ruangan yang
rupanya aroma itu adalah aroma dari vagina Tante Mona yang bentuknya
sangat indah ditutupi bulu-bulu halus di sekitar liang vaginanya.
"Ah.. Tante Mon.. vagina Tante harum sekali, boleh saya jilatin..?"
"Ah.. jangan Dik.. kamu nggak jijik, soalnya si Om nggak pernah
menjilatinya."
"Wah.. payah si Om.. vagina itu paling enak kalau dijilatin, mau yach..
Tante.. enak.. kok..!"
"Iya deh.. kalau kamu nggak jijik."

Paha putihnya sudah kuusap lembut dengan tangan kiriku, sementara jari
tengah tangan kananku mulai menjamah liang vaginanya.
Kulihat Tante Mona melirik ke arahku sambil berkata, "Dik.. jilatnya yang
enak yah..!"
Aku hanya mengangguk sambil mulai kutempelkan lidahku pada liang vaginanya
yang rupanya selain wangi rasanya pun agak manis, membuatku semakin
bernafsu untuk menjilatinya, sementara kulirik Tante Mona sedang merasakan
geli-geli keenakan.
"Ah.. ah.. ssh.. argh.. iya.. yach.. Dik.. enak deh rasanya.. wah kalau
gini.. besok-besok mainnya sama Dik Setio aja deh.. sama Om.. ntar-ntar
deh.. abis.. enak.. banget.. sih.. Dik Setio mau khan..? Ah.. argh..!"

Aku tidak menjawab karena lidahku sudah menemukan biji klitoris yang
rasanya lebih manis lagi dari liangnya, sehingga makin cepat kujilati.
Rasa manisnya seakan-akan tidak pernah hilang. Tante Mona semakin
menggelinjang tidak karuan, sementara tangannya menekan kepalaku yang
seakan dia tidak mau kalau kulepaskan lidahku dari biji klitorisnya.
Hampir 30 menit klitoris manis itu kujilati ketika tiba-tiba tubuh Tante
Mona mengejang-ngejang, dan dari klitoris itu mengalir deras cairan putih
bersih, kental dan rasanya lebih manis dari biji klitoris, sehingga dengan
cepat kutangkap dengan lidahku, lalu kutelan cairan itu sampai habis.
Tante Mona pun mendesah dan langsung tubuhnya lemas.

"Argh.. argh.. agh.. ssh.. sshh.. eegh.. eegh.. Dik.. Setio.. enak..
buangget.. deh.. kamu.. pintar.. membuat.. Tante.. keluar.. yang belum
pernah Tante.. keluarin dengan cara begini.. kamu.. hebat deh, agh..
agh..!"
SITUS CERITA SEKS Kuubah posisi Tante Mona, kali ini kakinya terjuntai ke bawah, lalu
kuposisikan batangku tepat di liang kemaluannya yang masih agak basah.
Dengan jariku, kurenggangkan liang vaginanya, lalu dengan sedikit
hentakan, batang kejantananku kudorong masuk, tapi agaknya vagina itu
masih agak sempit, mungkin karena batangku yang besar. Kucoba lagi hingga
5 kali tapi belum bisa masuk.

"Tante.. Vagina Tante.. sempit.. yach.. padahal saya sudah tekan
berkali-kali.."
"Iya.. dik.. mungkin karena belum pernah melahirkan.. yach.. tapi tekan..
aja terus.. biar batang adik.. masuk.. nggak apa-apa kok.. kalau sampai
vagina saya robek.."
Kucoba lagi batangku kutekan ke dalam vagina Tante Mona. Akhirnya setelah
15 kali, Tante Mona menjerit keenakan, masuklah batang kejantananku yang
super besar itu merobek liang kewanitaannya.

"Ooowww.. argh.. argh.. gila.. hegk.. hegk.. gede.. banget.. sich.. Dik
batangmu rasanya nembus ke perut Tante nich.. tapi.. enak.. banget dech..
trus.. Dik.. trus.. tekannya.. argh.. argh..!" desahnya tidak menentu.
Kulihat Tante Mona berceracau sambil dengan perutnya berusaha menahan
batangku yang masuk lubang kenikmatannya. Kutekan keluar masuk batangku
pada vaginanya berkali-kali, tangannya memegang perutku berusaha menahan
tekanan batangku pada vaginanya. Tanganku mulai meremas-remas payudaranya,
kupelintir putingnya dengan jariku.
Hampir satu jam Tante Mona melawan permainanku. Tiba-tiba tubuh Tante mona
menggelinjang dengan hebatnya, kakinya disepak-sepak seperti pemain bola
dan keluarlah cairan dari vaginanya yang membasahi batangku yang masih
terjepit di liang senggamanya. Cairan itu terus mengalir, sehingga meluber
keluar membuat pahaku dan pahanya basah, tetapi aku belum merasakan
apa-apa. Yang kukagetkan adalah ketika kulirik cairan yang mambasahi paha
kami ada tetesan darahnya, aku berpikir bahwa selama ini Tante Mona pasti
masih perawan walau sudah berkali-kali main dengan suaminya.

Kulihat tubuh Tante langsung tergolek loyo, "Argh.. arghh.. ssh.. aawww..
oohh.. Dik Setio.. kamu.. e.. emang.. hebat..! Batangmu.. yahud. Aku
benar-benar puas.. aku.. sudah.. keluar. Besok.. besok.. aku hanya.. mau..
memekku.. dihujam.. punyamu.. saja. Ah.. arghh.. ah.. ah.. ah.. ah..!"
Badan Tante mona langsung kuputar hingga kali ini dia tengkurap, pantatnya
yang dibungkus kulitnya yang putih bersih dengan bentuk yang padat dan
sexy, membuat nafsuku bertambah besar. Kuangkat sedikit pantatnya supaya
agak menungging dan terlihatlah vagina yang tersembunyi di balik badannya.
Aku agak menunduk sedikit, sehingga memudahkan lidahku memainkan liang
kemaluannya untuk menjilati sisa-sisa cairan yang baru saja dikeluarkan
oleh Tante mona. Cairan itu sangat manis rasanya sehingga langsung kuhisap
habis.

Setelah cairan itu habis, kutempelkan lagi batang keperkasaanku pada liang
senggamanya. Karena tadi Tante mona sudah orgasme, jadi liang kemaluannya
sedikit lebih lebar dan memudahkanku dalam menekan batang kejantananku
untuk masuk ke lubangnya Tante Mona.
"Jleb.. bless.. jleb.. bless.. ah.. ah.. sedapnya.. memek.. Tante.. deh..
ah..!" 

Aku memasukkan batang kejantananku ke liang Tante Mona dengan berceracau,
karena liang senggama Tante mona sangat sedap sekali rasanya. Sementara
kulihat Tante Mona tidak bersuara apa-apa, karena dia sudah tertidur
lemas. Batang kejantananku keluar masuk liangnya dengan lembut, sehingga
aku pun menikmatinya. Hal itu berlangsung satu jam lamanya. Tiba-tiba
Tante Mona terbangun dan dia mengatakan bahwa dia mau mencapai orgasme
yang kedua kalinya, dan meneteslah cairan kental lagi dari liang
kewanitaan Tante mona yang membasahi batang kemaluanku.

"Agh.. agh.. aawww.. arghh.. sshh.. Dik.. Se.. Setio ka.. kamu memang..
he.. hebat..! Tante sampai dua.. kali.. keluar.., tapi.. kamu.. masih
tegar.. argh.. sshh..!"
"Ah.. Tante.. saya juga sudah.. mau keluar.. saya.. mau.. keluarin.. di
luar.. Tante.. agh..!"
"Jangan.. Dik Setio.. keluarin.. aja.. di dalam.. memek.. Tante.. Tante..
mau.. coba.. air.. mani.. Dik.. Setio. Siapa tahu nanti.. Tante bisa..
hamil.. Keluar di dalam.. yach.. Dik..!"
Tante Mona merengek meminta untuk air maniku harus dikeluarkan di dalam
vaginanya, sebenarnya aku agak bingung atas permintaannya, tetapi setelah
kupikir, aku dan Tante menginginkan seorang keturunan. Akhirnya kulepas
cairan maniku ke liang senggamanya dengan sedikit pengharapan.

"Crot.. crot.. serr.. serr.. agh.. aghr.. agh.. Tante.. Tante mona.. memek
Tante memang.. luar biasa.. argh.. argh..!"
"Ahh.. ahh.. Dik.. air mani.. kamu.. hangat.. sekali.. ahh.. Tante.. jadi
segar.. rasanya..!"
Cairanku dengan derasnya membasahi lubang kemaluan Tante Mona, sehingga
agak meluber dan rupanya Tante Mona menyukai air maniku yang hangat.
Akhirnya kami pun ambruk dan langsung tertidur berpelukan.

Aku terbangun dari tidurku ketika batangku sedang dihisap dan dijilat
Tante mona untuk mengeringkan sisa air maniku, jam pun sudah menunjukkan
waktu 4:30. Aku berpikir bahwa hampir 3 jam aku dan Tante mona berburu
nafsu birahi.
"Dik Setio, terima kasih yach..! Tante Mona puass deh sama permainan seks
kamu.. Kamu lebih hebat dari suami saya. Kapan kita bisa main lagi..?
Tante udah pingin main lagi deh.."
"Iya Tante, besok pun juga boleh. Habis saya juga puas. Tante bisa
mewujudkan mimpi saya selama ini, yaitu menikmati tubuh Tante Mona dan
Tante luar biasa melayani saya hampir tiga jam. Wahh, Tante memang luar
biasaa.."
"Iya.., kamu pun hebat, Dik Setio. Saya suka sekali ketika batangmu
menghujam memek saya. Terlebih air mani kamu, hanggatt.. sekali. Besok
kita bisa main lagi khan..?"
"Iya.. sayangku. Sekarang kita bersih-bersih, nanti anak dan suamimu
datang..!"
Kukecup bibir Tante Mona yang setelah itu kami membersihkan badan kami
bersamaan. Di kamar mandi, Tante mona sekali lagi kusodok liang
senggamanya sewaktu bershower ria.

Setelah itu, hampir setiap hari aku bertemu Tante Mona untuk memburu nafsu
birahi lagi. Hingga sekarang sudah berlangsung 3 bulan lebih lamanya, dan
yang agak menyejukkan hati kami berdua bahwa sejak sebulan lalu, Tante
mona dinyatakan hamil.

2 komentar: