tag:blogger.com,1999:blog-74101120656074784672024-03-21T06:26:18.306-07:00Cerita sex remaja terbaru 2014Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.comBlogger60125tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-30655675317243493092014-06-22T05:55:00.002-07:002014-06-22T05:58:01.896-07:00Melihat Kemolekan Ibu Intan Yang Montok<div style="text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnF5-7C4mUsO1qd46TW1fmTjGv88VJOBGaOqTKTW-hNKa-tzGu16be7AvNbbkDiX4XUBQWmS-yL_U1lBWfxm0yGFuPFcSpZsFEARq0VMIiW_nKH4eeVc_Gt8qgEU5zIa5WypBc5rGWuo6k/s1600/images+(1).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://duniabebascerita.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnF5-7C4mUsO1qd46TW1fmTjGv88VJOBGaOqTKTW-hNKa-tzGu16be7AvNbbkDiX4XUBQWmS-yL_U1lBWfxm0yGFuPFcSpZsFEARq0VMIiW_nKH4eeVc_Gt8qgEU5zIa5WypBc5rGWuo6k/s1600/images+(1).jpg" height="320" title="CEWEK SEKSI" width="318" /></a><a href="http://duniabebascerita.blogspot.com/">duniabebascerita.blogspot.com</a>-Cerita Hot Nafsu Ibu Intan Cantik Tubuh Montok – Setelah kejadian hari itu besoknya jam 09 pagi Robby dengan hanya memakai celana dalamnya sedang tiduran santai di kamar kostnya yang tidak jauh dari Kampus UNDIP. Tubunya yang atletis itu ia biarkan terbuka dan tersiram oleh dinginnya AC. Robby saat itu sedang membaca sms yang baru diterimanya dari Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Setelah kejadian hari itu besoknya jam 09 pagi Robby dengan hanya memakai celana dalamnya sedang tiduran santai di kamar kostnya yang tidak jauh dari Kampus UNDIP. Tubunya yang atletis itu ia biarkan terbuka dan tersiram oleh dinginnya AC. Robby saat itu sedang membaca sms yang baru diterimanya dari Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Sayang, kamu nakal iya kemarin,”demikian isi sms Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Habis aku ngiler banget lihat Bu Intan dengan kebaya kemarin. Pas banget. Bu Intan semok banget, Bu, ”balas Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
“Masa sih say…?”tanya Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Iya, Bu. Pengen banget aku meluk Bu Intan yang lamaaaaa banget,”Robby meneruskan rayuannya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ibu tahu kok nak Robby sering curi-curi pandang selama ini sama ibu, ”sms Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Iya, Bu. Aku udah lama emang suka lihatin Bu Intan,”balas Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
“Hmm, jadi nak Robby mau pacarin ibu iya?” tanya Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Iya, Bu. Aku kangen ama Bu Intan. Aku suka ama Bu Intan,”balas Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
“Tau ga say…nak Robby bikin ibu blingsatan lho kemarin,”sms Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Bu Intan…!?”tulis Robby dalam sms-nya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Apa say.., “balas Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aku pengen banget jumpa, Bu…,”sms Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aku juga nak Robby…,”balas Bu Intan. “Aku penasaran lho…,”Bu Intan melanjutkan sms-nya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aku juga, Bu. Aku pengen jumpa dan berduaan sama Bu Intan,”rayu Robby dengan mantap.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aku juga sayang,”jawab Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Besok sore bisa ga, Bu?”tanya Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aku ga mau kalau sore. Aku maunya dari pagi sampai besok paginya,”sms Bu Intan. Isi sms-nya ini memang menunjukkan nafsu seks-nya yang sangat besar terhadap pemuda itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ohh Bu…kapan?”balas Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
“Pokoknya kalau sudah ada waktu nanti Ibu kasih tahu,”jawab Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Iya, Bu. Dari dulu sejak pertama lihat Bu Intan, aku selalu menghayal bisa ngentot sama Bu Intan,”sms Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ibu juga. Mata nakalmu bikin Ibu sering gatal pengen ngentot sama kamu say,”balas Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
Lalu Bu Intan melanjutkan lagi,”Udah satu tahun ini Ibu ga pernah lagi main sama suami. Ibu gatel banget say,”sms Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Oh Bu. Aku pengen segera jumpa sama ibu,”tulis Robby dalam sms-nya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Iya sayang. Ibu juga udah pengen banget. Kemarin aja seandainya lagi ga ada acara ibu udah pengen ditidurin sama kamu. Apalagi pas pegang kontolmu yang besar dan panjang itu say…ibu sange banget sebenarnya waktu itu say…,”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Demikianlah sms-sms antara dua manusia yang memasuki lingkaran perselingkuhan itu. Dan ketika ber-sms itu, Bu Intan sama halnya dengan Robby sedang sendirian di kamarnya. Ia nyaris bugil karena nafsunya pada pemuda yang bernama Robby itu.Bu Intan hanya tinggal berdua suaminya di rumahnya, serta dua pembantu. Anak paling besar laki-laki sudah menikah dengan 1 anak tinggal di Yogyakarta, anaknya nomor dua Windya Ristanti menikah dengan kakak Ilham yang temannya Robby, sementara anaknya yang paling kecil perempuan, kuliah di UGM. Jadi ketika suaminya kerja, Bu Intan hanya ditemani pembantu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dan ini membuat Bu Intan dan Robby saling memupuk fantasi birahi di antara mereka. Mereka dengan leluasa merayu dan dirayu melalui telepon atau sms.Bu Intan begitu rindu-birahi dengan batang perkasa pemuda itu. Ia sudah pernah mengocoknya. Bahkan Bu Intan merasa jemarinya hampir tidak bisa melingkari batang kontol pemuda itu ketika kontol itu menegang maksimal. Dan Bu Intan sering sangek berat manakala membayangkan kontol Robby yang besar dan panjang itu mengeras dalam genggamannya. Dan itu sering membuatnya gelisah di ranjangnya. Ia sangat ingin kontol besar pemuda itu mengentoti memeknya yang sudah sangat gatal. Hayalnya membayangkan pertemuan kelamin mereka akan sangat menempel ketat karena besarnya kontol Robby. Ia sering membayangkan pinggul pemuda itu yang nampak kokoh bergerak naik turun di antara selangkanganya. Bu Intan berjanji dalam hati akan sepenuh perasaan menikmati entotan pemuda itu, ketika waktunya tiba. Bu Intan sangat yakin saat yang ia nanti tidak akan lama lagi. Nafsu seksualnya sangat menuntut untuk disalurkan sepuasnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Beberapa hari kemudian Bu Intan langsung menyuruh pembantunya pulang kampung beberapa hari ketika suaminya, Pak Suriono Rusmanto, mengatakan akan mengikuti Diklat selama seminggu di Jakarta.</div>
<div style="text-align: left;">
“Sayang besok siang jam 12 ke rumah iya,”demikianlah pesan singkat Bu Intan pada Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
“Emang bapak kemana, Bu,”tanya Robby dengan dada bergetar.</div>
<div style="text-align: left;">
“Barusan berangkat ke Jakarta. Bapak ngikutin Diklat seminggu di sana,”sms Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Oh Iya Bu Intan sayang. Aku kangen Bu…,”</div>
<div style="text-align: left;">
“Mmuuah…,”balas Bu Intan. “Ohhh…mmuuaahhh…mmmuuaahhh….,”demikianlah Robby semakin memanaskan suasana birahi wanita paruh baya itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Esoknya dengan motor Tiger2000 miliknya, Robby memasuki gerbang rumah Bu Intan. Siang itu suasana sekitar rumah Bu Intan memang sepi. Di balik pintu yang terbuka sedikit itu, Robby bisa melihat Bu Intan sedang menunggunya masuk. Bu Intan memakai celana sangat pendek yang begitu ketat. Bahkan gundukan memek Bu Intan tercetak dengan jelas karena celana pendek tersebut terbuat dari bahan katun tipis. Di bagian atas Bu Intan memakai kemeja longgar yang bagain bawahnya nyaris menutupi seluruh celana pendek Bu Intan, sehingga Bu Intan sekilas seperti telanjang hanya memakai kemeja.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bu Intan dengan lenggok gemulai penuh birahi menyambut masuknya anak muda itu. Ia langsung meraih pinggang Robby dan merapatkan tubuh sintalnya ke tubuh pemuda itu. Bu Intan dengan gaya manja menengadah memandang wajah Robby. Bu Intan meraih tangan Robby lalu melingkarkan tangan tersebut agar merangkul pinggulnya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ga kemana-mana kan hari ini?”tanya Bu Intan manja.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nggak Bu,”jawab Robby dengan suara parau. Ia belum menguasai keadaan itu, akan tetapi telapak tangannya mengusapi pinggul Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Mereka beriringan berjalan, dan kaki Bu Intan sepenuhnya menuntun langkah-langkah mereka dalam ruangan itu. Bu Intan lalu menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu kamar yang terbuka. Ia memutar lalu menghadap Robby. Robby dengan lugas mengikuti setiap bahasa tubuh Bu Intan. Bu Intan memeluk tubuh Robby dan menyandarkan beban tubuhnya pada pemuda itu. Kedua tangannya bergerak melingkari leher Robby. Ia menatap mata Robby lalu tersenyum nakal.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Muuahh…,”Bu Intan meruncingkan bibirnya dan mengecup manja ke arah mulut pemuda itu, tanpa menyentuh mulut itu. Dan detik itulah Robby mengambil alih suasana. Robby langsung mengetatkan remasannya pada pinggang Bu Intan. Lalu dengan tatapan nanar Robby membuka mulut. Dengan penuh gelora birahi, Bu Intan membuka memejamkan mata dan secercah bibirnya. Robby langsung mengulum bibir Bu Intan dengan sepenuh nafsunya. Bu Intan menyambut lumatan mulut Robby dengan megeluarkan lidahnya. Bu Intan dapat merasakan nafsu yang panas pada mulut, bibir, dan lidah pemuda itu. Dan dengan geliat bibir dan lidah yang sama panasnya Bu Intan menyambut semua itu sepenuh raganya.Bu Intan sangat ingin Robby tahu bahwa ia memiliki nafsu yang sama dengan dirinya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ngmmmahhh…mmccppppphhhh..nngghhh,”mereka sama-sama mendesahkan hal yang sama ketika mulut mereka sejenak terlepas untuk mengambil nafas. Tapi hanya sejenak, karena mulut mereka kembali berpagut dan saling melahap. Bu Intan memutar kepalnya agar mulutnya bisa mendapatkan posisi yang pas untuk memaguti dan mengemuti semua bibir Robby. Robby begitu berdebar menyadari nafsu yang ditunjukkan Bu Intan, sehingga ia tidak ragu meremasi pantat Bu Intan yang bahenol. Robby meremasi pantat montok itu dengan ketat dan vulgar. Ia menekan-nekankan pantat Bu Intan agar kontolnya memperoleh gesekan yang nikmat.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Mmmmcccpppahhh…mmccppphh….mmmcccppphhh…mmmhhhcccpp phhh…nngggmmmcccpppmmmhhh…”Bu Intan begitu menguasai aksi ciuman itu. Ia meruncingkan bibirnya dan mengecupi bibir Robby berkali-kali.</div>
<div style="text-align: left;">
Lalu tangan kanan Robby bergerak ke atas. Ia menempatkan telapaknya di gundukan buah dada Bu Intan lalu perkahan meremasi buah dada itu. Robby begitu bernafsu ketika telapak tangannya bertemu dada yang sangat besar. Ia sadar buah dada Bu Intan memang besar. Dan masih padat. Walau terhalang kemeja, akan tetapi Robby betul-betul merasa puas meremasi dada itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Nnnggmmmmhhhhssshhh…,”Bu Intan langsung mendengus ketika merasa dadanya diremas perlahan. Ia makin mengetatkan rangkulannya di leher Robby. Bu intan mengecap-ecapakan mulutnya di mulut Robby. Ia mencipoki bibir pemuda itu penuh nafsu. Kadang lidahnya terjulur keluar untuk menjilati mulut Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ohhh…,”Bu Intan sejenak menengadah akibat nikmatnya remasan-remasan Robby di buah dadanya. Lalu sejurus kemudian ia kembali memaguti bibir Robby….”Nnngggmmmmccccpppsshhh…,”Bu Intan mendesah penuh birahi. Kali ini ia menarik tubuh Robby memasuki kamar yang terbuka. Dengan tubuh masih saling menempel ketat dan bibir saling pagut, Robby mendorong daun pintu untuk menutup. Setelah daun pintu tertutup, Bu Intan kembali mengarahkan langkah kaki mereka. Bu Intan lalu mendudukkan Robby di ranjang. Bu Intan berdiri, sementara Robby duduk di ranjang. Syahwat Bu Intan memang sangat liar, dan mereka sekarang bahkan berada di kamar yang biasa digunakan Bu Intan dan suaminya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Hayal liar Robby benar-benar jadi nyata. Kini ia duduk di ranjang, sementara itu Bu Intan berdiri di antara kedua pahanya yang terbuka. Robby langsung mengarahkan mulutnya ke perut Bu Intan. Ia menyibakkan kemeja longgar itu untuk melihat padat dan mulusnya perut Bu Intan. Robby mencucupi, menciumi, dan menjilati seluruh perut Bu Intan. Dengan bernafsu Robby menjilati dan memaguti kulit perut Bu Intan. Kedua tangan Robby mendekap pinggul Bu Intan. Kadang Robby meremasi pantat dan pinggul Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bu Intan benar-benar merasa dimanjakan dan dibutuhkan oleh aksi Robby. Ia kadang menggelinjang saat mulut Robby menelusuri perutnya dan pinggulnya. Kadang ia kegelian. Mata Bu Intan terpaku pada seluruh aksi Robby itu. Tangan Bu Intan meremas rambut Robby, dan kadang Bu Intan mendesakkan pinggulnya ke tubuh Robby. Nafsuy seks Bu Intan yang nakal membuatnya meraih pakaian Robby, ia melepaskan pakaian itu sekaligus dengan singlet sport yang menempel tubuh Robby. Kini tubuh bagian atas Robby telah telanjang.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Mengetahui kenakalan syahwat Bu Intan itu, Robby makin liar menciumi dan menjilati perut dan pinggul Bu Intan. Robby lalu membalik tubuh Bu Intan dan melancarkan pagutan bibirnya di punggung Bu Intan. Bu Intan seketika menggelinjang.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nnnggghhhh….mmmhh….,”Bu Intan mendesah.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ngggccppp….mmmmccppphhhh…,”Robby memuaskan hayal birahinya makin liar.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Robby lalu menggerakkan tangan kanannya lalu menggapai batang paha Bu Intan yang kenyal dan padat itu. Robby merabai dan meremasi pangkal paha yang mulus itu. Bu Intan mendesir, ketika rabaan tangan Robby yang bergerak dari bawah ke atas sepanjang batang pahanya kadang secara nakal berhenti persis di selangkangannya. Robby lalau meneruskan rabaan itu secara ketat dengan menggeseki selangakangan Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nnngggkkhhh…hhhhh….,”Bu Intan hanya mendesis.</div>
<div style="text-align: left;">
Aksi kedua insan berbeda usia itu bagaikan sebuah gerakan lambat. Mereka nampaknya benar-benar menikmati setiap detik persentuhan itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Robby benar-benar memuaskan birahinya. Ia membolak-balik tubuh Bu Intan yang sedang berdiri itu dengan menjilati sepanjang pertemuan celana pendek ketat Bu Intan dan kulit pinggulnya. Wangi tubuh Bu Intan semakin merasuki syahwat Robby. Tangan kirinya perlahan membuka kancing kemeja Bu Intan. Bu Intan membantu, dan kini Bu Intan telah telanjang tubuhnya di bagia atas. Hanya menyisakan BH putih menampung besarnya tetek Bu Intan.Nafsu seks Robby benar-benar meningkat.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Nggmmhhaa…hhhh….mmcccppphhh…mmmhhhccppp…,”Robby terus menciumi dan menjilati kulit mulus Bu Intan. Tangan Robby lalu bergerak lagi sambil menciumi pinggul Bu Intan. Robby menari celana pendek Bu Intan perlahan. Mulut Robby langsung menyergap setiap kulit terbuka ketika celana pendek Bu Intan mulai turun. Kahirnya celana pendek itu meluncur ke bawah.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nggghhh….oohhhh…………mmmcccppphhh….mmccpphhh…ooohh Bu…. mmmhhhh… mmmhhh…ohhh Bu… mmmmcccppphhh… mmmccpphh…, ”Robby mendengus manakala akhirnya ia kini melihat celana dalam Bu Intan yang berwarna hitam. Robby langsung membuka mulut lalu memagut pinggul padat Bu Intan persisi di pertemuan celana dalam itu dengan kulit pinggul Bu Intan. Kedua tangan Robby kini masing-masing meraba dan meremas batang paha Bu Intan, dan menggelitiki paha itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Mmmhhh…mmhhh…nnngghhh….,” Bu Intan mendesah-desah. Wajahnya tertunduk menyaksikan semua perbuatan anak muda itu di sekitar pinggul dan selangkanagnnya. Dan Bu Intan bisa melihat kulit mulusnya di sekitar pinggul kini telah dihiasi cupangan-cupangan merah. Rabaan dan remasan Robby di pahanya membuatnya nanar, ia mendesakkan pinggulnya ke tubuh pemuda itu sambil kedua tangannya meremasi secara ketat rambut hitam Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Robby perlahan membuka retsleting celananya. Ia secara cepat melepaskan celana jeansnya. Kini mereka hanya ditutupi celana dalam dan beha. Nafsu seks di antara mereka makin bergelora.</div>
<div style="text-align: left;">
Bu Intan lalu bergerak. Ia mengangkat kaki kanannya ke sisi tempat tidur. Robby menyambut kaki itu, lalu Robby meraih kedua pangkal paha Bu Intan. Bu Intan akhirnya duduk dalam pangkuan Robby. Bu Intan mengangkat satu lagi kakinya, dan ia kini duduk mengangkangi Robby. Mereka saling peluk dengan ketat. Wajah mereka sangat dekat. Mereka saling pandang dengan nanar, lalu kedua mulut mereka membuka dan medekat.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Nnngggmmmhhhcccppphhh….,”begitulah bunyi pertemuan mulut mereka. Dengan mata terpejam Bu Intan dan Robby saling memagut dan melumat. Lidah mereka meliuk-liuk member kepuasan pada hayal masing-masing.</div>
<div style="text-align: left;">
“Mmmmcccpppp…mmmuuuhh…mmccppphh…,”bunyi cipokan dan jilatan mengiringi ketatnya aksi kedua insan itu. Bu Intan merasakan memeknya bertemu dengan gumpalan daging yang hangat dan besar. Bu Intan menggerakkan pinggulnya menggesiki kontol Robby dengan memeknya. Walaupun mereka masing memakai celana dalam, gesekan-gesekan antara kontol dan memek itu begitu membuai nafsu. Bu Intan mendesakkan selangkangannya ke selangkanagn Robby. Robby membalas dengan menekankan kontolnya ke memek yang mulai membesar itu. Bu Intan begitu dilanda syahwat. Ia mengayun-ayunkan pinggulnya. Ia begitu merasa nikmat menggeseki memeknya dengan kontol Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Mulut mereka kadang terlepas, lalu melekat lagi seakan hendak mencari sesuatu di mulut yang lain. Bu Intan memutar-mutarkan kepala untuk mendapatkan posisi yang enak melumat bibir Robby. Tangan Robby merabai dan meremasi seluruh tubuh Bu Intan. Bu Intan benar-benar terbakar nafsu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nnngghhhooohhh sayang…mmmhhhh…oohhhh,”akhirnya Bu Intan mendesah. Ia menengadah menikmati semua itu. Pada saat itulah Robby membuka mulut menciumi batang leher Bu Intan. Dengan bernafsu ia menjilati dan mengecupi leher Bu Intan. Tangannnya lalu bergerak menurunkan tali beha dari pundak Bu Intan. Lalu mulutnya menggilir kulit pundak Bu Intan yang mulus itu. Lidahnya menjilat-jilat. Bu Intan makin melengkungkan tubuhnya. Tangan Robby bergerak lagi membuka kaitan beha di punggung Bu Intan, dan seketika mata Robby menyaksikan pemandangn yang membuat birahinya makin panas. Buah dada itu begitu besar dan mulus.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Oooo Bu Intan..hhhmmmcccppphh…,”Robby mendengus lalu mulutnya mencaplok tetek Bu Intan. Mulut Robby langsung mengisap ujung tetek itu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ohhhh sayang…,”Bu Intan mendesah manakala mulut Robby mencaplok buah dadaya.”Ohhh sayang…hisap sayang..ohhh sayang…isap susu ibu sayang…oohhh Robby sayang…ohhh,”Bu Intan mengerang.</div>
<div style="text-align: left;">
“Mmmmccppphhh…mmmcpphh…,”Robby benar-benar memuaskan dirinya dengan mengecupi dan menjilat susu Bu Intan. Ia mengemut dan mengisap. Kedua bukit susu Bu Intan memerah dihisapi Robby. Kadang puting itu ia hisap dengan kuat, membuat Bu Intan menjerit-jerit. Mulut Bu Intan lalu terbuka dan ia mencium kuping Robby dan mendesahkan nafsunya di kuping itu. Robby mendengar semua desahan tertahan yang dibisikkan Bu Intan di kupingnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Oooohhh sayang..ia gitu sayang…ohh hisap sayang…emut ujungnya sayang….aaaahhh…oohhh Robby…ohhhh sayang…hisap sayanag…ohhhh sayang hisap susuku..ohhh…ohhhh Robby kamu suka susuku sayang…mmmhhhhmmghhhh..oohhh Robby…,”</div>
<div style="text-align: left;">
Robby mengemut puting susu Bu Intan, ia menariknya lalu melepasnya. Ia mengemut lagi, menarik puting susu itu, lalu melepasnya. Robby berulang kali melakukan hal itu di tetek kiri-kanan Bu Intan. Bu Intan menyaksikan semua perlakuan itu. Ia begitu merasa dicintai, dikagumi, dan dibutuhkan. Bu Intan meremasi rambut Robby. Selangkangan mereka betul-betul menempel sangat erat. Bu Intan ingin Robby tahu bahwa ia benar-benar menginginkan pemuda itu. Di telinga Robby, Bu Intan membisikkan bahwa ia suka dengan Robby. Selagi mulutnya menjilat, mengisap, dan mengemuti susu yang besar itu, Robby mendengar semua bisikan penuh nafsu Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Mmmmhhhhmmmhh..ooohh…ohhh Robby…ohhh sayang enaknya susuku dihisapin gitu…aahh isapin tetek ibu sayang…kamu suka tetek ibu kan sayang..jilatin susu ibu sayang…mmmhhhooohhhh..iyah gituh sayang..oohhh….ohh jilatin sayang…ohh sayang enaknya…ohhh hisapin susuku…ohh sayang, kamu daru dulu pengen sama tetek ibu kan sayang..ohhh Robby…dari dulu kamu sering bayangin tetek ibu kan…ohh Robby, ibu juga dari dulu pengen begini sama kamu Robby..oohhh dari dulu ibu juga pengen tetek ibu dihisapin sama kamu sayang..ohh Robby, susu ibu besar yah..kamu suka susu ibu yang besar ini kan sayang…ohh sayang dari dulu kamu sering membayangkan susu ibu yang besar ini kan…ohh sayang emut putingnya sayang..yah…yahh..gitu sayang…oohh enaknya sayang….oohhh sayang enaknya susuku dihisap seperti itu…ohhh sedot sayang..ohh sedot tetek ibu sayang..ohhh…ooohhh Robby enaknya..ohh sayang…emut yang kuat sayang…ohh enaknya..ohhh sayang…ohh enaknya susuku dihisapin gitu….ohhh cupangin semua sayang..ohh..sayang…ohh Robby cupangin tetek ibu sayang..ohhh..,”Bu Intan tak henti-hentinya mendesahkan nafsunya di telinga Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Robby begitu bergelora mendengar desah nafsu ibu setengah baya itu. Ia mencupangi seluruh permukaan susu Bu Intan yang besar itu. Tangannya meremas pangkal tetek Bu Intan dan mulutnya melekati ujung susu besar itu. Ia terpejam melakukan itu semua. Ia begitu menikmati penyaluran nafsu seksnya yang telah lama ia dambakan terhadap wanita paruh baya itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Getaran nafsu yang luar biasa membuat Bu Intan akhirnya mendesakkan tubuhnya. Tubuh Robby terdorong menimpa kasur empuk itu. Robby terlentang. Bu Intan merangkak mengarahkan kedua susunya untuk kembali dijilati Robby. Dari bawah mulut Robby menyedoti dengan kuat puting susu itu. Kedua tangannya meremasi susu besar itu. Bu Intan merasa puting susunya begitu membengkak karena nafsu. Dan hisapan dan emutan mulut Robby membuat puting itu memerah. Bu Intan merasakan memeknya sangat gatal dan basah. Bu Intan saat itu merasa sangat ingin segera dientoti oleh pemuda itu. Ia begitu menginginkan anak muda itu segera menggaulinya. Tetapi ia ingin memuaskan fantasi anak muda itu yang ia tahu sering menghayalkan tubuhnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Sayang, ke tengah sayang…,”ujar Bu Intan. Dan Robby segera bergerak ke tengah. Kini Robby telentang di tengah-tengah ranjang. Kepalanya menyandar pada bantal di ujung kepala kasur itu. Bu Intan mendekatinya sambil merangkak. Lalu ketika sampai di sisi kiri tubuh Robby, Bu Intan menunduk lalu melumat mulut Robby penuh nafsu, hanya sejenak. Bu Intan lalu berdiri pada lutunya, tangannya lalu bergerak ke selangkangan Robby. Bu Intan melepas celana dalam Robby. Robby begitu terpana dengan aksi ibu setengah baya itu. Tangan kanan Bu Intan lalu meraih kontol Robby. Mata Bu Intan melekat pada kontol itu. Bu Intan meremas kontol Robby dengan gemas, lalu bu Intan pun mengocok kontol Robby. Jemari Bu Intan nyaris tidak sanggup melingkari batang kontol itu. Tangan istri Suriono Rusmanto itu bergerak mengocoki dengan perlahan kontol pemuda itu. Dari perlakuannya itu sangat jelas tergambar bahwa Bu Intan memang sudah lama memendam nafsu seksnya terhadap Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bu Intan yang bertelanjang dada dan hanya memakai celana dalam itu mengocoki kontol Robby penuh perasaan. Kemudian Bu Intan merebahkan tubuhnya merapat di sisi Robby, tangan kanannya masih mengocok kontol anak-muda itu. Kini mulut Bu Intan bergerak menciumi perut Robby. Bu Intan menunduk mencucupi, menjilati, dan memaguti kulit Robby mulai dari perut sampai dada. Di dada Robby, mulut Bu Intan membuka mulut lalu mengecup sebentar puting susu Robby sejenak lalu kemudian Bu Intan mengemuti puting susu itu penuh nafsu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ohhh bu…oohh enaknya bu ohh…nnngggghhhooohhhh enaknya kontolku dikocokin gitu bu…ooohhh…ooohhh sayang…ooohhh Bu Intan…ooohh Bu Intan sayang….ooohhh kocok yang enak bu ohhh….nnnggghhhhssshhh…aaaahhhhhssshhhhhhsssaaahhh h….oooh Bu Intan oohh… …oooohhh hisap putingku bu oohh….ooohhhssshhh iyahhh…hhhssshhh ooohhh yahhh jilatin bu…ooohhh enaknya…,”Robby mendengus-dengus menahan nikmatnya jilatan dan emutan Bu Intan di putingnya, terutama kocokon tangan Bu Intan dikontolnya. Robby menggeliat menyaksikan semua aksi Bu Intan. Sementara Bu Intan semakin bernafsu mengemuti dan menciumi puting Robby, hal yang sama sekali belum pernah ia lakukan terhadap suaminya. Apalagi mendengar erangan penuh nafsu anak muda itu membuatnya makin suka. Bu Intan merasakan betapa batang kontol Robby yang dikocokinnya itu semakin kaku, semakain besar dan berdenyut.</div>
<div style="text-align: left;">
Bu Intan menggesek seluruh tubuhnya ke tubuh Robby. Ia semakin merapatkan tubuhnya. Syahwat Bu Intan semakin liar. Ia mengemut puting serta mengocoki kontol Robby dengan getaran tubuh yang panas.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ooohhhhh Bu Intan ooohhhhhssshhhhss…,”Robby makin mengerang saking menahan nafsunya. Mendengar itu, Bu Intan menyudahi emutannya di puting Robby. Tetapi tangannya tetap memegangi kontol Robby. Bu Intan mengangkat wajahnya. Ia tersenyum mesum pada Robby, matanya berkilat penuh birahi. Masih dalam keadaan berbaring di sisi Robby serta tangan yang meremasi kontol, mulut Bu Intan mendekati mulut Robby. Bu Intan membuka mulut lalu ia menciumi bibir Robby dan melumatnya. Robby balas mengeluarkan lidah dan menyedot lidah Bu Intan. Tetapi hanya sebentar, karena Bu Intan menarik mulutnya. Mulut Robby terbuka, mulut Bu Intan kembali mendekat. Mereka berciuman titpis saja, lalu Bu Intan menarik lagi bibirnya. Begitu terus sambil Robby merasakan enaknya kontolnya dikocokin Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Nnngggmmhhhhh enak sayang?”tanya Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ohh iya Bu. Enak Bu..,”balas Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ohhh sayang besarnya kontolmu ini. Ohh Robby sayang…,”Bu Intan memejamkan mata dan memagut mulut Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ohh enak banget Bu kontolku dikocokin gitu,”ujar Robby ketika bibir mereka kembali lepas.</div>
<div style="text-align: left;">
Bu Intan mendekatkan wajahnya semakin dekat, bibir dan hidung mereka bersentuhan tipis. Mereka saling pandang penuh nakal.</div>
<div style="text-align: left;">
“Kamu dah lama pengen main sama ibu kan?”tanya Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ohhh iya Bu Intan,”jawab Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ibu tahu kamu sering ngeliatin ibu dengan nafsu…,”ujar Bu Intan.”Ibu tahu kamu sering curi pandang susu ibu kan? Kamu dari dulu pengen begini sama ibu kan sayang…nnngggmmmhhhh..,”ucap Bu Intan sambil memagut bibir Robby. Robby membalas dan kali ini ia tangannya bergerak. Ia meraih kepala pipi Bu Intan lalu menahan gerakan Bu Intan dan dengan begitu Robby secara rakus menjilati dan menciumi mulut wanita paruh baya itu. Bu Intan begitu suka dengan perlakuan itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Oooo sayang…kontolmu panjang sayang…kontolmu keras banget Robby…ohhh Robby ibu suka sama kontiolmu yang besar dan panjang…oooohhh Robby ibu udah gatel banget sayang…ohh Robby sayang entotin ibu sekarang…,”Bu Intan menggeliat-geliat sambil menciumi bibir Robby. Ia lalu mendekap pipi Robby dan memberi isyarat agar Robby bangkit. Robby paham. Ia langsung bangkit dan kini Bu Intanlah yang telentang di kasur. Robby dengan tidak sabar bergerak ke selengakangan Bu Intan. Ia membuka paha Bu Intan, lalu menempatkan tubuhnya di antara paha yang terbuka itu. Ia memandangi celana dalam Bu Intan yang sudah basah. Ohhh memek ini busung banget, pikir Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bu Intan melihat Robby menunduk dan kemudian ia merasakan celana dalamnya diciumi. Robby memang dengan bernafsu langsung menciumi celana dalam Bu Intan yang sangat merangsang dalam pandangannya itu. Robby membuka mulutnya melahap celana dalam itu.</div>
<div style="text-align: left;">
Bu Intan menaikkan pantatnya menyambut mulut Robby,”Ooooohhhh sayang…ooohhh Robby buka celana dalam ibu sekarang sayang..oohhh sayang ibu pengen ngentot sekarang sayang…ooohhh…ibu udah sange banget sayang… oohhh Robby entoti ibu sekarang…nnhhhhnnnngggggssshhhh…oohhh sayang entoti ibu sekarang…,”Bu Intan menggeliat-geliat dan menaikkan pinggul menggeseki mulut Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Robby yang memang sudah sangat bernafsu langsung membuka celana dalam Bu Intan. Dan ketika akhirnya celana dalam itu terbuka Robby bisa melihat lebatnya jembut Bu Intan. Memek Bu Intan yang montok membusung semakin merangsang Robby dengan adanya jembut yang lebat itu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Oooohhhh Bu Intan lebatnya jembutmu ohhh bu,”ucap Robby lalu menunduk lagi dan menciumi memek Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ssssshhhhhhhnnnggggssshhh….,”Bu Intan langsung mendesis bagai kucing ketika merasa kulit memeknya yang sensitif disentuh lidah Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Robby bergerak lagi menciumi pangkal paha bagian dalam Bu Intan. Ia mencupangui paha itu sampai memerah. “Oooohhh Bu Intan memekmu tebal bu…ohhh Bu Intan…ohhh Bu Intan memekmu montok banget Bu..ohhhssmmmmhhhhh…,”kembali Robby menjilati memek itu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nnnnngggssshhhhhaaahhhhsshhh….aaahhh sayang entotin ibu sekarang sayang…ooohhhhhssshhhh….,”Bu Intan kembali menggeliat mengangkat pinggulnya menyambut mulut Robby. Bu Intan merasakan lidah anak muda itu menjulur memasuki lobang memeknya. Ia merasakan mulut pemuda itu menciumi bibir memeknya yang sangat basah. “Oooohhh sayang…ooohhhh sayang…ooohhh sayang…,”Bu Intan hanya bisa mendesah keeanakan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Akhirnya Robby menyudahi ciumannya di memek Bu Intan. Ia menempatkan posisi, lalu tangannya bergerak memegang kontolnya. Robby mengocok kontolnya sebentar, lalu kemudian ia mulai mengarahkan kepala kontolnya yang besar ke lobang memek Bu Intan. Robby mendorong sedikit dan ujung kontol itupun masuk sedikit ke lobang memek Bu Intan. Robby lalu bergerak menindih tubuh bugil Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
Bu Intan merasakan betapa kepala kontol yang besar itu mulai masuk sedikit ke lobang memeknya. Ia merasakan betapa kontol itu tegang dan besar. Bu Intan langsung menggerakkan kaki menjepit paha Robby. Ia merangkul bahu anak muda itu. Bu Intan memandang betapa warna birahi tergambar di wajah pemuda itu. Dan Bu Intan menyambutnya dengan memagut bibir Robby. Robby menempatkan siku di sisi kepala Bu Intan, lalu ia mulai menikmati kontolnya yang masih masuk sedikit itu. Robby mengocok lobang memek Bu Intan dengan kepala kontolnya saja. Dan itu membuat Bu Intan mendesah-desah merasakan nikmat.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Oooooohhhhhsshhhhnnggghhhhmmmssshhh Robby ooohhhhssshhh…,”desahan Bu Intan begitu merangsang. Ia memejamkan mata menikmati kocokan kontol anak muda itu. “Nnnnnggggsshhh sayang…oohhh enaknya sayang…ooohhhh sayang oooohhhssss besarnya kontolmu sayang ooohh…oohhh tekan lagi sayang..oohhh masukin terus kontolmu sayang…ooohhh sayang oooohhh Robby entoti lobang memek ibu ooo….,”Bu Intan begitu penuh syahwat merasakan kontol muda yang sedang menggaulinya. Dan itu membuat fantasi seksnya makin liar.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Oooohhh Bu Intan ohhhh enaknya ngentot sama Bu Intan…oooh Bu Intan sayang ooohhhssshhssmmmhhh…,”Robby begitu bernafsu menggeluti dan mengocoki lobang memek ibu setengah baya itu dengan kepala kontolnya. Lalu Robby kembali menggerakkan pinggulnya mendorong. Robby menekan lalu kontolnya yang besar dan panjang itupun masuk semua.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bu Intan langsung membuka mata. Ia merasakan besarnya kontol pemuda itu. Bu Intan begitu terangsang dengan panjangnya kontol itu serta tegangnya batang kontol itu. Ia melihat Robby terpejam. Bu Intan lalu menciumi mulut Robby lalu berbisik di telinga Robby, “Ooooohhhh sayang besarnya kontolmu sayang…ooohhh enaknya…ohhhh kontolmu panjang sekali Robby sayang..ooohhh sayang..oohhh Robby enak banget memek ibu sayang ooohhhsss… nnmmmsshh…ooohh entoti lobang memek ibu sayang oohhh…mmmmhhhhssshhh ooohhh Robby, kamu dari dulu pengen ngentotin ibu kayak gini kan sayang…oooohhh sayang besarnya kontolmu Robby ooohhh…ooohh kocok memekku sayang..ooohhh ibu suka ngentot sama kamu nak Robby ooosshhh….ooohh senggamai ibu sayang….oohh entoti…oohhh sayang…enaknya ooohhh Robby sayang gauli ibu sayang…oohhhh…,”Bu Intan semakin menuntaskan fantasi birahinya terhadap anak muda itu. Robby begitu menikmati mengentoti wanita paruh baya itu. Ia menaik-turunkan pinggulnya. Kontolnya yang besar keluar masuk lobang memek Bu Intan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Robby begitu terangsang dengan kemontokan dan ketelanjangan Bu Intan yang sedang digenjotinya itu. Kadang ia teringat dengan Ilham temannya dan kepada Pak Suriono suami Bi Intan, akan tetapi justru itu membuat nafsu birahinya terhadap Bu Intan makin tak terbendung. Dengan penuh perasaan ia mengentoti wanita paruh baya itu. Ia menekan kontolnya dengan dalam sehingga ujung kontolnya masuk sangat dalam, dan membuat Bu Intan menggelinjang penuh syahwat birahi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ooooogghhhsshhh sayang…kontolmu masuk dalam banget sayang…oohhh Robby panjangnya kontolmu sayang…oohhh tekan lagi sayang..ooohhh iyah sayang…iyah sayang..oohhh yah gituh sayang…oohhh iyah sayang..oohhh dalam banget kontolmu masuk Robby oohhh panjangnya kontolmu sayang…..iyah..oohhh kontolmu samapi mentok rahim ibu sayang…ohhh sayang ohhh sayang tekan lagi sayang…ohhh sayang tekan sedalmnya sayang biar kontolmu masuk mulut rahim ibu sayang…oohhh iyah sayang..ohhhh yah gituhh…ohhh Robby kontolmu masuk rahim ibu sayang…ohhhh sayang kepala kontolmu masuk sayang…oohhh sayang besar sekali kepala kontolmu sayang…ohhhh Robby kepala kontolmu masuk ke rahim ibu sayang ooohhhhssshhmmmhhh..sshhhaahhh kepala kontolmu masuk sampai rahim ibu nak Robby ooohhhh enaknya sayang…oohhhh enaknya kontolmu…ohhh enaknya kontolmu…ohhh…oohhh entotin ibu sayang…oohhh enaknya entotanmu Robby…oohhh ebaknya entotanmu sayang…oohhh Robby sayang..ibu keenakan sayang…oohhh lobang memek ibu keeanakan sayang…ohhhh sayang…ooohhhsssmmmhh…,”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bu Intan begitu bernafsu dengan ukuran kontol Robby yang keluar masuk lobang memeknya. Bu Intan semakain menjepitkan kakinya ke paha Robby dan ia mendesakkan pinggulnya keatas menerima entotan-entotan Robby. Bu Intan begitu bernafsu dengan kontol pemuda itu. Bu Intan sangat ingin setiap tusukan kontol Robby langsung memasuki rahimnya. Ia begitu gatal dan penuh birahi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Oooohhhh Bu Intan sayang…enaknya menggauli tubuhmu Bu Intan…ohhh enaknya kontolku masuk memek Bu Intan…ooongggggsshhh aaahhhsss oohh Bu Intan enaknya lobang memekmu Bu…ooohhh Bu Intan…oooo Bu Intan rasanya kontolku masuk dalam banget bu….ooohhh enaknya mengentoti memekmu bu…oohhh Bu Intan sayang…oohhh sayang…ooohhh sayang…oohh bu aku keenakan bu…aku suka ngentot sama ibu…oohhh…,”Robby juga memuaskan fantasi seksnya terhadap Bu Intan yang selama ini menggoda hayalnya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Oooohhhgghhsshhooohhh iyah sayang…oh ibu juga suka ngentot sama kamu sayang…ibu bisa ketagihan ngentot sama kamu sayang..ohhh kontolmu besar sayang..ohhh sayang kontolmu panjang sayang..ohhh enaknya kontolmu.. ibu bisa ketagihan sayangooo…. ohhhh…ohh tekan lagi sayang…oooggsshhh sayangku Robby oooohh ….aaaaacccchhhsssshhh…enaknya entotanmu…oooouuugghhh sayang kontolmu mentok rahimku sayang…oooghh sayang masuki rahim ibu sayang…ohhh enaknya…ohhh enaknya….oooohhhgghhhsshh enaknya kontolmu…,”Bu Intan mendesakkan tubuhnya ke tubuh Robby untuk mendapatkan kenikmatan yang lebih.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Selangkangan mereka kadang melekat erat. Pangkal batang kontol Robby sampai mentok dengan selangkangan Bu Intan. Kadang mereka saling memompa dengan cepat. Mereka saling menggenjot penuh birahi. Robby mendesakkan pinggulnya ke selangkangan Bu Intan. Ia begitu bernafsu menggagahi wanita paruh baya itu. Mereka kadang memiliki rasa hayal yang sama saat itu. Di mana mereka melakukan perselingkuhan yang penuh mesum itu di rumah Bu Intan, bahkan di ranjang yang biasa digunakan oleh Bu Intan dan suaminya Suriono Rusmanto. Dan itu semua hanya membuat hayal syahwat kedua insan berbeda usia itu makin bergelora dan nakal.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Oooohhh sayang…enaknya ngentot sama kamu…ohhh Robby ibu suka kontolmu sayang..iyah sayang..oohh iyahh sayang…oohh iyah gituh sayang…ooohh entoti terus lobang memekku..oooghhh sayang enaknya entotanmu…oohhh sayangku Robby…oooohhh…ooohhh…ooohhh… ooohhh… ooohhh… ooohhh…aaacccghhh sayang sebentar lagi ibu mau kelura sayang..ooohhh emtoti yang kuat sayang… ooohh pompa memek ibu…ooohhh yahhh sayang…oohh Robby oohh gagahi ibu sayang…ooocchhh sebnetar lagi sayang…ooohhh… ooohhh… ooohhhsss…. Ooohhh… ooohhh…,”Bu Intan makin merapatkan pinggulnya untuk mendapatkan tusukan-tusukan kontol Robby yang paling dalam.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Oooohhhhh sayangku Bu Intan…oohhh enaknya ngentoti memekmu bu…ooohhh enaknyabu… ooohhh Bu Intan lobang memekmu enak…,”Robby makin mempercepat entotannya. Ia makin mendesakkan pinggulnya ke selangkangan Bu Intan yang begitu terbuka.”Ooooghh Bu Intan aku juga mau keluar bu…oohhh enak banget bu…oohggg enaknya kontolku bu…,”</div>
<div style="text-align: left;">
“Ooohhhggg sayang entot yang dalam sayang….tusuk yang dalam sayang…yahh masukin kontol panjangmu lebih dalam lagi sayang biar enak sayang oohgghhhhsshh..oogghh besarnya kontolmu Robby…ohhgg makin tegang sayang…oohgg kontolmu makin besar sayang….sayangku Robby tekan kontolmu lebih dalam sayang….oogghh masukin kontolmu makin dalam ke rahim ibu sayang…</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Oohhh sayangku tekan kontolmu biar masuk rahim ibu sayang…ohhh yahh…oohh yah …oohh yahhh gituhh sayang…ohhhh sayangku…masukin rahimku sayang…oohhh sayang keluarin spermamu sayang…oogghh yahh sayang oohh masukin spermamu dalam rahim ibu sayang…oohhh tekan lebih dalam sayang biar spermamu masuk rahim ibu sayang…oohggg…oosshh yah sayangku…oohhh yahh sayang….oohhh keluarin manimu sayang…oohh sayang keluarin spermamu dalam rahimku sayang…oogghh sayang… ooohhssshhhss entotin lobang memek ibu sayang…oohhsshhh Robby sayang keluarin spermamu yang banyak dalam rahim ibu sayang..ohhh sayang keluarin spermamu yang banyak sayang…oohhggg Robby oohhh Robby sayang..keluarin spermamu yang banyak ke dalam rahim ibu sayang biar ibu hamil sayang…ooohhgggg sayangku Robby..ohhh sayangku Robby ibu pengen hamil oleh spermamu sayang…oohhh yah entotin terus memek ibu sayang…ooohhh Robby ibu pengen hamil oleh kontolmu sayang…</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Oohhh keluarin spermamu yang banyak dalam rahim ibu sayang biar ibu hamil…ooohh ibu masih bisa hamil sayang…oohhh Robby sayang hamili ibu sayang…oohhh sayang entot ibu samapai hamil sayang…oohhh Robby hamili ibu sayang…kamu pengen ibu hamil kan sayang…ooohhhsssmmmhh kamu pengen ngenotin ibu sampai hamil kan sayang…oohhh …oohhh keluarin manimu yang banyak dalam rahimku sayang…ooohhh Robby sayang hamili ibu…aahhh hamili ibu sayang…entoti ibu samapai hamil…,”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Robby semakin liar menggenjot tubuh Bu Intan. Hayalnya benar-benar terpuaskan. Robby memang sering berhayal bisa ngentotin Bu Intan sampai ibu paruh baya itu hamil. Ia semakin menggoyangkan pinngulnya. Ujung kontolnya semakin gatal. Robby menusukkan kontolnya dengan tusukan yang dalam. Dan akhirnya ia merasa akan mengeluarkan spermanya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ohhh Bu Intan aku mau keluar…ooooooooooooooooohhhhhhh sayangku Bu Intan…aaacchhh ooohhh Bu Intan aku keluar sayang….ohhh spermaku lagi banyak bu…oohhh Bu Intan kuhamili kau Bu…oohhh Bu Intan aku keluar…oohh Bu Intan ini spermaku sayang…ooooooooooooohhh ooooggghhhh sayang akan kubuntingin kau bu…oooooooooooooogghhh….,”Robby menekan kontolnya sedalam-dalamnya sambil mengerang.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Selangkangan mereka menempel begitu ketat. Gerakan-gerakan ritmis dan otomastis mengiringi menempelnya kedua pinggul mereka. Gerakan-gerakan ritmis itu menandakan kedua kelamin mereka sedang memompakan sperma masing-masing. Bu Intan begitu puas oleh persetubuhan itu. Tangannya dan kakainya mendekap kuat pinggul dan pantat Robby. Bu Intan sangat ingin kontol pemuda itu masuk makin dalam ke rahimnya. Dan Bu Intan merasakan kepala kontol anak muda itu memasuki rahimnya dan ia merasakan kontol yang besar dan panjang itu berdenyut-denyut. Bu Intan merasakan kontol itu mengganguk-angguk dalam lobang rahimnya menyemprotkan sperma yang begitu banyak memasuki rahimnya. Bu Intan tidak tahu mengapa ia begitu ingin dihamili oleh Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bu Intan mendesah setelah persetubuhan nikmat itu. Ia berbisik di telinga Robby, “Ohhh sayang, spermamu banyak banget masuk rahim ibu. Oh sayang ibu bisa hamil sayang…ooogghhh sayangku Robby, ibu pengen banget hamil oleh kontolmu ini sayang…,”</div>
<div style="text-align: left;">
Nafas Robby menderu-deru. Persetubuhan dengan Bu Intan yang bertubuh montok semok dan merangsang itu betul-betul menimbulkan nikmat yang luar biasa. Dan kini nafasnya dan nafas Bu Intan bagai bersahutan-sahutan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Robby mengangkat wajahnya, dan memandangi wajah wanita paruh baya itu. Lalu ia melumat bibir Bu Intan dan berbisk, “Aku juga pengen ibu hamil. Ohhgghhh Bu Intan, sejak pertama kali bertemu ibu, aku sudah pengen banget menghamilimu bu..,”desah Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aku juga sayang. Sejak pertama kali jumpa sama kamu, ibu tahu kamu pengen ngentot sama ibu. Matamu yang sering curi pandang sama ibu membuat ibu tahu kamu pengen banget ngentotin ibu, dan ibu tahu kamu pengen mengahamili ibu…mmmmhhhh…,”Bu Intan membalas dengan mengecup bibir Robby.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Mereka bergelut sepanjang hari hingga malam… Berkali-kali Robby menyetubuhi Bu Intan… Berkali-kali Bu Intan merasakan rahimmnya disembur terus-menerus oleh mani Robby yang hangat dan kental… Kontol Robby yang besar dan panjang benar-benar memuaskan dahaga liarnya yang binal… Ia begitu meresapi tusukan-tusukan kontol besar dan panjang Robby di lobang memeknya… Ia merasa kembali hidup penuh gairah… Robby begitu merasakan kepuasan seksual yang penuh ketika menggagahi wanita paruh baya itu.. bahkan mengetahui Bu Intan adalah istri orang semakin menggelorakan nafsu seksnya… Ia begitu bernafsu setiap kali menggenjoti tubuh Bu Intan… Dan ia selalu menghentakkan pinggulnya, menusuk sangat dalam ke lobang memek Bu Intan ketika kontolnya menyemprotkan mani ke dalam rahim Bu Intan.. Dan itu semua benar-benar memuaskan fantasi seksnya…</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sesudah permainan seks yang liar itu mereka sekali seminggu berjumpa di sebuah hotel. Dalam jangka waktu itu Bu Intan pernah merayu suaminya dengan gaya yang palsu… Ia mengajak suaminya bersetubuh… Bu Intan berbisik di telinga suaminya: “Aku ingin punya anak lagi… Dan setelah persetubuhan, Bu Intan ke kamar mandi membuang semua sperma suaminya….</div>
<div style="text-align: left;">
Dua setengah bulan setelah persetubuhan pertama, Bu Intan dan Robby kembali bergelut di ranjang sebuah hotel… Di akhir persetubuhan Bu Intan menciumi leher dan telinga Robby, dan berbisik:…Oh sayang…aku hamil… Aku mengandung anakmu..,”</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-32985454718456946372014-06-22T04:04:00.001-07:002014-06-22T04:04:04.131-07:00PEMERKOSAAN GADIS SMA YANG MENGENAKANCerita sex ini membahas seputar cerita yang melakukan sex dengan gadis abg masih remaja bisa juga dibilang perawan untuk bantaran anak sekolah sma langsung saja baca sobat ceritanya pasti seru bangat – Mitha terlambat bangun untuk berangkat sekolah, padahal sebelumnya dia selalu bangun lebih pagi. Mungkin semalam keasyikan nonton acara TV, sehingga pagi ini dia harus buru-buru kalau tidak ingin terlambat sampai di SMU. Mitha adalah pelajar kelas 1, minggu depan dia akan berulang tahun yang ke-15.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgboJqBuLzUGvbM-spty9jGjdX9Yd6grT83OIy7VXuGp8wfKRTb1MJJU8Ib2IyPDsevfBVKuN_wIBVdvsER0f0med025depTpZxM34vJEtPIwPEw0-wO4VhS09xo7solXWy06wqh3TJ7Tos/s1600/650f33224367740.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://duniabebascerita.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgboJqBuLzUGvbM-spty9jGjdX9Yd6grT83OIy7VXuGp8wfKRTb1MJJU8Ib2IyPDsevfBVKuN_wIBVdvsER0f0med025depTpZxM34vJEtPIwPEw0-wO4VhS09xo7solXWy06wqh3TJ7Tos/s1600/650f33224367740.jpg" height="281" title="CEWEK SEKSI" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
<a href="http://duniabebascerita.blogspot.com/">duniabebascerita.blogspot.com</a> – Dengan wajah yang manis, rambut sebahu, kulit putih bersih, mata bening dan ukuran payudara 34B, tak heran Mitha selalu menjadi incaran para lelaki, baik yang sekedar iseng menggoda atau yang serius ingin memacarinya. Tetapi sampai hari ini Mitha belum menjatuhkan pilihannya.<br />
Alasannya cukup klasik, “Maaf ya.., kita temenan aja dulu.., soalnya saya belum berani pacaran.., khan masih kecil, ntar dimarahin ortu kalau ketahuan…” begitu selalu kilahnya kepada setiap lelaki yang mendekatinya.<br />
<br />
Begitulah Mitha, gadis manis yang belum terjamah bebasnya pergaulan metropolis seperti Jakarta tempatnya tinggal. Mitha mungkin akan cukup lama bertahan dalam keluguannya kalau saja peristiwa itu tidak terjadi.<br />
<br />
Pagi itu selesai menyiapkan diri untuk berangkat, Mitha sedikit tergesa-gesa menjalankan Honda Supra-nya. Tanpa disadarinya dari kejauhan tiga pasang mata mulai mengintainya. Anton (25 tahun) mahasiswa salah satu PTS yang pernah ditolak cintanya oleh Mita, hari itu mengajak dua rekannya (Iwan dan Tejo) yang terkenal bejat untuk memberi pelajaran buat Mitha, karena Anton yang playboy paling pantang untuk ditolak, apalagi oleh gadis ingusan macam Mitha.<br />
<br />
Tepat di jalan sempit yang hampir jarang dilewati orang, Anton dan kawan-kawan memalangkan Toyota Land Cruser-nya, karena mereka tahu persis Mitha akan melewati jalan pintas ini menuju sekolahnya. Sedikit kaget melihat mobil menghadang jalannya, Mitha gugup dan terjatuh dari motornya. Anton yang berada di dalam mobil beranjak keluar.<br />
“Hai Mit.., jatuh ya..?” kata Anton dengan santainya.<br />
“Apa-apaan sih kamu..? Mau bunuh aku ya..?” hardik Mitha dengan wajah kesal.<br />
“Nggak.., cuman aku mau kamu jadi pacarku, jangan nolak lagi lho..! Ntar…” kata Anton yang belum sempat menyelesaikan kata-katanya.<br />
“Ntar apa..?” potong Mitha yang masih dengan wajah kesal.<br />
“Ntar gue perkosa lo..!”<br />
“Sialan dasar usil, cepetan minggir aku udah telat nih..!” bentak Mitha.<br />
<br />
Air mata di pipinya mulai menetes karena Anton tetap menghalangi jalannya.<br />
“Anton please.., minggir dong..!” pintanya sudah tidak sabaran lagi.<br />
Anton mulai mendekati Mitha yang gemetar tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi bajingan ini. Tiba-tiba dari arah belakang sebuah pukulan telak mendarat di tengkuk Mitha yang membuatnya pingsan seketika. Rupanya Iwan yang sedari tadi bersembunyi di balik pohon bersama delapan orang lainnya sudah tidak sabar lagi.<br />
“Ayo kita angkut dia..!” perintah Anton kepada teman-temannya.<br />
<br />
Singkat cerita, Mitha dibawa ke sebuah rumah kosong di pinggir kota. Letak rumah itu menyendiri, jauh dari rumah-rumah yang lainnya, sehingga apapun yang terjadi di dalamnya tidak akan diketahui siapapun.<br />
<br />
Sebuah tamparan di pipinya membuat gadis ini mulai siuman. Dengan tatapan nafsu dari dua lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya kecuali satu orang, yaitu Anton. Mitha mulai ketakutan memandang sekelilingnya. Apa yang akan terjadi samar-samar mulai terbayang di matanya. Jelas sekali dia akan diperkosa oleh 3 orang. Rupanya mereka sudah tidak sabaran lagi untuk segera memperkosa Mitha. Tangan-tangan mereka mulai merobek-robek pakaian gadis itu dengan sangat kasar tanpa perduli teriakan ampum maupun tangisan Mitha.<br />
<br />
Setelah menelanjangi Mitha sehingga Mitha benar-benar bugil. Sekali sentak Iwan menjambak rambut Mitha dan menariknya, sehingga tubuh Mitha yang tekulai di lantai terangkat ke atas dalam posisi berlutut menghadap Iwan.<br />
“An.., lo mau gue apain nih cewek..?” kata Iwan sambil melirik ke arah Anton.<br />
“Terserah deh.., emang gue pikirin..!”<br />
Iwan menatap sebentar ke arah Mitha yang sudah sangat ketakutan, air matanya nampak mengalir dan, “PLAK..!” tamparan Iwan melayang ke pipinya.<br />
<br />
Anton dan yang lainnya mulai membuka pakaian masing-masing, sehingga sekejap orang-orang yang berada dalam ruangan itu semuanya telanjang bulat. Mitha yang terduduk di lantai karena dicampakkan Iwan kembali menerima perlakuan serupa dari Anton yang kembali menjambak rambutnya, hanya saja tidak menariknya ke atas, tetapi ke bawah, sehingga sekarang Mitha dalam posisi telentang. Teman-teman Anton memegangi kedua tangan dan kaki Mitha, sedangkan Anton duduk tepat di atas kedua payudara Mitha. Penis Anton yang sudah mengeras dengan panjang 18 cm ditempelkan ke bibir Mitha.<br />
<br />
“Ayo isep kontol gue..!” bentak Anton tidak sabaran.<br />
Karena Mitha tidak juga membuka mulutnya, Anton menampar Mitha berkali-kali. Karena tidak tahan, akhirnya mulut mungil Mitha mulai terbuka. Tanpa ampun Anton yang sudah tidak sabaran memasukkan penisnya sampai habis, tonjolan kepala penis Anton nampak di tenggorokan Mitha. Anton mulai memaju-mundurkan penisnya di mulut Mitha selama 5 menit tanpa memberi kesempatan Mitha untuk bernafas. Mitha kesakitan dan mulai kehabisan nafas, Anton bukannya kasihan tetapi malah semakin brutal menancapkan penisnya.<br />
<br />
Selang beberapa saat, Anton mengeluarkan penisnya dari mulut Mitha, dan segera diganti oleh Penis Iwan yang panjangnya hampir 20 cm. Tejo yang sedari tadi memegang kaki Mitha mulai menjalankan aksinya. Paha Mitha ditarik ke atas dan mengarahkan penisnya ke vagina Mitha. Penis Tejo yang paling besar di antara kedua rekannya tidak terlalu gampang menembus vagina Mitha yang memang sangat sempit, karena masih perawan. Tetapi Tejo tidak perduli, penisnya terus ditekan ke dalam vagina Mitha dan tidak berapa lama Mitha tampak meringis kesakitan, tetapi tidak mampu bersuara karena mulutnya tersumbat penis Iwan yang dengan kasarnya menembus hingga tenggorokannya.<br />
<br />
Tejo memaju-mundurkan penisnya ke dalam vagina Mitha dan nampak darah mulai menetes dari vagina Mitha. Keperawanan Mitha telah dikoyak Tejo. Iwan yang tidak puas akan “pelayanan” Mitha nampak kesal.<br />
“Ayo isep atau gue cekik lo..!” bentaknya ke arah Mitha yang sudah dingin pandangannya.<br />
Mitha yang sudah putus asa hanya dapat menuruti keinginan Iwan. Mulutnya dimaju-mundurkan sambil menghisap penis Iwan.<br />
“Ayo cepat..!” kata Iwan lagi.<br />
Karena dalam posisinya yang telentang, agak sulit bagi Mitha menaik-turunkan kepalanya untuk mengulum penis Iwan, tetapi Iwan rupanya tidak mau perduli. Mitha melingkarkan tangannya ke pinggang Iwan, sehingga dia dapat sedikit mempercepat gerakannya sesuai keinginan Iwan.<br />
<br />
Hampir 30 menit berlalu, Iwan hampir ejakulasi, rambut Mitha ditarik ke bawah sehingga wajahnya menengadah ke atas. Iwan mencabut penisnya dari mulut Mitha.<br />
“Buka yang lebar dan keluarin lidah lo..!” bentaknya lagi.<br />
Mitha membuka mulutnya lebar-lebar dan menjulurkan lidahnya keluar. Iwan memasukkan kembali setengah penisnya ke mulut Mitha dan, “Ah.., crot… crot… crot..!” sperma Iwan yang banyak masuk ke mulut Mitha.<br />
“Telan semuanya..!”<br />
<br />
Mitha terpaksa menelan semua sperma Iwan yang masuk ke mulutnya, walau sebagian ada yang mengalir di sela-sela bibirnya.<br />
<br />
Tejo yang juga hampir ejakulasi mencabut penisnya dari vagina Mitha dan merangkat ke atas dada Mitha dan bersamaan dengan Iwan mencabut penisnya dari mulut Mitha. Tejo memasukkan penisnya ke mulut Mitha sampai habis masuk hingga ke tenggorokan mitha.<br />
Dan, “Crot.. crot.. crot..!” kali ini sperma Tejo langsung masuk melewati tenggorokan Mitha.<br />
Anton yang sedari tadi menonton perbuatan kedua rekannya melakukan hal serupa yang dilakukan Tejo, hanya saja Anton menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Mitha.<br />
<br />
Begitulah selanjutnya, masing-masing dari mereka kembali memperkosa Mitha sehingga baik Anton, Tejo dan Iwan dapat merasakan nikmatnya vagina Mitha dan hangatnya kuluman bibir Mitha yang melingkari penis-penis mereka. Mereka benar-benar sudah melampaui batasan keinginan berbalas denadam terhadap Mitha yang tadinya masih polos itu.<br />
<br />
Sebelum meninggalkan Mitha sendirian di rumah kosong, mereka sempat membuat photo-photo telanjang Mitha yang dipergunakan untuk mengancam Mitha seandainya buka mulut. Photo-photo tersebut akan disebarkan ke seantero sekolah Mitha jika memang benar-benar Mitha melaporkan hal tersebut ke orang lain.<br />
<br />
Hari-hari selanjutnya dengan berbagai ancaman, Mitha terpaksa pasrah diperkosa kembali oleh Anton dan kawan-kawan sampai belasan kali. Dan setiap kali diperkosa, jumlahnya selalu bertambah, hingga terakhir Mitha diperkosa 40 orang, dan dipaksa menelan sperma setiap pemerkosanya. Sungguh malang nasib Mitha.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-15277115279416830402014-06-22T03:35:00.003-07:002014-06-22T03:36:31.994-07:00Ayam Kampus Yang Mengairahkan<div style="text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlANRr4WZEUoSPvVrBYvfyFLPNvVnjA35ExXZZWFarclOyW7oKpdXVTOFdQgFFkkZ-Rna_iQ7Lcw4gDukdG0RvcYGBEnoVS9lgYtfwWMIGPy0IaZxQIcn-w5z71TOJimPTmEBeb8t13ZkH/s1600/ltrm.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://duniabebascerita.blogspot.com/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlANRr4WZEUoSPvVrBYvfyFLPNvVnjA35ExXZZWFarclOyW7oKpdXVTOFdQgFFkkZ-Rna_iQ7Lcw4gDukdG0RvcYGBEnoVS9lgYtfwWMIGPy0IaZxQIcn-w5z71TOJimPTmEBeb8t13ZkH/s1600/ltrm.jpg" height="277" title="CEWEK SEKSI" width="400" /></a><a href="http://duniabebascerita.blogspot.com/">duniabebascerita.blogspot.com</a> – Seorang temanku, namanya Rudy Manoppo, dia menghubungiku di handphone. Dia lagi berada di hotel Menteng di Jalan Gondangdia lama bersama dua orang ceweknya. Memang dia pernah janji padaku mau mengenalkan pacarnya yang namanya Judith itu padaku, dan sekarang dia memintaku datang untuk bertemu dengan mereka malam ini di sana.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dalam perjalanan ke sana aku teringat dengan seorang cewek yang namanya Judith juga. Lengkapnya Judith Monica. Sudah setahun ini kami tidak pernah bertemu lagi, tapi masih sering menghubungi via telepon, terakhir kali aku menghubungi dia waktu ulang tahunnya tanggal 29 September, dan kukirimi dia kado ulangtahun. Dia adalah orang yang pernah begitu kusayangi. Dalam hatiku berharap semoga dia menjadi isteriku. Wajahnya mirip artis Dina Lorenza, tinggi 170 cm, kulitnya sawo matang. Pokoknya semua tentang dia ini oke punya lah. Ibunya orang Jawa, sedangkan bapaknya dari Sulawesi selatan. Dia sendiri sejak lahir sampai besar menetap di Jakarta bersama orangtuanya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dulunya kami bekerja di satu perusahaan, Judith ini accountingnya kami di kantor, sedangkan aku bekerja diatas kapal. Setiap pulang dari Jepang, sering kubawa oleh-oleh untuk dia. Tetapi salah satu point yang sulit mempersatukan kami adalah soal agama. Terakhir yang kutahu tentang Judith ini dia batal menikah dengan cowoknya yang namanya Adhi itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Handphone-ku berbunyi lagi, rupanya dari Rudy, mereka menyuruhku masuk ke dalam kamar 310, disitu Rudy bersama dua orang ceweknya. Aku disuruh langsung saja masuk ke kamar nanti begitu tiba di sana. Aku tiba di sana pukul sembilan tiga puluh malam dan terus naik ke atas ke kamar 310. Seorang cewek membuka pintu buatku dan cewek itu hanya bercelana dalam dan BH saja, dan aku langsung masuk. Rupanya Rudy sedang main dengan salah seorang ceweknya itu, keduanya sama-sama telanjang dan lagi seru-serunya berduel. Terdengar suaranya si cewek ini mendesah dan mengerang kenikmatan, sementara Rudy mencium wajahnya dan lehernya. Aku berpaling pada cewek yang satu lagi ini yang memandangku dengan senyuman manis.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Oom Errol ya..?” tegurnya sambil duduk di atas tempat tidur yang berada di sebelahnya.</div>
<div style="text-align: left;">
Aku hanya mengangguk dan membalas senyumnya. Bodynya boleh juga nih cewek, hanya sedikit kurus dan imut-imut.</div>
<div style="text-align: left;">
“Namanya siapa sich..?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Namaku Lina, Oom buka aja bajunya.”</div>
<div style="text-align: left;">
Lalu aku pun berdiri dan membuka bajuku, dan kemudian menghampirinya di atas ranjang dan menyentuh punggungnya, sementara Lina ini terus saja menonton ke sebelah. Si cewek yang lagi ‘dimakan’ Rudy rupanya mencapai puncak orgasmenya sambil menggoyang pinggulnya liar sekali, menjerit dan mendesah, dan kemudian Rudy pun keluar. Asyik juga sekali-sekali menonton orang bersenggama seperti ini.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sementara keduanya masih tergeletak lemas dan nafas tersengal-sengal, si Lina ini berpaling kepadaku dan aku pun mengerti maksudnya, dan kami pun mulai bercumbu, saling meraba dan berciuman penuh nafsu. Kini berbalik Ricky dan ceweknya itu yang menonton aku dan Lina main. Secara kebetulan aku balik berpaling kepada Ricky dan ceweknya itu, dan betapa kagetnya aku melihat siapa cewek yang bersama Ricky itu. Masih sempat kulihat buah dadanya dan puting susunya sebelum cepat-cepat dia menarik selimut menutupi badannya. Aku langsung jadi ‘down’ dan bangun berdiri, dan menegur Ricky sambil memandang si cewek itu yang masih terbaring. Dia pun nampaknya begitu kaget, untung saja Ricky tidak melihat perubahan pada air wajahnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Hi Ricky.., sorry aku langsung main tancap nich.” kataku, Ricky hanya tertawa saja padaku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Gimana Roll, oke punya?” tanya Ricky sambil melirik Lina yang masih terbaring di ranjang.</div>
<div style="text-align: left;">
“Excellent..!” jawabku sambil berdiri di depannya tanpa sadar bahwa aku lagi telanjang bulat dan tegang.</div>
<div style="text-align: left;">
“Roll, kenalkan ini cewekku yang kubilang si Judith itu,” ucap Ricky sambil tangannya berbalik memegang kepalanya Judith.</div>
<div style="text-align: left;">
Segera aku menghampirinya dan mengulurkan tanganku yang disambut oleh cewek itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kami berjabat tangan, terasa dingin sekali tangannya, dan dia menengok ke tempat lain, sementara aku menatapnya tajam. Untunglah Ricky tidak sadar akan perubahan diantara aku dengan cewek ini. Lalu si Judith ini bangun sambil melingkari tubuhnya dengan handuk, kemudian berjalan ke kamar mandi diiringi oleh tatapan mataku, melihat betis kakinya yang panjang indah itu yang dulu selalu kukagumi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tidak sadar aku menarik nafas, terus Rudy mempersilakan aku dan Lina kembali melanjutkan permainan yang tertunda itu. Kami kemudian melakukan foreplay sebelum acara yang utama itu. Kulihat sekilas ke sebelah, Judith sudah balik dari kamar mandi dan memperhatikan aku dan Lina yang sedang bertempur dengan seru, Lina mengimbangiku tanpa terlalu berisik seperti Judith tadi. Lina mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar dan kusodok lubang vaginanya dengan penuh semangat. Maklumlah, dua bulan di laut tidak pernah menyentuh wanita sama sekali.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sampai akhirnya kami berdua pun sama-sama keluar, aduuh.. nikmatnyaa… Kuciumi buah dada yang penuh keringat itu dan bibir-bibirnya yang tipis itu, kulitnya benar-benar bersih mulus dan akhirnya kami terbaring membisu sambil terus berpelukan mesrah dan tertidur. Waktu itu sudah jam dua belas tengah malam.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ketika aku terbangun, rupanya Lina tidak tidur, dia malah asyik memandangiku. Kulihat ke sebelah, Rudy dan Judith masih terlelap, hanya selimutnya sudah tersingkap. Rudy tidur sambil memeluk Judith dan keduanya masih telanjang bulat. Paha Judith yang mulus sexy itu membuatku jadi terangsang kembali dan terus saja memandangnya dari jauh.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Dia cantik ya..?” lalu Lina berbisik padaku, aku hanya mengangguk kepala.</div>
<div style="text-align: left;">
“Cantik, sexy.. tapi milik banyak orang..” tambah Lina lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
“Dia temanmu kan..?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Kita satu fakultas dulu, dan sama-sama wisuda, setahu gua dia dulunya nggak suka main sama laki, tapi dia melayani tante-tante senang yang suka nyari mangsa di kampus.”</div>
<div style="text-align: left;">
“Maksud kamu Judith itu lesbian..?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Yah gitu lah, tapi dia juga pacaran waktu itu, terakhir dulu gua dengar dia lama main ama orang cina dari Hongkong.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Bisa jadi dia pernah lesbong, soalnya liat tuh puting susunya udah besar dan panjang lagi, kayak ibu-ibu yang pernah menyusui.” kataku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Pak Rudy ini cuman salah satu dari koleksinya, dia juga suka main ama orang bule dari Italy, terus dia juga ada main sama Pak XXX (orang penting).”</div>
<div style="text-align: left;">
“Lina kok tau semuanya..?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Soalnya gua sering jalan bareng dia, kalo dia dapat order sering dia bagi-bagi ama gua, orangnya paling baik juga sosial ama temen.” sambung Lina lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
Sementara Lina tidak tahu kalau aku dan Judith juga sudah lama kenal.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tiba-tiba Judith menggerakkan badannya membuat bagian perutnya yang tadinya terselimut kini terbuka, gerakannya itu membangunkan Rudy yang melihat buah dadanya begitu menantang langsung mulutnya beraksi, dari buah dada Judith turun terus ke bawah membuka lebar pahanya Judith dan menjilati bibir vaginanya. Aku langsung bangun dan menghampiri ranjang keduanya dan memperhatikan dari dekat Rudy menjilati bibir kemaluan Judith dan menguakkannya. Nampak lubang kemaluan Judith yang memerah terbuka cukup besar. Sementara bulu kemaluannya kelihatan seperti dicukur bersih, licin seperti vagina seorang bayi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Melihatku memperhatikannya dengan serius, Rudy lalu bertanya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Kamu suka Roll..? Kita tukaran aja sekarang, aku ama Lina.”</div>
<div style="text-align: left;">
Lalu Rudy bangun dan pindah ke ranjang sebelah, dan aku segera menggantikan tempat Rudy tadi, tapi betapa terkoyaknya hatiku saat itu. Benar-benar tidak pernah kukira akan mengalami pertemuan kembali yang begini dengan Judith. Aku berbaring sambil mendekap tubuhnya pelan-pelan, seolah takut jangan sampai dia terbangun. Mulutku melahap buah dadanya, menghisap puting susunya yang besar dan panjang itu, tanganku pelan turun ke bawah mengusap selangkangannya, terus memegang vaginanya sambil mencium pipinya, mengulum bibir-bibirnya. Judith mendesah dan menguap sambil menggerakkan badannya, tapi tidak bangun. Aku pun terus melanjutkan aksiku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ketika dia berbalik tertelungkup, segera kupegang pantatnya dan menguakkannya. Nampaklah lubang duburnya yang sudah terbuka itu, merah kehitam-hitaman, kira-kira berdiameter satu senti. Tapi betapa hatiku begitu penuh kasih padanya, pelan-pelan lidahku menjulur ke lubang pantatnya itu dan kujilati pelan-pelan. Tiba-tiba Judith menggerakkan pantatnya, rupanya terasa olehnya sesuatu yang nikmat di pantatnya. Aku terus saja menjilatinya, lalu dia merintih dan menarik napas panjang dan mendesah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aduuhh.. enak Rudy, terus Sayang.. lidahnya terus mainkan.., duuh.. enaakk..!” desahnya pelansambil semakin kuat menggoyangkan pantatnya, sementara rudalku sudah tegang sekali.</div>
<div style="text-align: left;">
“Rudy.., jellynya.. jellynya dulu.. baru masukin yaa..!”</div>
<div style="text-align: left;">
Aku tidak tahu dimana jellynya, lalu kuludahi saja banyak-banyak sampai lubang duburnya itu penuh dengan ludahku dan kuarahkan rudalku ke arah sasarannya, dan mulai menyentak masuk pelan-pelan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aaacchh..!” dia mendesah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sekali hentak langsung masuk tanpa halangan, kudorong terus rudalku, tangan kananku melingkari lehernya. Dia menarik napas panjang sambil mendesah tertahan, sementara rudalku sudah semuanya masuk tertanam dalam liang pelepasannya yang cengkeramannya sudah tidak terasa lagi. Tangan kiriku memainkan klitorisnya, sambil mencium pipinya kemudian melumat bibirnya. Berarti Judith ini sudah biasa disodomi orang, hanya lubangnya belum terbuka terlalu besar. Aku mulai menarik keluar kembali dan memasukkan lagi, dan mulai melakukan gerakan piston pelan-pelan pada awalnya, sebab takut nanti Judithnya kesakitan kalau aku langsung main hajar dengan kasar.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku tahu bila dalam keadaan normal seperti biasa, tidak akan pernah aku dapat menyentuh tubuhnya ini. Selagi aku mengulum lidahnya itu, Judith membuka matanya, terbangun dan kaget melihat siapa yang lagi menyetubuhinya. Judith mau bergerak bereaksi tapi kudekap dia kuat-kuat hingga Judith tidak mungkin dapat bergerak lagi, dan aku mulai menghentak dengan kekuatan penuh pada lubang duburnya yang memang sudah dol itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Batang rudalku masuk semua tertancap di dalam lubang duburnya dan masuk keluar dengan bebasnya menghajar lubang dubur Judith dengan tembakan-tembakan gencar beruntun sambil mendekapnya kuat-kuat dari belakang meremas payudaranya dengan gemasnya dan mengigit tengkuknya yang sudah basah oleh keringatnya itu. Secara reflex Judith mengoyang pinggulnya begitu merasakan batang kemaluanku masuk, dan mendesah mengerang dengan suara tertahan. Keringat deras bercucuran di pagi yang dingin itu. Seperti kuda yang sedang balapan seru, dia merintih lirih diantara desahan napasnya itu dan mengerang. Judith semakin menggoyang pantatnya seperti kesetanan oleh nikmat yang abnormal itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sepuluh menit berlalu, lubang duburnya Judith rasanya sangat licin sekali, seperti main di vagina saja. Dan Judith meracau mendesah dan menjerit histeris, wajahnya penuh keringat yang meleleh. Kubalikkan tubuhnya, kini Judith sudah tidak melawan lagi, dia hanya tergeletak diam pasrah ketika kualasi bantal di bawah pantatnya. Dia mengangkat kedua kakinya yang direntangkan dan memasukkan lagi rudalku ke dalam lubang duburnya yang sudah terkuak itu. Seluruh batang rudalku basah oleh cairan kuning yang berbuih, itu kotorannya Judith yang separuhnya keluar meleleh dari lubang duburnya itu. Bagi orang yang tidak biasa dengan anal sex ini pasti akan merasa jijik.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kini wajah kami berhadapan, kupegang kepalanya supaya dia tidak dapat berpaling ke kiri ke kanan. Dan kulumat-lumat bibir-bibirnya, sepasang gunung buahdadanya terguncang-guncang dengan hebatnya, lehernya dan dadanya basah oleh keringatnya yang bercampur baur dengan keringatku. Dan inilah yang namanya kenikmatan surga. Pipi-pipinya telah memerah saga oleh kepanasan. Aku semakin keras lagi menggenjot ketika mengetahui kalau Judith mau mencapai puncak klimaksnya. Seluruh tubuhnya lalu jadi mengejang, dan suaranya tertahan di ujung hidungnya, Judith ini benar-benar histeris pikirku. Mungkin juga dia ini sex maniac.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Judith mulai bergerak lagi dengan napas yang masih tersengal-sengal sambil mendesah.</div>
<div style="text-align: left;">
“Terus ung.. teeeruus.. aku mau keluar lagi..!” desahnya.</div>
<div style="text-align: left;">
Benar saja, Judith kembali menjerit histeris seperti kuntilanak, seluruh tubuhnya kembali mengejang sambil wajahnya menyeringai seperti orang menahan sakit yang luar biasa. Butiran keringatnya jatuh sebesar biji jagung membasahi wajahnya, peluh kami sudah bercampuran. Kupeluk erat-erat tubuhnya yang licin mengkilap oleh keringat itu sambil menggigit-gigit pelan daun telinganya agar dia tambah terangsang lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Akhirnya dia jatuh lemas terkulai tidak berdaya seperti orang mati saja. Tinggal aku yang masih terus berpacu sendiri menuju garis finish. Kubalikkan lagi tubuh Judith tengkurap dan mengangkat pantatnya, tapi tubuhnya jatuh kembali tertelungkup saja, entah apa dia sangat kehabisan tenaga atau memang dia tidak mau main doggy style. Kuganjal lagi bantal di bawah perutnya dan mulai menhajarnya lagi, menindihnya dari atas punggungnya yang basah itu. Tapi keringatnya tetap berbau harum. Napasnya memburu dengan cepatnya seperti seorang pelari.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aduh.. aduuh.. aku mau beol.. nich.. cepeet dikeluarin.. nggak tahan nich..! Ituku udah mo keluar nich..!” desahnya.</div>
<div style="text-align: left;">
Dadanya bergerak turun naik dengan cepatnya. Tapi aku tidak perduli, soalnya lagi keenakan, kutanamkan kuat-kuat batang kemaluanku ke dalam lubang pantatnya, dan menyemprotkan spermaku begitu banyaknya ke dalam lubang analnya itu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aduh.. aduuh.., aku mau beol.. nich.. cepeet nggak tahan nich.., udah mo keluar nich..!” desahnya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aaacchhh.. aach..!” Judith menjerit lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ada dua menit baru kucabut batang kemaluanku. Dan apa yang terjadi, benar saja kotorannya Judith ikut keluar bersama rudalku, dan menghambur padaku. Terasa hangat kotorannya yang mencret itu. Hal itu juga berhamburan pada seprei tempat tidur. Praktis kami berenang di atas kotoran tinjanya yang keluarnya banyak sekali itu. Sementara aku lagi menikmati orgasmeku, kudengar suaranya Judith seperti orang yang sedang sekarat, dan napasnya mendengus. Anehnya aku sama sekali tidak merasa jijik, walaupun aku dengan sudah belepotan oleh tinjanya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kami tetap saja berbaring diam sambil terus berpelukan. Napasnya masih tersengal-sengal. Dadanya bergerak naik turun seperti orang yang benar-benar kecapaian. Kucium pipinya yang basah oleh keringatnya, dan menjilati keringat di lehernya yang putih mulus itu. Batinku terasa puas sekali dapat mencicipi tubuh indah ini, walaupun dia ini hanya seorang pelacur saja. Judith pun tetap berbaring diam tidak bergerak walaupun semua bagian bawah tubuhnya sudah berlumuran oleh tinjanya. Dia sepertinya sudah seperti pasrah saja atas semua yang sedang terjadi pada dirinya. Bola matanya menatap kosong ke dinding kamar. Aku membalikkan kepalanya agar menatapku, terus kuhisap bibirnya pelan dan mencium di jidatnya. Tampak senyum di wajahnya, dia seperti senang dengan sikapku ini. Dia menatapku dengan wajah sayu dan letih.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“I love you Judith..” ucapku tanpa sadar.</div>
<div style="text-align: left;">
Dia hanya mendengus, menggerakan hidungnya yang mancung itu sambil bola matanya yang hitam bening itu menatapku tajam. Kucium lagi pipinya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Judith.., dari dulu aku tetap cinta kamu..” bisikku di telinganya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Walaupun harus hidup dengan berlumuran tinja seperti ini..?” jawabnya seperti menyindirku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Kita mesti keluar dari kubangan tinja ini Judith..,” kataku, “Kita bersihkan tubuh kita dan kita memulai hidup kita yang baru.”</div>
<div style="text-align: left;">
Dia tidak menjawab, malah mendorongku ke samping dan dia melompat bangun bergegas menuju kamar mandi diiringi suara ketawa dari Rudy dan Lani.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sisa-sisa kotoran di bokong pantatnya itu mengalir turun di paha dan betis kakinya dan ruangan itu telah dipenuhi oleh bau kotoran yang keluar dari dalam perutnya Judith ini. Aku pun berlari ke kamar mandi dan membantu Judith membersihkan badannya dengan air dan bantu dia menyirami tubuhnya dan menyabuni seluruh tubuhnya sampai ke selangkang dan kemaluannya terus sampai pada lubang pantatnya semua kusabuni dan kubilas sampai benar-benar bersih. Barulah kemudian aku mandi. Judith nampaknya senang dengan perlakuanku yang mengistimewakan dirinya itu, dan dia pun membantuku mengelap badanku dengan handuk.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kemudian kami kembali ke kamar, aku menarik keluar seprei yang telah penuh dengan kotoran itu, membungkusnya dan melemparnya ke kamar mandi. Judith duduk di kursi mengawasiku bekerja sambil senyum-senyum malu. Aku menatap tubuhnya yang tinggi atletis ini dengan penuh rasa pesona dan syukur. Namun sama sekali tidak kusanga bahwa nanti dalam waktu yang tidak lama lagi dia akan menjadi isteriku. Dan sedikitpun aku tidak menyesal memperisteri Judith, sekalipun dia itu hanyalah seorang bekas wanita nakal, bekas ayam kampus.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kami kembali lagi ke atas tempat tidur dan berusaha untuk tidur, padahal hari sudah pagi. Kami tidur berpelukan. Dia menyembunyikan kepalanya di dalam dadaku yang sedang bergemuruh dengan hebatnya itu, dan kami terlelap dalam tidur. Aku hanya dapat tertidur beberapa saat saja, kemudian sudah terbangun lagi, di sampingku Judith masih tertidur lelap, mungkin sebab saking capeknya dia ini. Pelan aku bangun untuk duduk sambil memperhatikan dia dalam ketidurannya, di bibirnya tersungging senyum, sepertinya dia merasa bahagia dalam hidup ini. Rambutnya yang lebat hitam panjang itu tergerai di atas bantal.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Pelan kusingkap kakinya hingga terbuka lebar, dan tanganku mengusap pahanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Benar-benar merangsangku paha mulus yang bersih ini. Menguakkan bibir vaginanya yang telah ke biru-biruan itu pertanda bahwa dia telah banyak sekali melakukan persetubuhan. Dan kulihat lubang vaginanya yang telah terbuka menganga seperti lubang terowongan turun ke dalam rahimnya. Lalu kujulurkan lidahku untuk membuka vaginanya itu dengan penuh perasaan. Kujilati juga klitorisnya, membuatnya jadi tergerak mungkin oleh rasa enak di klitorisnya itu. Tapi hanya sampai disitu saja. Aku tidak tega untuk membangunkannya dari kelelapan tidurnya yang manis itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Siangnya kami checked out dari Hotmen itu. Dalam mobil aku dan Judith duduk di belakang. Dia tidak pernah berbicara sampai kami tiba di depan rumahnya Lina di Tebet timur, keduanya turun di sini, padahal Judith rumahnya di jalan Kalibata utara.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Setelah berlalu dari situ, aku bertanya kepada Rudy kenapa tidak membayar keduanya. Rudy bilang biasanya uangnya itu di transfer ke rekening keduanya masing-masing. Dan esoknya hari Senin aku mentransfer uang ke rekening Judith sebesar lima ratus ribu rupiah. Kenangan manis yang tidak terlupakan bagiku.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-77657251775898054822014-06-22T03:28:00.003-07:002014-06-22T03:30:10.704-07:00Mendengar Suara Dari Dunia Maya Merangsang Diri Ku<div style="text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPUrO9EoSRHTQC5GnQkS6v3CXKW9I-JokdZrMnOAnDVmATHxB1Ftlwvg8qav9qFhI-ontDghVhSi9Fm2X7DUxWGcCKsUPyo3D3XxM5fo12HEBh4SiN-zuXjnzF_l86JIUMrBaNBrWWQ6_i/s1600/remote_image_c9f1ff6998.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="CERITA SEX" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPUrO9EoSRHTQC5GnQkS6v3CXKW9I-JokdZrMnOAnDVmATHxB1Ftlwvg8qav9qFhI-ontDghVhSi9Fm2X7DUxWGcCKsUPyo3D3XxM5fo12HEBh4SiN-zuXjnzF_l86JIUMrBaNBrWWQ6_i/s1600/remote_image_c9f1ff6998.jpg" height="300" title="CERITA SEX" width="400" /></a><a href="http://duniabebascerita.blogspot.com/">duniabebascerita.blogspot.com</a> - Kejadian ini juga berawal dari email yang masuk memberikan komentar atas kisahku yang dimuat. Rambut kemaluannya tipis sekali, bukan karena tidak tumbuh lebat, melainkan Dewi rajin mencukurnya. Dan ketika burungku bersentuhan dengan bibir vagina bagian luarnya, mengalir perasaan sedikit geli karena rambut-rambut kecilnya tajam menusuk sekitar kemaluanku.</div>
<div style="text-align: left;">
Namun gesekan itu tidak berhenti sampai disitu, vagina yang sudah basah mempermudah jalan masuk penisku yang sudah keras menembus dinding dalam vagina yang walaupun sudah tidak sempit lagi tetapi masih terasa nikmat untuk dikocok keluar masuk pelan, kencang, pelan, kencang.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ogh… ogh..!” suaraku sudah tidak teratur lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
Gerakan pinggul Dewi sudah semakin liar dan tidak teratur.</div>
<div style="text-align: left;">
“Mmhh.. mmhh.. yaagghh..!” sepertinya orgasme akan datang, dan Dewi tampak menikmatinya.</div>
<div style="text-align: left;">
Tidak sampai lima menit dari penetrasi, Dewi orgasme, dan aku mempercepat gesekanku agar dapat klimaks juga.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Yess..!”</div>
<div style="text-align: left;">
Aku sempat kaget ketika spermaku berhamburan, sementara aku belum siap menarik keluar burungku, Dewi berteriak. Dia sengaja menekan pantatku supaya aku tidak dapat menarik keluar burungku, dan spermaku keluar di dalam vaginanya.</div>
<div style="text-align: left;">
Kesokan harinya aku datang ke tempat Santi, dan tanpa basa-basi setelah mengobrol seperlunya, kami ke kamar atas dan melucuti pakaian kami masing-masing hingga tidak ada satu pun yang tersisa. Seperti biasa, Santi pintar sekali memainkan lidahnya baik itu di mulutku, juga di kemaluanku. Sementara aku meraba-raba rambut kemaluannya yang lebat dan lurus. Vaginanya rapat dalam satu garis masih kering. Desah nafas kecil kami berdua membuat gerakan tanganku semakin aktif membuka dan mencari klitorisnya, sementara Santi mengajakku berlutut. Aku sudah paham dengan posisi yang diinginkan.</div>
<div style="text-align: left;">
Burungku sudah dikulumnya, sementara lidahku juga sudah berhasil membuat vagina Santi mulai mengeluarkan cairan. Baunya agak berbeda dibanding Dewi, Santi lebih harum. Hisapan mulut Santi yang kuat dan dalam membuat burungku keras sekali dan kadang terasa sakit, namun anehnya Santi pandai mengatur irama, sehingga aku tidak keburu keluar. Dia sudah cukup mengerti daripada permainan usai dan dia belum apa-apa, lebih baik mengalah. Begitulah yang kualami.</div>
<div style="text-align: left;">
Namanya Dewi, umur 37 tahun keturunan indo, tetapi sekilas tidak akan nampak karena rambutnya hitam lebat sebahu. Tinggi rata-rata wanita Indonesia 160 cm, payudara tidak terlalu besar, 32 cup B, kulitnya kuning langsat tetapi tidak terlalu mulus karena katanya waktu kecil nakal, sehingga sering jatuh dari sepeda. Hanya satu yang menunjukkan dia wanita blesteran, yaitu matanya yang biru laut. Semula aku juga mengira itu pun karena dia menggunakan kontak lens, tetapi ternyata mata indah itu memang asli dari sananya.</div>
<div style="text-align: left;">
Percintaanku berawal dari sebuah pesta pernikahan teman istriku. Istriku? Ya, cerita kali ini aku sudah beristri. Bagi pembaca yang mengikuti ceritaku, 6 kisah sebelumnya memang aku belum beristri. Namun kini, meskipun aku sudah memiliki istri yang cantik, tetapi penyakitku untuk bercinta dengan wanita lain belum hilang, walaupun frekuensinya jauh kukurangi. Dan kisah ini adalah perselingkuhanku pertama sejak aku beristri.</div>
<div style="text-align: left;">
Di pesta itu, tentu saja kami bertemu dengan banyak teman istriku. Seperti reuni begitulah gambarannya. Dan dari sekian banyak tamu, aku diperkenalkan dengan Santi, teman istriku waktu kelas dua SMA dulu.</div>
<div style="text-align: left;">
Santi, gadis biasa saja dan masih single (saat itu berumur 26 tahun). Biarpun begitu, tubuhnya sangat ideal dan proporsional. Benar dugaanku, Santi adalah seorang peragawati semi professional. Berbeda dengan model, memang peragawati lebih mengandalkan bentuk tubuh dibanding wajah yang cantik. Namun demikian, dapat dikatakan Santi memiliki wajah yang khas.., ya khas perpaduan antara Jawa dan Itali. Betul. Santi gadis peranakan bapak Italia dan ibu Jawa Tengah. Kami bertiga cepat akrab, dan sebelum berpisah, masing-masing meninggalkan alamat dan nomor telpon.</div>
<div style="text-align: left;">
Empat hari kemudian, Santi menelpon istriku. Kami diundang ulangtahun Santi yang ke 26 di rumahnya, dan hanya dihadiri kerabat dekat dan sanak saudara. Entah kenapa, kami juga ikut diundang, padahal istriku bukan termasuk teman dekatnya, bahkan saat SMA pun bukan termasuk kelompok bermainnya. Mungkin karena saat di pernikahan tempo hari kami termasuk yang akrab dan menemani Santi hingga acara usai, sehingga dia merasa tidak sendiri saat itu. Modal yang cukup untuk menjalin persahabatan baru, begitu mungkin pikiran Santi.</div>
<div style="text-align: left;">
Di pesta ulangtahun itulah, kami diperkenalkan dengan Dewi, kakak perempuan tertua Santi. Karena Santi sibuk menemani sanak saudara, maka kami ditemani Dewi. Sendirian? Ya.., ternyata Dewi datang sendiri saja, karena dia telah bercerai dengan suaminya dua tahun yang lalu. Mantan suaminya adalah orang asing yang bekerja di perusahaan asing, ketika kontrak kerjanya habis, dia kembali ke negeri asalnya, karena terjadi ketidakcocokan, mereka bercerai dan dua anaknya yang masih kecil ikut mantan suaminya.</div>
<div style="text-align: left;">
Bagaimana aku bisa tahu itu semua? Bukanlah hal yang sulit buatku untuk berbincang-bincang dan menggiring ke kehidupan keluarga, di acara pesta sekalipun.</div>
<div style="text-align: left;">
Entah karena kami betah ngobrol atau mungkin karena pestanya tidak lama. Akhirnya tinggal kami berenam di rumah itu, Santi dan Dewi, kami berdua, dan kedua orangtua mereka. Tetapi hanya 15 menit saja orangtua Santi menemani kami, lantas undur diri dalam diskusi kami. Tinggalah kami berempat mengobrol hingga larut malam. Karena obrolan mengarah kepada kisah-kisah SMA dulu, maka aku dan Dewi mencari topik yang lain, karena memang aku tidak satu SMA dengan istriku, dan Dewi meskipun di SMA yang sama dengan mereka tetapi jaraknya jauh di atas, sehingga juga tidak mengerti.</div>
<div style="text-align: left;">
Dari perbincangan dua kutub, akhirnya benar-benar menjadi dua tempat diskusi yang terpisah. Kami mengobrol di halaman depan, sementara Santi dan istriku ngobrol di ruang tengah sambil membuka-buka foto mereka masa SMA dulu. Sementara kami? Dewi lebih banyak ngobrol masalah kehidupan sehari-hari.</div>
<div style="text-align: left;">
“Tidak mencoba cari suami lagi Mbak..?” tanyaku dalam obrolan kami.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ingin sih.., tapi masih trauma Dik Sakti.”</div>
<div style="text-align: left;">
“Dua tahun menjanda kan cukup toh Mbak..?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Betul.., tapi tujuh tahun pernikahan yang kami jalani lebih membekas tuh..!”</div>
<div style="text-align: left;">
“Trus ngapain dong kalau malam minggu..? Tidak mungkin di rumah aja kan..? Dan juga tidak mungkin jalan-jalan terus kan..?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Oh.., biasanya malam minggu aku sibukkan dengan main internet di rumah.”</div>
<div style="text-align: left;">
“Wah, berarti tahu situs-situs porno dong..! Ha.. ha..!”</div>
<div style="text-align: left;">
“Ih ngaco deh Dik Sakti ngomongnya, ntar aku bilangin istrinya lho..!”</div>
<div style="text-align: left;">
“Pernah masuk ke Bispak.org nggak..?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Sering..,” jawab Dewi tanpa malu sambil menyebut beberapa cerita yang ada disana. Dan, “Hanya sebatas petting..?”</div>
<div style="text-align: left;">
Betul, salah satu yang terucap dari bibirnya adalah kisah yang berjudul ‘Hanya Sebatas Peting’.</div>
<div style="text-align: left;">
“Kenapa nggak coba menghubungi pengarangnya lewat email Mbak..?” pancingku agar dia mengirim email ke pengarang ‘Hanya Sebatas Peting’, ya.., agar dia mengirim ke emailku, karena aku lah pengarang kisah ‘Hanya Sebatas Peting’ tersebut.</div>
<div style="text-align: left;">
Dua hari kemudian, dugaanku tepat, ada email masuk ke alamatku dan ingin berkenalan lebih jauh setelah membaca kisah ‘Hanya Sebatas Peting’. Aku tahu itu pasti Dewi. Ya, segera kubalas dengan memberikan no. HP-ku (kebetulan Dewi tidak tahu no. HP-ku). Alangkah terkejutnya Dewi ketika menelponku dan mengajak berhubungan seks, ternyata itu adalah aku, suami dari teman adiknya. Dan aku pun lebih terkejut lagi, dia ternyata bukan Dewi, tetapi Santi teman istriku. Santi dan Dewi menggunakan email yang sama dan sama-sama hobby membaca Bispak.org, dan rupanya Dewi menyuruh Santi mengirim email dan menelponnya. Aku terpaksa memohon untuk menutup rahasia ini dari istriku, dan sebagai balasannya kami bertiga akan bercinta.</div>
<div style="text-align: left;">
Kami janjian di rumah Dewi, mula-mula kami bermain kartu, akhirnya Santi menawarkan strip poker. Cukup beruntung, setengah jam Santi dan Dewi dapat kukalahkan, dan seluruhnya berhasil kulucuti pakaiannya, sementara aku baru sebatas telanjang dada saja.</div>
<div style="text-align: left;">
Permainan kami hentikan, dan aku memulai meraba tubuh Santi yang memang lebih seksi dibanding kakaknya Dewi. Meskipun belum menikah, tetapi sepertinya Santi sudah cukup pengalaman dengan pemanasan yang kumainkan. Terbukti, Santi mampu mengimbangi ciumanku, bahkan dalam posisi 69 sekalipun, Santi mampu memainkan burungku di rongga mulutnya cukup lama dan memainkan lidahnya di dalam sana.</div>
<div style="text-align: left;">
Rambut kemaluannya lebih lebat dari Dewi dan lebih mengundang nafsu. Aku mencari klitorisnya dengan lidahku. Ketika kusentuh, terasa getaran reaksi dari Santi. Dapat dikatakan inilah foreplay terlama yang pernah kumainkan. Hanya dengan mengulum burungku, aku klimaks dan mengeluarkan sperma yang langsung ditelannya, setelah itu dijilatinya burungku hingga bersih, terus dan terus permainan tidak berhenti.</div>
<div style="text-align: left;">
Meskipun burungku sudah mengecil karena orgasme, Santi tidak berhenti memainkan burungku di dalam mulutnya, sementara aku sudah kewalahan melayaninya, lidahku sampai pegal memainkan bibir vagina dan klitorisnya. Kulumanku kuhentikan dan kuganti dengan memainkan jemariku di lubang vaginanya yang basah. Dua jari sudah kumasukkan ke dalam lubang vaginanya yang hangat, dan Santi berhasil membangunkan burungku kembali setelah terkulai sekitar sepuluh menit. Dan Santi belum menyelesaikan permainannya.</div>
<div style="text-align: left;">
Luar biasa! Telurku dimainkan dengan sentuhan lidahnya yang halus, merambat pelan bibirnya menyentuh burungku, dan dilumurinya seluruh permukaan burungku dengan jilatannya yang sedari tadi terasa hangat. Aku tidak mau keluar untuk yang kedua kalinya. 45 menit hanya untuk oral, aku segera berbalik badan dan mempersilakan Santi memegang burungku yang sudah keras, dibimbingnya dan diarahkan ke lubang vaginanya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ooougghhh… my god..!” desahku.</div>
<div style="text-align: left;">
Masuk sudah seluruh penisku di lubang kenikmatan Santi, posisiku di bawah dan Santi di atas. Sambil menghentak-hentakkan pantatnya naik turun memompa dan menjepit burungku, rupanya Santi lebih pengalaman dari yang kubayangkan. Kemana Dewi? Dia masih sabar menunggu gilirannya, tetapi aku sudah tidak kuat, daripada dia kecewa nantinya maka kuajak dia mengangkangiku tepat di atas kepalaku. Aku jilat veginanya semampuku, karena aku sudah tidak konsentrasi dan sulit bernafas karena permainan Santi.</div>
<div style="text-align: left;">
Untunglah Dewi lebih mudah terangsang dari yang kuduga. Cukup lima menit vaginanya sudah basah terasa asin dan anyir, tidak seharum Santi. Aku semakin sulit bernafas karena goyangan Santi semakin cepat dan dalam menekan burungku. Sepertinya aku sudah mau dapat, dan Santi masih asyik dengan gerakannya. Maka dengan refleks kutarik batang kemaluanku dan Dewi kurebahkan di bawah. Burungku mengarah ke lubang vagina Dewi yang jauh lebih basah dari Santi, sementara tiga jariku kumasukkan ke vagina Santi menggantikan tugas burungku.</div>
<div style="text-align: left;">
Aku tidak mau keluar sebelum Santi dapat, dan pasti aku kelelahan sebelum Dewi kulayani. Untunglah Santi dapat mengerti, dan tetap menikmati jemariku di dalam vaginanya. Dan Dewi sudah terengah-engah dengan gerakanku keluar masuk vaginanya yang lebih kecil dibanding Santi, walaupun tidak serapat Santi.</div>
<div style="text-align: left;">
Teriakan yang tertahan menandakan Dewi mendapatkan kepuasan, untunglah tugasku sudah selesai dengan Dewi, sehingga aku dapat melanjutkan dengan Santi dan spermaku keluar untuk kedua kalinya tidak lama setelah kumasukkan ke dalam vagina Santi. Mudah-mudahan Santi pun puas, karena aku tidak melihat gejala dia orgasme meskipun kudengar dia teriak saat spermaku menyembur di vaginanya.</div>
<div style="text-align: left;">
Badanku terasa lemas bercinta dengan dua perempuan sekaligus, untunglah Dewi tidak sehebat Santi. Maka sejak saat itu, aku tidak mau lagi bercinta sekaligus, aku baru mau kalau hanya satu-satu, dan aku lebih banyak bercinta dengan Santi karena selain lebih seksi, lebih bergairah dan yang terpenting aku dapat orgasme minimal dua kali. Pernah aku bertanya terus terang dengannya, apa Santi juga orgasme ketika bercinta denganku. Jawabannya kadang-kadang, tapi dia mengakui suka karena kebutuhannya terlampiaskan. Dan ketika tidak orgasme, dia selalu melanjutkan sendiri dengan ‘dildo’-nya.</div>
<div style="text-align: left;">
Dua bulan hubungan kami bertiga berjalan hingga Santi meneruskan studinya ke Jerman memperdalam bidang Information Technology, dan Dewi masih tetap sendiri, hanya saja saat ini ada lelaki yang sedang dekat dengannya dan sepertinya dia mencoba untuk serius. Sementara aku masih tetap menjawab email yang masuk terutama wanita, tetapi kebanyakan mereka tidak ada yang seberani Santi dan Dewi untuk berlanjut lebih dari sekedar berkirim email.</div>
<div style="text-align: left;">
Hingga suatu saat ada email yang kukira junk email dari luar negeri, dan ketika kubuka, Santi..!</div>
<div style="text-align: left;">
“Hey… gue seneng disini. Gue bisa orgasme terus setiap berhubungan dengan temen-temen gue yang orang bule. Ha… ha… burungnya besar-besar lho.., dan penuh di mulut gue… ha… ha…” isi emailnya.</div>
<div style="text-align: left;">
Sialan.., aku kesal tetapi tersenyum juga melihat isi emailnya.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-33962871661507442262014-06-18T22:54:00.002-07:002014-06-18T22:54:59.619-07:00Mengincar Penghuni Kost Cewek Yang Sexy<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6wpTOPIGIdFFqtpBS98s-NLUaf3I-BFG9Hiu7zJCePBlpN5j5Ugn_WSHQU0oW_p437Xa__Uv-0Mg6lwCaGZMnZbcaeQZOOnb2sh6zaSNsuqL3G4AOR3QymgnYLg3j39WGHiRC64lOsBHZ/s1600/1-736395.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6wpTOPIGIdFFqtpBS98s-NLUaf3I-BFG9Hiu7zJCePBlpN5j5Ugn_WSHQU0oW_p437Xa__Uv-0Mg6lwCaGZMnZbcaeQZOOnb2sh6zaSNsuqL3G4AOR3QymgnYLg3j39WGHiRC64lOsBHZ/s1600/1-736395.png" height="220" width="400" /></a>Sudah lama aku dan beberapa temanku mengincar sebuah kost putri yang masih baru didaerahku. Daerah dekat kampungku terdapat perumahan yang masih tergolong baru dan tempatnya cukup terpencil ditengah sawah yang kebetulan belum banyak berpenghuni. Hanya ada 5 rumah yang baru dibangun, dan yang ditempati baru satu dan itupun ditempati oleh 4 orang cewek yang kebetulan kost disitu. Kami sering memperhatikan mereka pada saat mereka sering lewat membeli barang kebutuhan dikampungku. Mereka semua cantik cantik dan putih. Belakangan kami mulai mengenal nama nama mereka. Mereka semua berasal dari luar daerah yang baru masuk kuliah semester pertama.<br /><br />Suatu malam pada saat aku ,Joni,Bram,Agung sedang minum minuman keras salah seorang cewek penghuni kost yang bernama Tia baru saja melewati kami memakai kaos ketat dan celana pendek. Timbul pikiran jahat dibenakku dan kucetuskan pada teman-temanku.<br /><br />“Wah Jon….cakep dan sexi juga ya penghuni kost itu..?” pancingku.<br /><br />“iya tuh..sexi banget….wah sayang karena orang kayak kita kan bisanya cuman<br /><br />ngeliat aja…”<br /><br />Bram pun menimpali ” Bener cewek gitu ga bakalan mau sama orang kayak kita kita Jon..”<br /><br />Lalu aku kemabali memancing mereka..”Klo emang ga mau kenapa gak kita perkosa aja sekalian rame-rame..kan bukannya dia juga ga bakalan jadi milik kita….?”<br /><br />“Gila loh ….entar dipenjara gimana..?” sahut Agung.<br /><br />“Ga bakalan ….. asal tahu caranya bro…” Sahutku<br /><br />“Maksud loe gimana jack..?” Tanya Bram.<br /><br />Aku mengeluarkan sebuah handycam dari tasku dan beberapa tutup kepala yang memang sudah lama aku siapkan<br /><br />“Ini nih jurus ampuh memperkosa tanpa takut dilaporkan kepolisi..mau tahu caranya..?” Aku berkata kepada Agung “Kamu bisa gunakan ini kan..Gung.?” Agung tersenyum simpul dan mengangguk. “Jadi kita gunakan kamera ini saat kita memperkosa mereka dan kita gunakan sebagai ancaman klo mereka berani melapor..!!!!” Dan aksi itupun tak lama akan Dimulai……<br /><br />Waktu menunjukkan pukul 22.30, perlahan kami satu persatu memanjat dinding belakang kost putri yang tidak terlalu tinggi itu. Pelan pelan kubuka pintu dapur yang tidak terkunci dan menuju kedalam pelan pelan diikuti oleh teman temanku. Aku melihat hanya ada 2 motor yang terparkir berarti hanya ada dua penghuni kost saat ini.<br /><br />Darahku terkesiap ketika melihat salah satu kamar tidak terkunci dengan pintu sedikit terbuka, aku melihat tia sedang tidur dengan paha mulus putihnya yang terbuka. Aku segera membagi 2 kelompok masing masing dua orang. Aku dan Agung memasuki kamar Tia dan kelompok kedua Bram dengan Joni mengetuk kamar Heni.<br /><br />Bram mengetuk kamar Heni perlahan..rupanya Tia terbangun terlebih dahulu karena kamar mereka bersebelahan. namun aku dan Agung sudah bersiap dan segera menempelkan golok dileher Tia. “Diem lo jangan bertingkah..!!!!!!” Tia terkejut dan masih terdiam. “Coba panggil temen kamu yang masih tidur dari sini..!!” wajah Tia pucat dan dengan gemetar memanggil temannya, “Hen…bangun Heniii…tolongin gue Heenn…” panggil Tia dengan suara gemetar. Sementara Bram masih mengetuk kamar Heni.<br /><br />Tak lama pintu dibuka dan Bram langsung menyergap Heni sambil menempelkan goloknya pula.Heni terkejut dan langsung pucat, dia tidak berani berteriak.<br /><br />“Ringkus dan ikat dia dengan lakban Bram..!! Biar dia menikmati tontonan gratis antara aku dan temannya ha..ha..ha…” perintahku.<br /><br />Setelah Heni diringkus oleh kedua temanku, aku segera memakai topengku dan memberi isyarat ke Agung supaya menyalakan handycam.<br /><br />Tia semakin pucat dan mulai memohon “Ampun bang …tolong jangan perkosa kami..ini kami ada sedikit uang untuk Abang..ambil semua yang Abang mau tapi tolong jangan perkosa kami bang..” Kata Tia hampir menangis.<br /><br />Aku tampar wajah Tia, “Diem loh jangan berisik..!!” lalu mendorong tubuh mungil Tia keatas tempat tidurnya yang indah. Tia mulai terisak, aku tak perduli.<br /><br />Aku segera meraih daster tipisnya dan kurobek dengan kasar. Tia mencoba berguling kesamping sambil menutupi daerah dadanya sambil menyembunyikan wajahnya yang manis. Aku segera meraih tubuhnya dan kutelentangkan dengan paksa. Aku membuka silangan tangan didada Tia dan dengan kasar sekali lagi aku merobek BH Tia yang hanya berukuran 32 B.Tampaklah kedua bukit indah yang mungil dengan puting susu yang memerah.<br /><br />“Singkirkan tangan elo sekarang atau gua pukul lagi kamu..!!” perlahan lahan Tia menurut. Aku mulai meremas dan menciumi buah dada indah itu, sementara Tia masih terisak.Heni yang terbelenggu dipaksa kedua temanku untuk melihat semua kejadian itu. Aku membuka seluruh pakaianku, dan aku menjambak rambut Tia sehingga wajahnya terangkat.<br /><br />“Nih kulum penis gue..awas klo ga mau gue bunuh kamu sekarang juga..!!!” Kataku<br /><br />Tia menurut.. Oooh betapa nikmat rasanya ketika mulut mungil berbibir tipis itu mulai mengulum penisku. “Heh..setan!! Awas jangankena gigi elo rasanya sakit tahu…!!!” aku memaklumi karena mungkin Tia baru pertama kali ini mengulum penis seorang cowok. Dan aku segera memaju mundurkan wajah Tia dipenisku dengan menjambak rambutnya. Tanpa membuang waktu lagi aku segera memerintahkan kedua temanku untuk melepaskan Heni dan membuka lakban dimulutnya. Aku memerintahkan Heni supaya masuk keranjang dimana Tia sedang mengulum penisku.<br /><br />“Buka bajumu…dan jilat vagina temanmu ini..awas kalau tidak mau menurut gue bunuh kamu sekarang juga..!!’ Kataku. Bram dan Joni terkekeh melihatku.<br /><br />“Bisa aja kamu jack..wah wah..wah sekali dapet dua lalat nih ayo terusin jack..!!”<br /><br />kata mereka.<br /><br />Agung masih menyorot semua kejadian itu dengan handycamku.<br /><br />Bram dan Joni mulai melepaskan semua pakaian mereka dan mengocok penis mereka , rupanya mereka juga terangsang melihatku.<br /><br />Seperti perintahku setelah aku mengatur posisi sedemikian rupa, heni mulai menjilati vagina Tia dengan ragu-ragu. “Ayo yang mesra jilatin vagina Tia..!! Kalau tidak bisa kupotong lidahmu ..!!” gertakku. Heni menuruti kata kataku. Wajahnya semakin pucat dan hampir menangis. Setelah dia menjilati vagina Tia, rupanya kuluman tia pada penisku mulai kacau, oleh sebab kenikmatan yang ditimbulkanHeni pada vaginanya. Aku tersenyum melihatnya.<br /><br />Birahiku segera memuncak dan segera ingin meperkosa vagina milik Tia yang terlihat sempit itu. Kemudian aku menyuruh tia untuk berhenti dan tidur terlentang. Aku menyuruh Heni untuk meletakkan vaginanya diatas mulut Tia.<br /><br />“Nah sekarang gantian elo yang jilatin vagina milik Heni..jangan mau enaknya saja ya..!!” Tia pucat tapi dia menurut. wajah Tia terbenam diselangkangan milik Heni sementara mereka semua hanya terdiam ketakutan menuruti perintahku. Aku memposisikan penisku divagina Tia,sambil terus berusaha menyodok vaginanya aku terus meremas dan menciumi buah dada Heni yang berukuran sedang dan indah pula.<br /><br />Lubang Tia masih terasa begitu sempit,walaupun terlihat kesakitan dia masih terus berusaha menjilati vagina Heni. Lubang milik Tia sudah basah akibat jilatan Heni tadi, dan Drrrt..drrt..drrt.aku segera memompa memasukkan penisku dalam vagina perawan milik Tia. Sempit sekali rasanya sehingga menimbulkan sensasi nikmat yang luar biasa dipenisku.<br /><br />“Aah..tolong sudah bang sakit bang…aduh..sakit bang..tolong…!!” Jerit Tia<br /><br />Bram segera mendatangi Tia dan menampar mulutnya ..PLAK..!!!<br /><br />“Diem Loe dan jangan coba coba bersuara lagi..!! Jilatin terus memek temen kamu itu!!!” kata Bram.<br /><br />Air mata Tia tak dapat dibendung lagi menahan perih, dan aku semakin tak peduli. Semakin cepat aku memompa penisku dalam vaginanya, sambil aku terus meremas dan mencium buah dada Heni yang vaginanya masih terus dijilatin oleh Tia.<br /><br />Sepuluh menit kemudian …..Crrooot ! spermaku tumpah didalam vagina Tia. Aku mengentikan aktivitas penisku didalam vagina Tia. Terasa berdenyut denyut nikmat dinding vagina Tia. Sementara aku berhenti kini rupanya giliran Heni yang tiba tiba mengejang …rupanya dia juga mengalami orgasme karena jilatan Tia pada vaginanya.<br /><br />Melihat hal itu aku jadi kembali terangsang dan penisku bangkit berdiri lagi. Aku menyuruh mereka bertukar posisi. Sekarang posisi Tia ditempati oleh Heni begitu pula sebaliknya. sekarang vagina Tia-lah yang dijilatin oleh Heni. Darah keperawanan Tia masih meleleh dipahanya bercampur spermaku. Aku mmerintahkan Heni untuk menjilati bersih sperma bercampur darahku dipaha Tia. Heni yang ketakutan itu hanya menurut sambil menangis, sesekali terlihat dia seperti mau muntah namun ditahannya.<br /><br />“Awas klo elo sampai muntah gue keluarin semua isi perut eloe..ngerti..?” ancamku pada Heni. Gadis itu semakin ketakutan.<br /><br />Kini penisku sudah berada dibibir vagina Heni, sementara Heni masih menjilatin vagina milik Tia yang baru saja kehilangan keperawanannya , aku terus mencumbu dan meremas dada Tia.<br /><br />vagina Heni rupanya memang lebih sempit, aku sampai kesulitan beberapa kali membobol keperawanan miliknya. Sampai aku akhirnya benar-benar memaksa penisku barulah aku dapat menembus vagina Heni. Jujur saja ketika memerawani Heni penisku agak sakit karena memang vagina Heni lebih sempit dari vagina milik Tia. Setelah beberapa saat setelah penisku berada dalam vagina Heni yang sudah berdenyut dari sejak awal perawannya kubobol, aku mulai menggerakkan penisku maju mundur . Gilaaa…!! vagina Heni lebih nikmat dari vagina Tia karena memang bentuk tubuh Heni lebih kecil dari bentuk tubuh Tia.<br /><br />Setengah jam aku memompa vagina Heni sampai akhirnya aku memuntahkan spermaku jauh labih banyak daripada spermaku di vagina Tia. Setelah aku menghabiskan spermaku diliang vagina Heni , aku meyuruh Tia untuk kembali mengulum penisku membersihkan sisa darah keperawanan Heni yang masih melekat di penisku.<br /><br />Lalu aku berpaling kepada ktiga temanku yang sudah menunggu dengan telanjang dan masing masing penis yang sudah ngaceng.<br /><br />“Bagaimana..?” Tanyaku……”<br /><br />“Hebat Jack…….sampai sampai gue ama Joni udah ga tahan niiih…!!!” Kata Bram<br /><br />“sabar..sabar dulu ya kalian pasti akan menerima bagian masing masing..”<br /><br />“biar mereka bersihkan vagina mereka dahulu ….ya..?” Kataku<br /><br />Bram sudah tidak sabar lagi, namun aku mencegahnya.<br /><br />“Coba lihat dulu ini…”<br /><br />Lalu aku segera memerintahkan kedua gadis itu untuk saling menjilati vagina temannnya hingga bersih.<br /><br />Bram tertawa lebar”ha.ha..ha..betul juga maksud elo jack..masa kami dikasih bekas kecap elo…ha..ha..ha”<br /><br />Setelah mereka melihat kedua vagina milik Sinta dan Tia sudah terlihat bersih dari spermaku dan ceceran darah keperawanan mereka yang masih menempel dipaha. Bram dan joni segera menyergap dan meperkosa kedua gadis malang itu, dilanjutkan dengan acara bertukar pasangan dan tak ketinggalan pula Agus sang ‘kameramen’ yang merekam semua adegan pemerkosaan itu.<br /><br />Setelah hari menjelang subuh kami menguras seluruh harta kedua gadis itu termasuk motor ATM dan nomer Pin serta perhiasan yang tidak sedikit jumlahnya. Maklum sepertinya mereka anak orang kaya. Sebelum meninggalkan mereka aku sempat mengancam, kalau berani amcam-macam, adegan pemerkosaan itu akan kami sebarluaskan. Setelah itu kami semua pergi meninggalkan mereka hingga beberapa bulan lamanya.<br /><br />Rupanya rahasia itu masih tersimpan rapi oleh mereka, karena setelah sekian lama kami merantau dan memutuskan untuk pulang kampung ternyata tidak ada tanda tanda bahwa kami dicari oleh pihak kepolisian. Hanya saja Tia dan Heni sudah tidak bertempat tinggal dokostnya lagi, rupanya mereka telah pindah.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-62706190220386483702014-06-18T22:34:00.003-07:002014-06-18T22:35:02.190-07:00Tergoda Dengan Cewek SMU Yang Bohay<div style="text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiInb94HHMEZm7qJSCXeIqs5EsCj3mPSK2pypTqetPaTYHOTOuzSzJ-w6dxqGtDFeY6ytivhNOvbDRdY-9H9Y73nnGcZLDHFrirqNdFqCh8uZc3CpHzhhQn0pR-niWgv7jWQ-MmXcclAiMg/s1600/214_1000.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="CEWEK SEKSI DAN CERITA DEWASA 17 Tahun" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiInb94HHMEZm7qJSCXeIqs5EsCj3mPSK2pypTqetPaTYHOTOuzSzJ-w6dxqGtDFeY6ytivhNOvbDRdY-9H9Y73nnGcZLDHFrirqNdFqCh8uZc3CpHzhhQn0pR-niWgv7jWQ-MmXcclAiMg/s1600/214_1000.png" height="300" title="CEWEK SEKSI DAN CERITA DEWASA 17 Tahun" width="400" /></a>Namaku adalah Andi (bukan nama yang sebenarnya), dan aku kuliah di salah satu universitas swasta di Bandung. Aku berasal dari luar daerah dan aku tinggal di kost. Aku pun termasuk orang yang berada, serta sangat menjalankan keagamaan yang kuat. Apalagi untuk mencoba narkoba atau segala macam, tidak deh.<br />
<br />
Kejadian ini bermula pada waktu kira-kira 4 bulan yang lalu. Tepatnya hari itu hari Selasa kira-kira jam 14:12, aku sendiri bingung hari itu beda sekali, karena hari itu terlihat mendung tapi tidak hujan-hujan. Teman satu kostan-ku mengatakan kepadaku bahwa nanti temanya anak SMU akan datang ke kost ini, kebetulan temanku itu anak sekolahan juga dan hanya dia yang anak SMU di kost tersebut.<br />
<br />
Setelah lama menunggu akhirnya orang yang ditunggu datang juga, kemudian temanku langsung mengajaknya ke tempat kamarku yang berada di lantai atas. Akhirnya aku dikenali sama perempuan tersebut, sebut saja namanya Ria. Lama-lama kami ngobrol akhirnya baru aku sadari bahwahari menjelang sore. Kami bertiga bersama dengan temanku nonton TV yang ada di kamarku. Lama-lama kemudian temanku pamitan mau pergi ke tempat temannya, katanya sih ada tugas.<br />
<br />
Akhirnya singkat cerita kami berdua di tinggal berdua dengan Ria. Aku memang tergolong cowok yang keren, Tinggi 175 cm, dengan berat badan 62 kg, rambut gelombang tampang yang benar-benar cute, kata teman-teman sih. Ria hanya menatapku tanpa berkedip, akhirnya dia memberanikan diri untuk menggelitikku dan aku tidak tahu darimana dia mengetahui kelemahanku yang sangaTVital itu kontan saja aku langsung kaget dan balik membalas serangan Ria yang terus menerus menggelitikiku. Lama kami bercanda-canda dan sambil tertawa, dan kemudian diam sejenak seperti ada yang lewat kami saling berpandang, kemudian tanpa kusadari Ria mencium bibirku dan aku hanya diam kaget bercampur bingung.<br />
<br />
Akhirnya dilepaskannya lagi ciumannya yang ada di bibirku, aku pun heran kenapa sih nih anak? pikirku dalam hati. Ria pun kembali tidur-tiduran di kasur dan sambil menatapku dengan mata yang uih.. entah aku tidak tahu mata itu seolah-olah ingin menerkamku. Akhirnya dia melumat kembali bibirku dan kali ini kubalas lumatan bibirnya dengan hisapan-hisapan kecil di bibir bawah dan atasnya. Lama kami berciuman dan terus tanpa kusadari pintu kamar belum tertutup, Ria pun memintaku agar menutup pintu kamarku, entah angin apa aku hanya nurut saja tanpa banyak protes untuk membantah kata-katanya.<br />
<br />
Setelah aku menutup pintu kamar kost-ku Ria langsung memelukku dari belakang dan mencumbuku habis-habisan. Kemudian kurebahkan Ria di kasur dan kami saling berciuman mesra, aku memberanikan diri untuk menyentuh buah dadanya Ria yang kira-kira berukuran berapa ya..? 34 kali, aku tidak tahu jelas tapi sepertinya begitu deh, karena baru kali ini aku menuruni BH cewek. Dia mengenakan tengtop dan memakai sweater kecil berwarna hitam. Aku menurunkan tengtop-nya tanpa membuka kutangnya. Kulihat buah dada tersebut.. uih sepertinya empuk benar, biasanya aku paling-paling lihat di BF dan sekarang itu benar-benar terjadi di depan mataku saat ini.<br />
<br />
Tanpa pikir panjang, kusedot saja buah dada Ria yang kanan dan yang kirinya aku pelintir-pelintir seperti mencari gelombang radio. Ria hanya mendesah, “Aaahh.. aahh.. uuhh..”Aku tidak menghiraukan gelagat Ria yang sepertinya benar-benar sedang bernafsu tinggi. Kemudian aku pun kepingin membuka tali BH tengtop-nya. Kusuruh Ria untuk jongkok dan kemudian baru aku melihat ke belakang Ria, untuk mencari resliting kutangnya. Akhirnya ketemu juga dan gundukan payudara tersebut lebih mencuat lagi karena Ria yang baru duduk di bangku SMU kelas 2 dengan paras yang aduhai sehingga pergumulan ini bisa terjadi. Dengan rakusnya kembali kulumat dada Ria yang tampak kembali mengeras, perlahan-lahan ciumanku pun turun ke bawah ke perut Ria dan aku melihat celana hitam Ria yang belum terbuka dan dia hanya telanjang dada.<br />
<br />
Aku memberanikan diri untuk menurunkan celana panjang Ria, dan Ria pun membantu dengan mengangkat kedua pinggulnya. Ria pun tertawa dan berkata, “Hayo tidak bisa dibuka, soalnya Ria mempunyai celana pendek yang berwarna hitam satu lagi..” ejek Ria sambil tersenyum girang.Aku pun dengan cueknya menurunkanya kembali celana tersebut, dan kali ini barulah kelihatan celana dalam yang berwarna cream dan dipinggir-pinggirnya seperti ada motif bunga-bunga, aku pun menurunkanya kembali celana dalam milik Ria dan tampaklah kali ini Ria dalam keadaanbugil tanpa mengenakan apapun. Barulah aku melihat pemandangan yang benar-benar terjadi karena selama ini aku hanya berani berilusi dan nonton tidak pernah berbuat yang sebenarnya.<br />
<br />
Aku pandangi dengan seksama kemaluan Ria dengan seksama yang sudah ditumbuhi bebuluan yang kira-kira panjangnya hanya 2 cm tapi sedikit, ingin rasanya mencium dan mengetahui aroma kemaluan Ria. Aku pun mencoba mencium perut Ria dan pusarnya perlahan tapi pasti, ketika hampir mengenai sasaran kemaluannya Ria pun menghindari dan mengatakan, “Jangan dicium memeknya akh.. gelii..” Ria mengatakan sambil menutup rapat kedua selangkangannya.<br />
<br />
Yah, mau bagaimana lagi, langsung saja kutindih Ria, kucium-cium sambil tangan kiriku memegang kemaluan Ria dan berusaha memasukkanya ke dalam selangkangan Ria. Eh, Ria berontak iihh.. ge.. li..” ujar Ria. Tahu-tahu Ria mendorong badanku dan terbaliklah keadaan sekarang, aku yang tadinya berada di atas kini berubah dan berganti aku yang berada di bawah, kuat sekali dorongan perempuan yang berbobot kira-kira 45 kg dengan tinggi 160 cm ini, pikirku dalam hati. “Eh.. buka dong bajunya! masak sih Ria doang yang bugil Andinya tidak..?” ujar Ria sambil mencopotkanbaju kaos yang kukenakan dan aku lagi-lagi hanya diam dan menuruti apa yang Ria inginkan.<br />
<br />
Setelah membuka baju kaosku, tangan kanan Ria masuk ke dalam celana pendekku dan bibirnya sambil melumat bibirku. Gila pikirku dalam hati, nih cewek kayaknya sdah berpengalaman dan dia lebih berpengalaman dariku. Perlahan-lahan Ria mulai menurunkan celana pendekku dan muncullah kemaluanku yang besarnya minta ampun (kira-kira 22 cm). Dan Ria berdecak kagum dengan kejantananku, tanpa basa-basi Ria memegangnya dan membimbingnya untuk masuk ke dalam liang senggama miliknya Ria, langsung saja kutepis dan tidak jadi barang tersebut masuk ke lubang kemaluan Ria. “Eh, jangan dong kalau buat yang satu ini, soalnya gue belum pernah ngelakuinnya..” ujarku polos. “Ngapain kita udah bugil gini kalau kita tidak ngapa-ngapain, mendingan tadi kita tidak usah buka pakaian segala,” ujar Ria dengan nada tinggi.<br />
<br />
Akhirnya aku diam dan aku hanya menempelkan kemaluanku di permukaan kemaluan Ria tanpa memasukkanya. “Begini aja ya..?” ujarku dengan nada polos. Ria hanya mengangguk dan begitu terasanya kemaluanku bergesek di bibir kemaluan Ria tanpa dimasukkan ke dalam lubang vaginanya milik Ria, aku hanya memegang kedua buah pantat Ria yang montok dan secara sembunyi-sembunyiaku menyentuh bibir kemaluan Ria, lama kami hanya bergesekan dan tanpa kusadari akhirnya kemaluanku masuk di dalam kemaluan Ria dan Ria terus-terusan menggoyang pantatnya naik-turun.Aku kaget dan bercampur dengan ketakutan yang luar bisa, karena keperawanan dalam hal ML yang aku jaga selama ini akhirnya hilang gara-gara anak SMU. Padahal sebelum-sebelumnya sudah ada yang mau menawari juga dan dia masih perawan lebih cantik lagi aku tolak dan sekarang hanya dengan anak SMU perjakaku hilang.<br />
<br />
Lama aku berpikir dan sedangkan Ria hanya naik-turun menggoyangkan pentatnya semenjak aku melamun tadi, mungkin dia tersenyum puas melihat apa yang baru dia lakukan terhadapku. Yach, kepalang tanggung sudah masuk, lagi nasi sudah jadi bubur akhirnya kugenjot juga pantatku naik-turun secara berlawanan dengan yang dilakukan Ria, dan bunyilah suara yang memecahkan keheningan, “Cplok.. cplok.. cplok..” Ria mendesah kenikmatan karena kocokanku yang kuat dilubang vaginanya. Lama kami berada di posisi tersebut, yaitu aku di bawah dan dia di atas.akhirnya aku mencoba mendesak Ria agar dia mau mengganti posisi, tapi dorongan tangannya yang kuat membatalkan niatku, tapi masa sih aku kalah sama cewek, pikirku. Kudorong ia dengan sekuat tenagaku dan akhirnya kami berada di posisi duduk dan kemaluanku tetap berdiri kokoh tanpa dilepas. Ria tanpa diperintah menggerakkan sendiri pantatnya, dan memang enak yah gituan, pikirku dalam hati. Tapi sayang tidak perawan.<br />
<br />
Akhirnya kudorong lagi Ria agar dia tiduran telentang dan aku ingin sekali melihat kemaluanku yang besar membelah selangkangan kemaluan Ria, makanya aku sambil memegang batang kemaluanku menempelkannya di lubang kemaluan Ria dan “Bless..” amblaslah semuanya. Kutekan dengan semangat “45″ tentunya karena nasi sudah hancur. Kepalang tanggung biarlah kuterima dosa ini, pikirku. Dengan ganasnya dan cepat kuhentakkan kemaluanku keras-keras di lubang kemaluan Ria dan kembali bunyi itu menerawang di ruangan tersebut karena ternyata lubang kemaluan Ria telah banjir dengan air pelumasnya disana, aku tidak tahu pasti apakah itu spermanya Ria, apakah hanya pelumasnya saja? dan Ria berkata,<br />
“Loe.. udah keluar ya..?” ujarnya.<br />
“Sembarangan gue belom keluar dari tadi..?” ujarku dengan nada ketus.<br />
Karena kupikir dia mengejekku karena mentang-mentang aku baru pertama kali beginian seenaknya saja dia menyangka aku keluar duluan. Akhirnya lama aku mencumbui Ria dan aku ingin segera mencapai puncaknya.<br />
<br />
Dengan cepat kukeluarkan kemaluanku dari lubang kemaluannya dan kukeluarkan spermaku yang ada diperutnya Ria, karena aku takut kalau aku keluarkan di dalam vaginanya aku pikir dia akan hamil, kan berabe. Aku baru sekali gituan sama orang yang yang tidak perawan malah disuruh tanggung jawab lagi. Gimana kuliahku! Ria tersenyum dengan puas atas kemenangannya menggodaku untuk berbuat tidak senonoh terhadapnya. Huu, dasar nasib, dan semenjak saat itu aku sudah mulai menghilangkan kebiasaan burukku yaitu onani, dan aku tidak mau lagi mengulang perbuatan tersebut karena sebenarnya aku hanya mau menyerahkannya untuk istriku seorang.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-41667469677436850062014-06-18T22:20:00.000-07:002014-06-18T22:20:00.778-07:00Nakalnya Lidah Si Derby Yang Mengairahkan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXzlUxOodfqVer5crOZO1uMvT8UHiwZR4PUKrq-2G4uQKDqp37p7erq5JPClHilYgbzEpk9OGC_3RsqHhe5eK2jLJh6zTYTpxg7ktufLGzyl1JY-MVJRGx68VgaAhSDJnS_QMVgPM7Jnmd/s1600/Diao+yang+11.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXzlUxOodfqVer5crOZO1uMvT8UHiwZR4PUKrq-2G4uQKDqp37p7erq5JPClHilYgbzEpk9OGC_3RsqHhe5eK2jLJh6zTYTpxg7ktufLGzyl1JY-MVJRGx68VgaAhSDJnS_QMVgPM7Jnmd/s1600/Diao+yang+11.png" /></a></div>
<b>Nakalnya Lidah Si Derby Yang Mengairahkan</b> – Pagi itu, sinar matahari belum mampu mengusir embun putih yang menyelimuti sebuah villa mewah di kawasan Puncak Pass. Beberapa gerombol embun masih terlihat melayang-layang tertiup angin. Pucuk-pucuk pinus masih berwarna putihtertutupi embun pagi. Rumput di halaman villa masih basah.<br />Di dalam bathtub yang berisi air hangat, Theo dan Debby duduk berendam sambil berpelukan mesra. Gadis itu duduk di atas paha Theo. Telapak tangannya mengusap-usap menyabuni punggung guru matematikanya itu, dan ia pun merasakan tangan lelaki itu menyabuni punggungnya. Pelukan mereka sangat erat hingga dada mereka saling menekan satu sama lain. Sesekali Debby menahan nafas ketika menggeliatkan badannya.<br /><br />Dadanya yang menggeliat menyebabkan puting buah dadanya mengalirkan birahi ke sekujur tubuhnya. Puting itu semakin mengeras setelah beberapa kali bergesekan dengan dada Theo yang licin dipenuhi buih-buih sabun. Pangkal pahanya yang terendam air hangat terasa membakar birahi ketika batang kemaluan lelaki itu menyentuh vaginanya. Debby menggerak-gerakkan telapak tangannya dari punggung hingga ke leher Theo. Sambil menyabuni, ditariknya tengkuk lelaki itu.<br /><br />“Debby sangat mencintai Theo,” bisiknya.<br /><br />Theo mengusap-usap bahu gadis itu dengan busa sabun yang berlimpah. Busa dan buih-buih berbentuk bola-bola kecil meleleh ke bagian atas dada dan punggung Debby. Lalu ditatapnya wajah yang cantik itu. Wajah yang terlihat semakin menarik karena buih-buih sabun memenuhi lehernya yang jenjang. Disibaknya rambut gadis itu ke belakang. Busa dan bola-bola kecil ikut menempel di rambut gadis itu, kemudian bola-bola itu meletus. Menawan. Sangat cantik dan mempesona, bisik hati Theo.<br /><br />Mungkinkah aku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya?, tanya Theo dalam hati. Jatuh cinta terhadap seorang murid yang masih belia dan nakal? Mengapa? Mengapa..? Apakah karena sensasi dan kemanjaan yang diciptakannya? Ah.., gumam Theo sambil menarik nafas panjang. Lalu dikecupnya anak rambut di kening gadis itu. Ia tak mampu memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di benaknya. Tingkah laku Debby yang lembut dan kadang-kadang liar telah melumpuhkan nalarnya. Ia tak mampu berpikir ketika luapan birahi membakar tubuhnya.<br /><br />“Theo juga sangat mencintai Debby. Sebelumnya tak pernah Theo rasakan nikmatnya terbakar birahi seperti saat ini..” ujar Theo.<br /><br />Bola mata mereka saling menatap seolah ingin menjenguk isi hati masing-masing. Lalu Theo menarik tubuh gadis itu agar lebih erat menempel ke tubuhnya. Disabuninya punggung gadis itu dengan kedua telapak tangannya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, telapak tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Diusap-usapnya bongkah pantat gadis itu.<br /><br />Sejenak, ia menahan nafas ketika meremas bongkah pantat yang masih kenyal itu. Karena gadis itu duduk di atas pahanya, bongkah pantat itu terasa lebih kenyal daripada biasanya. Batang kemaluan Theo semakin keras ketika bersentuhan dengan vagina gadis itu. Ia dapat merasakan kelembutan bibir luar vagina gadis itu ketika bergesekan dengan bagian bawah batang kemaluannya. Dan dengan usapan lembut, telapak tangannya terus menyusuri lipatan bongkah pantat yang kenyal itu. Ia dapat merasakan lubang dubur Debby di jari tengahnya. Diusap-usapnya beberapa kali hingga ujung jarinya merasakan kehalusan lipatan daging antara dubur dan vagina.<br /><br />“Theoo.., Theo nakal!” desah Debby sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.<br /><br />Walau tengkuknya basah, Debby merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari vaginanya. Ia menggeliatkan pinggulnya. Geliat itu menyebabkan telapak tangan Theo semakin bebas mengusap-usap. Membelai. Ia mengecup leher Theo berulang kali ketika merasakan ujung jari Theo menyentuh bagian bawah bibir vaginanya.<br /><br />Tak lama kemudian, telapak tangan itu semakin jauh menyusur hingga akhirnya ia merasakan lipatan bibir luar vaginanya diusap-usap. Debby berulang kali mengecup leher Theo. Kecupan panas dan liar sebagai ungkapan luapan birahi yang mendera tubuhnya. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. Ia dapat merasakan lendir birahi yang semakin banyak bermuara di vaginanya.<br /><br />Karena vaginanya terendam dalam air, usapan-usapan di dinding dan bibir dalam vaginanya terasa menjadi kesat. Setiap kali mengusap, lendir di vaginanya langsung larut ke dalam air. Ujung jari itu menjadi terasa lebih kasar daripada biasanya. Membakar birahi untuk mengalirkan kadar kenikmatan yang lebih tinggi daripada biasanya. Kenikmatannya hampir setara dengan liarnya lidah Theo yang menari-nari di antara lipatan bibir vaginanya ketika mencumbu vaginanya di balkon villa. Ia terpaksa menahan nafas untuk mengendalikan kenikmatan yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.<br /><br />“Aarrgghh.. Sstt.. Sstt..” rintihnya berulang kali.<br /><br />Lalu ia bangkit dari pangkuan lelaki itu. Ia tak ingin mencapai orgasme hanya karena usapan-usapan jari yang terasa kesat di lubang vaginanya. Tapi ketika berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Rasa nikmat di vaginanya telah membuat dirinya seolah sedang melayang-layang. Lututnya seolah kehilangan sendi.<br /><br />Dengan cepat Theo pun bangkit berdiri. Tangannya segera membalikkan tubuh gadis itu. Ia tak ingin gadis belia yang dicintainya itu terjatuh. Disangganya punggung gadis itu dengan dadanya. Lalu dituangnya kembali cairan sabun ke telapak tangannya. Dan diusap-usapkannya cairan sabun itu di perut gadis belia itu. Ketika menggerakkan telapak tangannya ke arah atas, busa sabun terdorong dan menggumpal di antara jari jempol dan telunjuknya. Dan ketika buih-buih itu terbentur pada lekukan bawah buah dada gadis itu, ia meremasnya dengan lembut.<br /><br />Kedua buah dada yang kenyal itu terasa licin dan sangat halus. Telapak tangannya terus bergerak ke atas. Ia sengaja membuka jari jempol dan telunjuknya agar puting buah dada yang masih kecil itu terjepit di jarinya. Sejenak, puting yang terjepit itu diremas-remasnya dengan lembut. Puting kiri dan kanan diremasnya bersamaan. Dilepas. Diremas kembali. Lalu telapak tangannya mengusap semakin ke atas dan berhenti di leher jenjang gadis belia itu.<br /><br />“Theo, aargh.., lama amat menyabuninya, aarrgghh..” rintih Debby sambil menggeliatkan pinggulnya.<br /><br />Ia merasakan batang kemaluan Theo semakin keras dan besar. Hal itu dapat ia rasakan karena batang kemaluan itu semakin dalam terselip di antara lipatan bongkah pantatnya. Lalu ia mendongakkan kepala sambil menoleh ke belakang. Diangkatnya tangan kanannya untuk menarik leher lelaki itu, lalu diciumnya dengan mesra. Lidahnya menjulur dan bergerak-gerak liar untuk memilin-milin lidah Theo. Tangannya kirinya meluncur ke bawah, lalu meremas biji kemaluan lelaki itu dengan gemas.<br /><br />Theo menggerakkan telapak kanannya ke arah pangkal paha Debby. Sesaat ia mengusap-usap bulu-bulu ikal di bagian atas vagina gadis itu. Menikmati bulu-bulu yang masih pendek dan halus itu di ujung jari-jarinya. Lalu telapak tangannya meluncur ke bawah. Diusapnya vagina mungil itu berulang kali. Vagina yang baru kira-kira 7 jam yang lalu selaput perawannya dipasrahkan untuk dilewati oleh cendawan batang kemaluannya.<br /><br />Jari tengahnya terselip di antara kedua bibir luar vagina itu. Diusapnya berulang kali. Telapak tangannya yang dipenuhi buih-buih sabun membuat bibir vagina dan pangkal paha itu menjadi sangat licin. Klitoris itu seolah bergerak menggeliat-geliat ketika ia mengusapkan telapak tangannya. Klitoris yang semakin keras dan licin karena lendir dan buih-buih sabun.<br /><br />“Aarrgghh..!” rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan lelaki itu semakin kuat menekan lipatan bongkah pantatnya.<br /><br />Ia merasakan lendir birahinya membanjiri vaginanya. Lendir itu pasti bercampur dengan busa sabun, pikirnya. Lalu ia berjongkok agar vaginanya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah di antara bibir vaginanya dengan cara mengusap-usapkan dua buah jarinya.<br /><br />Ketika menengadah, ia melihat batang kemaluan Theo telah berada persis di hadapannya. Batang kemaluan itu telah membengkak dan terlihat mengangguk-angguk. Ada setetes lendir menghiasi ujung batang kemaluan itu. Persis di bagian tengah cendawan yang berwarna kecokelat-cokelatan itu. Indah sekali, gumamnya. Lalu ditatapnya warna kemerah-merahan di lekukan antara cendawan dan batang kemaluan itu. Bola matanya berbinar-binar mengamati lekukan yang indah itu.<br /><br />Setelah puas mengamati, diremasnya batang kemaluan itu dengan lembut. Lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya bagian ujung cendawan itu. Terdengar bunyi ‘cep’ ketika ia melepaskan kecupannya. Setetes lendir yang menghiasi ujung cendawan itu berpindah ke bagian dalam celah kedua bibirnya. Sejenak, matanya terlihat setengah terpejam ketika ujung lidah dan kedua bibirnya mencicipi lendir itu.<br /><br />Tubuh Theo bergetar menahan nikmat ketika ia melihat lidah dan bibir Debby bergerak-gerak mencicipi lendirnya. Dicicipinya dengan penuh perasaan! Erotis sekali! Batang kemaluannya menjadi semakin keras. Berdiri tegak! Ia meraih bahu gadis itu karena tak sanggup lagi mengendalikan tekanan darah yang memenuhi urat-urat di batang kemaluannya.<br /><br />Setelah berdiri, Debby merasakan telapak tangan Theo mengangkat paha kirinya. Sambil mencium bibirnya, telapak tangan itu tetap menahan bagian belakang pahanya hingga akhirnya ia terpaksa melilitkan kakinya di pinggang lelaki itu. Ia masih berusaha mengatur keseimbangan tubuhnya ketika Theo menyelipkan cendawan kemaluannya ke celah di antara bibir vaginanya. Karena tubuhnya masih belum seimbang, cendawan itu terlepas kembali. Theo agak menekuk kedua lututnya ketika berusaha menyelipkan kembali cendawan kemaluannya. Ia sudah sangat ingin merasakan kembali vagina yang sempit itu meremas batang kemaluannya. Nafasnya mendengus-dengus tak teratur. Dengan terburu-buru, ia mendorong pinggulnya.<br /><br />“Argh, aarrgghh.., Theo!” rintih Debby.<br /><br />“Masih sakit?” tanya Theo.<br /><br />“Sakit dikit..” jawab Debby.<br /><br />Theo menarik batang kemaluannya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Sambil mendorong, ia menatap vagina gadis itu. Pandangannya nanar seolah ada kabut yang menutupi bola matanya ketika ia melihat bibir luar vagina gadis itu ikut terdorong bersama batang kemaluannya. Ia masih menatap terpesona ketika perlahan-lahan menarik kembali batang kemaluannya. Bibir luar vagina itu merekah dan seolah sengaja memperlihatkan lipatan celah vagina yang berwarna pink!<br /><br />“Masih sakit, Sayang?”<br /><br />“Hmm!”<br /><br />“Sakit?”<br /><br />“Enaak.., Theo!”<br /><br />Theo tersenyum. Dilumatnya bibir gadis itu sambil menghentakkan pinggulnya. Dengan cepat, batang kemaluannya menghunjam. Ia menghentikan hentakan pinggulnya dan berdiri kejang setelah merasakan mulut rahim gadis itu tersentuh oleh ujung cendawannya. Lalu ditatapnya raut wajah murid yang dicintainya itu sekaligus dikaguminya!<br /><br />Selain cantik dan dan seksi, muridnya itu pun tak pernah bertanya atau membantah ketika ia menghunjamkan kemaluannya sambil berdiri. Murid yang patuh sekaligus mempunyai ide-ide liar yang sensasional dalam bercinta. Mungkin muridku ini memang dikaruniai bakat bercinta, kata Theo dalam hati. Bakat untuk menaklukkan lelaki! Alangkah beruntungnya aku menjadi gurunya! Perlahan-lahan Theo menarik batang kemaluannya. Sebelah tangannya meremas bongkah pantat gadis itu dan yang sebelah lagi meremas dada.<br /><br />“Aarrgghh..!” rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan Theo kembali menghunjam vaginanya.<br /><br />Ia terpaksa berjinjit karena batang kemaluan itu terasa seolah membelah vaginanya. Kedua tangannya dengan erat merangkul leher Theo. Ia ingin menggantung di leher lelaki itu. Lututnya terasa lemas menahan kenikmatan yang menjalari sekujur tubuhnya. Panasnya birahi membuat pori-pori di sekujur tubuhnya menjadi terbuka. Butir-butir keringat mulai merembes dari pori-porinya, bercampur dengan busa sabun yang masih tersisa di beberapa bagian tubuhnya.<br /><br />Semakin sering ujung cendawan kemaluan lelaki itu menyentuh mulut rahimnya, semakin banyak pula keringat merembes di sekujur tubuhnya. Hingga akhirnya keringat itu terlihat mengkristal di kulitnya! Nafas Debby beberapa kali terhenti ketika Theo menarik dan menghunjamkan batang kemaluannya. Menarik dan menghunjam dengan cepat hingga terdengar ‘cepak-cepak’ yang merdu setiap kali pangkal pahanya berbenturan dengan pangkal paha Theo. Dan setiap kali mendengar suara ‘cepak’ itu, darahnya seolah terasa berdesir hingga ke ubun-ubun.<br /><br />“Aarrgghh.., aarrgghh.., Theoo!”<br /><br />“Theoo.., Debby pipiis..!”<br /><br />Rintihan itu membuat Theo semakin cepat menghentak-hentakkan pinggulnya. Keringat bercucuran dari dahinya. Ia berusaha menahan nafas untuk mengendalikan tekanan air mani yang ingin menyemprot dari lubang batang kemaluannya. Tapi orgasme gadis belia yang sangat dicintainya itu ternyata membuat ia tak mampu lagi menahan tekanan air mani yang mengalir dari biji kemaluannya. Vagina sempit itu berdenyut-denyut meremas batang kemaluannya. Menghisap air mani yang masih tertahan di batang kemaluannya. Membuat ia tak berdaya untuk mengendalikan desakan air mani yang menyemprot dari lubang batang kemaluannya.<br /><br />“Aarrgghh..! Aarrgghh..! Debby, aarrgghh..!” raung Theo sambil menghujamkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya.<br /><br />“Theoo.., sstt, sstt..” desis Debby berulangkali ketika merasakan air mani lelaki yang sangat dicintainya itu ‘menembak’ mulut rahimnya.<br /><br />‘Tembakan’ yang pertama terasa panas dan menggetarkan hingga membuat tubuhnya berdiri kejang dan punggungnya melengkung ke belakang. ‘Tembakan’ kedua dan ketiga membuat ia semakin berjinjit setengah bergantung di leher Theo.<br /><br />“Aarrgghh.., Debby! Argh.., enaknya!” rintih Theo di telinga murid yang sangat disayanginya itu.<br /><br />“Theoo.., sstt.., sstt..!” desis Debby pula berulangkali sesaat setelah lepas dari puncak orgasmenya!<br /><br />Kedua telapak tangan Theo memangku bongkah pantat Debby. Telapak tangannya masih dapat merasakan kedutan-kedutan di bongkah pantat itu ketika gadis itu mencapai puncak orgasmenya. Dan dengan tenaga yang masih tersisa di tubuhnya, di tarik bongkah pantat yang kenyal itu agar mereka tak terjatuh. Ia tak ingin gadis itu terjatuh karena ia masih ingin batang kemaluannya tetap terbenam dalam kelembutan vagina yang sempit itu. Vagina yang sangat dikaguminya, muda, segar, dan masih berwarna pink!<br /><br />“Puas, Sayang?” bisik Theo sambil mengusap-usap punggung Debby.<br /><br />“Puas banget!”<br /><br />“Theo sangat menyayangi Debby.”<br /><br />“Debby juga sangat sayang pada Theo,” kata Debby sambil mencium bibir Theo.<br /><br />Mereka masih terus berciuman dengan mesra hingga batang kemaluan Theo mengkerut dan terlepas dari vagina Debby.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-66373078318871586532014-06-18T21:28:00.002-07:002014-06-18T21:39:03.777-07:00Meaking Love : Aku Sadar Kalau Aku Di Jadikan Tempat Onani Oleh Anakku<div style="text-align: left;">
Cerita Dewasa : Dalam cerita ini saya menamakan diri saya, “Heather”. Ini bukan nama saya yang asli, untuk suatu alasan yang saya pikir paling baik untuk cerita ini dan tidak perlu kita pikirkan apa alasannya. Tapi jika memang anda memikirkan alasanku untuk merubah Nama, saya yakin anda tau apa alsannya.<br />
<br />
Aku adalah seorang janda yang berumur 35 tahun dan menjadi orang tua tunggal bagi anak ku. Tinggiku sekitar 165 cm dengan berat badan kurang lebih 57 – 60 kg. Aku tau, kebanyakan wanita tidak berani mengatakan tentang berat badan mereka, tapi saya punya kelebihan dan keberanian untuk mengatakan keadaan tubuhku sekarang karena aku tidak dikenal, sebenarnya tidak ada yang berbeda dalam cerita ini.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwPcgpTBUQRCk2jW1CUFAkeTi4y3lfDAB7P8u_gree1DPn76RD2M4BsPwyMohbIlZz4v5DeHE5moZwab4UB-pEK1Bo5R-9ZCNtqEUX2KGFBTRFWLHCyykr2Mg6bOtgaKNFCkDWFpV4wt_c/s1600/536380_371999422889828_2115774587_n.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="CEWEK SEKSI DAN CERITA DEWASA 17 TAHUN" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwPcgpTBUQRCk2jW1CUFAkeTi4y3lfDAB7P8u_gree1DPn76RD2M4BsPwyMohbIlZz4v5DeHE5moZwab4UB-pEK1Bo5R-9ZCNtqEUX2KGFBTRFWLHCyykr2Mg6bOtgaKNFCkDWFpV4wt_c/s1600/536380_371999422889828_2115774587_n.png" height="400" title="CEWEK SEKSI DAN CERITA DEWASA 17 TAHUN" width="300" /></a>Ukuran cup payudaraku 36 D, ukuran pinggangku cukup proporsional, dan ukuran celana jeans 34 mengikuti ukurang pinggulku, dan ukuran pantatku dimana sekarang umurku menginjak 35 tahun maka pantatku sedang bahenol – bahenolnya, dan aku miliki kelebihan ini sejak umurku 20 tahun. Tapi aku menganjurkan bahwa ukuran pantatku ini jangan dijadikan sebagai barometer atau patokan untuk menilai perempuan, Tuhan tau yang terbaik untuk itu, dan Tuhan memberikan anugerah ini kepada aku, yaitu pantatku yang sekarang ini, itu yang membuat almarhum suamiku tertarik kepadaku, dan dia sangat senang dengan keberadaan pantatku yang seperti itu.<br />
<br />
Aku lanjutkan ceritaku, sekitar 5 tahun yang lalu, aku kehilangan suamiku karena penyakit kanker. Dia berjuang sekuat tenaga melawan maut untuk sembuh dari penyakitnya, tapi akhirnya sekarang dia sudah beristirahat dengan damai, itu adalah suatu kenyataan yang sulit aku terima, bukan saja aku, tapi juga anak laki-laki ku yang berumur 10 tahun pada saat itu. Kami berdua sangat kehilangan seorang Suami-Ayah yang baik, dan untuk waktu yang lama aku terus berpikir dan mengkhayal jika suatu waktu dunia bisa membawa kami bertiga di dalam kegembiraan dan kesukaan yang pernah kami alami bersama.<br />
<br />
Sebagai konsekwensi dari kematian suami ku, anak laki ku, yang tidak akan kusebutkan namanya disini, tanpa kusadari seiring dengan berjalannya waktu dia sudah bertambah besar dan dewasa dengan cepat. Dia tetap menjadi anak laki2 remaja yang serius, tapi diusianya yang masih remaja ini dia tetap melakukan berbagai macam pekerjaan rumah seperti memangkas rumput di halaman rumah kami dan semua pekerjaan kecil yang mudah ataupun pekerjaan yang berat. Memang menurun dari sifat ayahnya, berdedikasi, penyayang dan memberi tanpa pamrih. Tidak ada pekerjaan rumah yang bisa saya minta darinya untuk saya kerjakan sebelum dia mencoba untuk mengerjakannya sendiri dan bisa diselesaikan dengan baik, walaupun pekerjaan itu diluar kemampuannya. Dia tetap berusaha dengan baik.<br />
<br />
Di tahun pertama tanpa suami dan ayah diatara kami, pada malam hari aku selalu menangis, dan itulah sebabnya anak ku kehilangan masa2 riangnya, tetapi dia selalu datang kepadaku saat malam hari aku menangis dan melingkarkan tanganya di pundak ku, dan mengatakan,” Sudah Mam, Sudah”. Dia mencoba membuatku lebih nyaman, dan aku merasa seperti berbunga bunga dibuatnya ketika dia menyeka air mataku, ketika setiap malam perasaan ku hancur diterjang badai, aku akan terus sayang dan setia kepada anaku ini sepanjang hidupku. Dan pasti anda akan menduga, bahwa sepanjang hidupku aku pasti akan terus membutukan dan bergantung kepada anak laki ku. Hari ke hari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun, Dian menjadi seperti Batu karang yang sangat kokoh, itu yang mungkin bisa kugambarkan tentang kepribadian anakku yang cukup tegar dalam mengarungi hidup ini, dan dia juga menjadi alasan utamaku untuk tetap hidup dan bertahan sampai saat ini, dan aku akan melakukan apapun untuknya.<br />
<br />
Satu bulan setelah ulang tahunnya yang ke – 14 aku mulai memperhatikan dia, bahwa anak laki ku ini sudah mulai berubah. Dia bertumbuh semakin tinggi, terlihat semakin segar, dan ketampanan yang tetap melekat pada wajahnya, dan disuatu malam saya mulai menyadari bahwa dia lebih dari seorang anak laki – laki yang mulai bertumbuh dewasa dan itu memang benar saya akui, segala ketegaran dan ketabahannya yang hadir di dalam hidupku, juga memberikan dampak pada diriku.<br />
<br />
Seperti yang anda ketahui, suatu malam aku mengalami kesepian yang teramat sangat. Dimana sudah terlalu larut malam, dan aku mengetahui bahwa anak ku juga sudah tidur. Jadi aku menenggak beberapa gelas anggur merah (red wine) untuk melonggarkan ketegangan dari kesepian yang ada pada diriku, lau aku kembali kekamar untuk kembali menghadapi kesepianku. Aku membuat suatu kegiatan pribadi untuk menghabiskan rasa kesepianku, mengganti pakaian ku dengan gaun tidur satin berwarna hitam yang bisa diterawang oleh mata, tembus padang yang bisa memerkan lekuk tubuhku, dengan celana dalam sexy yang terbingkai diantara selangkanganku yang bulu – bulu halusnya selalu tertata rapih. Aku juga tidak mengerti kenapa aku selalu sangat bangga untuk menjaga bagian vital kewanitaan tetap ditumbuhi bulu, mungkin hal tersebut adalah suatu fakta yang menjadikan aku tetap merasa sebagai wanita yang selalu tampil cantik. Aku tetap menjaga bulu2 pirangku, dan kadang kadang juga memakaikan formula khusus pada buluku ini. Aku ingin selalu tampil sexy, menggairahkan, dan selalu diinginkan. Aku menduga, mungkin yang menginginkan diriku ya hanya diriku, aku selalu ingin merasakan gairah itu, walaupun hanya sedikit terasa pada diriku, disaat suamiku masih hidup, dan sebelum dia sakit.<br />
<br />
Setelah saya bercermin dan melihat diriku sendiri, aku membelai tubuhku dan merasakan suatu sensasi dari gaun tidur ku yang sexy, yang membelai kulitku, lalu aku manggapai laci lemariku yang paling atas dan mengambil dildo getar/vibrator (alat bantu massturbasi) kepercayaanku. Hal yang menyedihkan adalah karena aku teringat tentang hubungan suami istri tentang aku dan suami ku beberapa tahun yang lalu, yang memang aku sarankan kepada diriku untuk mengingatnya sebagi bahan masturbasiku, tapi aku tau aku tidak bisa mengigatnya kembali secara penuh untuk mencapai orgasme ku dalam bermasturbasi.<br />
<br />
Aku langsung membaringkan tubuhku ke tempat tidur, dan membuka pahaku mengangkang selebar dan senyaman mungkin dan aku mulai memuaskan diriku. Dengan perlahan saat pertama, agar bisa merangsang vagina dan klitorisku yang perlahan semakin menonjol, aku merasakan getaran yang berdesir sangat halus namun terasa sangat kuat merangasang G-spotku yang sangat sensitif, yang secara otomatis membuat diriku menggerakan tubuhku naik dan turun mengikuti intonasi dari getaran2 tersebut, dan aku berharap kepada seluruh dunia bahwa itu adalah Penis yang sesungguhnya, yang mendesak dengan keras dan menggiringku ke dalam godaan, memaksa diriku masuk kedalam persetubuhan memuaskan yang sangat panjang.<br />
<br />
Aku tidak tau kapan Anak laki ku terbangun, tapi intinya bukan karena dia terbangun. Intinya adalah, bahwa aku lupa untuk menutup pintu kamar tidurku, mungkin anggur (wine) yang aku minum tadi sebelum tidur telah membuat ku menjadi pelupa, tapi melihat kejadian ini aku menjadi ragu bahwa hal ini hanya kelupaan belaka.<br />
<br />
Aku tidak tau sudah berapa lama dia memperhatikan diriku, tapi dari mataku yang setengah tertutup aku dapat melihat bayangannya dari cermin yang ada di kamarku. Matanya menatap sepenuhnya kepada diriku, dan bayangan tatapan mata coklatnya yang dalam memperlihatkan gairah nafsu birahi yang sedang terbakar yang tidak bisa aku temukan pada orang lain, kecuali dari almarhum suamiku yang telah lama meninggal.<br />
<br />
Dan intinya juga, aku sedang melakukan penetrasi memasukan Vibrator ke dalam Vaginaku dengan pompaan2 yang sangat liar, merasakan getaran2 erotis dari vibrator itu yang menyentuh ujung dari klitorisku, sambil mendengarkan suara2 yang dikeluarkan dari Vaginaku yang basah dan becek sewaktu aku memompa vaginaku dengan genggaman alat seks yang batangnya aku tancapkan berulang kali sedalam dalamnya kedalam vaginaku. Sementara itu anak laki ku sudah berdiri menyenderkan badannya di bibir pintu sambil memperhatikan dengan sesksama, matanya terpaku pada setiap gerakan kecepatan sodokan yang kubuat dengan sangat bergairah dan menimbulkan suara gemercik dan kilauan basah pada celah vaginaku. Aku juga melihat dia mengocok batang penisnya dengan cepat, tangannya dengan liar mengocok batang penisnya yang keras, besar dan panjang dengan memompanya keatas dan kebawah sambil dia memperhatikanku dengan seksama.<br />
<br />
Aku tau, seharusnya aku menghentikan perbuatanku disini, tapi sangat susah sekali untuk menghentikannya karena memang sudah 4 tahun tidak ada lagi yang menunjukan ketertarikan kepada diriku semenjak suamiku meninggal dunia, saya rasa saya mulai merindukan gairah yang pernah diberikan almarhum suami kepadaku.<br />
<br />
Jadi, aku melanjutkan aksi masturbasiku dengan dildo yang berbentuk penis terbuat dari karet dan bisa bergetar itu lebih kencang dan lebih cepat lagi intonasinya menancapkan kedalam lubang surga ku, sementara anak lakiku terlihat bermasturbasi untuk ku. Mengetahui bahwa dirinya melihat diriku secara langsung, hal tersebut seperti mengirimkan getaran2 hasrat pada birahiku untuk menggerakan tubuhku yang terbaring terlentang di atas tempat tidur melalui gerakan punggungku naik dan turun secara perlahan mengikuti intonasi gerakan keluar masuknya vibrator ke dalam Vaginaku. Dan aku mulai menyadari bahwa diriku mulai megeluarkan suara rintihan-rintihan dan erangan-erangan yang aku sangat yakin dia pasti mendengarnya,”Ssssshhh…..ah…yesss….Mmmmpfff. …aakhhh, enak sekali sayang, masukan semua penismu Sayang….akhhh….”. Suara rintihan yang memang memaksa untuk keluar dari mulutku, untuk sebuar rasa birahi yang tak mungkin tertahankan. Aku merasakan rangsangan yang sangat hebat pada saat itu. Walaupun aku tau bahwa sebenarnya dengan semua gerarakan, tidakan yang aku lakukan sekarang adalah suatu kesalahan.<br />
<br />
Lalu aku merasa seperti ditampar oleh suatu kepuasan birahi yang sangat hebat, dan aku tidak bisa mengingat, kapan terakhir aku mendapatkan klimaks seperti itu dengan bermasturbasi beberapa tahun terakhir ini. Sebuah orgasme dari masturbasi yang membuat saraf pada Vaginaku terasa seperti tersetrum oleh listrik tegangan tinggi dan menggetarkan tubuhku serta membuat ku mengeluarkan cairan kepuasan yang mengalir dari lubang vagina yang berkontrasi sangat hebat dan aku merasakan suatu kepuasan yang luar biasa nikmatnya dalam masturbasi kali ini, suatu sensasi yang sungguh tidak bisa dilukiskan jika masturbasi itu ditonton oleh anak kandungku sendiri, yang juga sedang bermasturbasi karena melihat aksiku. Akupun pun terus merintih selama gelombang gelombag birahi terus berdatangan silih berganti menerpa diriku yang sedang sangat bernafsu,” Oh..ah…Oh…yeahhh….aakkkkhhh”,” tanpa kusadari aku Orgasme,”Sial, aku oragasme”, aku berkata kepada diriku sendiri, pinggulku terangkat, tersentak sangat liar dari tempat tidur, dan dari Vagina ku mengalirlah suatu cairan hangat berwana bening pekat seperti lahar yang tercurah dari gairah seksualku, dan aku bisa melihat bayangan anak laki ku yang tetap bermasturbasi mengocok batang penisnya dari cermin kaca yang ada di kamarku, dahinya berkerut dengan wajah yang penuh dengan konsentrasi memperhatikan garak geriku dan setiap inci dari tubuh ibu kandungnya ini, yang akhirnya dapat kulihat dengan jelas dengan kedua mataku bahwa dia juga berhasil menggapai sebuah intisari dari kenikmatan bermasturbasi dengan sugguhan nyata, aku melihat dengan jelas Penisnya menyemprotkan dengan hebat cairan berwarna Putih, dengan deras spermanya yang sangat pekat keluar dari ujung kepala penis seorang anak laki laki ku yang lembut dan penyayang, yang dia tumpahkan sangat banyak sehingga tercecer ke lantai. Pemandangan yang kulihat dengan keadaan mata tertutup setengah itu sungguh nyata, dan sangat cukup membuatku kembali terserang oleh gelombang rangsangan gairah orgasme, Vaginaku kembali bergetar sangat liar dan aku mulai merasakan kegilaan gairah orgasme itu sekali lagi, aku pejamkan mataku dan aku mulai mengerang dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya, seiring aku merasakan orgasme untuk yang kedua kali akhirnya orgasme itu berangsur-angsur menurun dari gairah yang sangat tinggi, aku mulai membuka mataku dan melihat ke cermin, ternyata Anak ku telah pergi dari situ dan menghilang dengan cepat dari pandanganku.<br />
Setelah kejadian itu, aku habiskan sisa waktu dari malam itu di kamar merenung sambil meringkuk di atas tempat tidur dan merasa bersalah dan malu akan kejadian yang baru saja terjadi, merasa menjadi seperti seorang Ibu yang paling buruk di muka bumi ini, sambil merasakan tetes2 terakhir cairan kewanitaanku yang keluar dari liang Vagina yang membasahi liang kenikmatan itu. Aku merasakan kenikmatan dari sebuah dosa, walupun bukan persetubuhan, tapi itu juga sudah pasti sebuah dosa. Dengan air mata yang berusaha aku bendung di mataku, aku mengutuk perbuatan yang tadi aku lakukan di depan anak lakiku, dan semua perbuatan buruk ku yang telah kuperbuat dengan penuh rasa penyesalan.<br />
<br />
Setiap malam hari aku terus berpikir tentang kejadian itu kembali mengingat gerakan demi gerakan yang aku lakukan dan yang anak ku lakukan, dengan jelas sekali tergambar di dalam benakku dan kejadian itu benar2 menggetarkan hatiku dan membuatku sangat gerah dan gemas, saat anak laki ku menyemprotkan Spermanya sambil melihat Ibunya orgasme dengan liar berkali kali dihadapannya, tapi tetap saja peristiwa itu membuatku kagum walaupun aku merasa jijik dan muak bila mengingatnya. Semua kejadian saat itu secara terperinci berdesir ke di dalam benaku dan terus bertanya kepada diriku, mengapa aku mengizinkan itu terjadi. Apakah saya membutuhkan kejadian seperti malam itu, untuk membangkitkan gairah nafsuku, dengan cara mempertontonkan ketelanjanganku dan gaya masturbasiku di depan anakku? Aku berpikir dan menyadari bahwa aku tidak mempunyai jawaban untuk hal tersebut, dan aku meragukan kapan aku bisa menjawab pertanyaan itu.<br />
<br />
Aku tidak tau mengapa, saat aku sudah terhanyut di dalam tidurku, dan aku terbangun sudah di pagi yang baru, dan aku cepat2 mengganti gaun tidurku yang sangat sexy itu yang memang setiap malam aku gunakan untuk tidur, memang aku akui setelah kejadian itu aku pernah bersumpah dengan sumpah serapahku untuk tidak akan pernah menggunakan gaun tidur itu lagi, aku merasa kotor, nista dan sangat mesum jika teringat kembali saat aku merasakan nikmatnya suatu kepuasan oragasme yang sangat tinggi yang pernah terjadi dalam hidupku dari masturbasi kali itu, dengan melihat Anak lakiku yang sedang oragasme menyemprotkan sperma serta ceceran spremanya mengalir ke lantai, dan melihat diriku yang sedang menyetubuhi diri sendiri. Langsung aku lepas gaun tidurku itu dan mengambil kimono ku memakai dan mengikatkan talinya di pinggangku. Dengan cepat aku menuju ke kamar mandi untuk segera mandi dan membersihkan diri, karena aku merasa jijik dan muak kepada diriku sendiri setelah semalaman tidur dengan gaunku itu. Sekarang aku mulai mengetuk dahulu pintu kamar madiku sebelum aku menerobos masuk kedalam, aku selalu waspada terhadap segala hal, jika ada yang diam2 mengintip atau tidak sengaja memperhatikan diriku sewaktu aku mandi atau berganti pakaian, tapi kadang aku juga berharap untuk tau jika memang dia sedang mengintip atau memperhatikanku selagi aku mandi atau mengganti pakaian.<br />
<br />
Yang aku takutkan dan yang aku harapkan pun terjadi, ketika ku buka pintu kamar mandi, aku melihat sesosok tubuh yang ternyata adalah Anak laki ku yang sedang asik berada dibawah pancuran air dimana dia sedang mengocok batang penisnya yang keras dan besar dengan sangat liar dengan buih2 sabun yang berlumur pada tangan dan penisnya. Aku berdiri terdiam sejenak untuk beberapa saat memperhatikan dan menelan semua apa yang kulihat saat itu, tangannya yang sedang menggenggam dengan erat Batang kejantanan yang sangat keras seperti baja dan secara liar memaju mundurkan genggaman itu pada penisnya, lalu dia menyadari akan kehadiran ku disitu dan terlihat dari wajahnya yang pucat pasi disertai kepanikan,” Mam, aduh…ngapain disitu..aduh…!!!” kata anak ku dengan sangat panik, matanya terlihat langsung bekaca-kaca tapi dia berusaha menutupi rasa pucatnya, lalu dengan rasa malu dan kebingungannya dia berusaha menutupi penisnya dengan kedua tangannya.<br />
<br />
“Oh..kamu, Maaf Sayang….seharusnya mama mengetuk dulu, sebelum masuk” kataku dengan nada suara halus dan penuh keibuan, tapi aku tidak beranjak dari situ, karena memang aku tidak mau pergi dari situ. Malahan aku melihat kearahnya sekali lagi. Dia tetap mencoba dengan susah payah menyembunyikan penisnya dari ku dengan kedua tangannya, tapi harus ku akui bahwa sangat susah untuk menyembunyikan penis yang sedang ereksi sebesar itu.” Gpp.., sayang…Memang sudah seharusnya kamu merasakan hal itu, dan itu merupakan hal yang umum di umurmu”, aku katakan hal itu kepadanya dengan senyum simpul di bibirku dengan penuh pengertian kepada.<br />
<br />
Aku tau, kali ini dia tidak mengerti maksud dari ku barusan, dia masih terlihat takut dan kaget dengan kehadiranku didekatnya sambil melihat tubuh telanjang dan penis besarnya yang mulai perlahan mengecil berubah menjadi agak lembek karena ketakutannya.” Kita bicarakan hal ini, ketika kamu sudah selesai “, aku katakan kepadanya sekali lagi dan tidak lupa tetap menyimpulkan senyum di bibirku kepadanya, lalu aku meninggalkan dia di kamar mandi beranjak dari situ dan turun ke bawah menuju ke dapur.<br />
<br />
Langkah demi langkah aku menjauh dari kamar mandi untuk menuju ke dapur, aku bisa merasakan rangsangan dari apa yang kulihat tadi, perlahan lahan dari satu langkah kelangkah selanjutnya mulai membuat Vaginaku menetesakan cairan sehingga aku mulai merasakan basah di daerah selangkanganku, dan dapat kurasakan wewangian dari gairah birahi yang mulai merasuk ke dalam napasku secara halus dan perlahan. Terbersit kembali olehku pada kejadian di kamar mandi tadi, hanya penis keras, besar dan panjang milik anak ku yang kembali membakar ku kedalam keinginan birahi, dan semua kutukan kasar yang pernah ku ucapkan untuk diriku sendiri atas kejadian yang pernah terjadi pada kami berdua tinggal kenangan, karena klitoris dalam vaginaku sudah mengemis dan memohon untuk sebuah perhatian.<br />
Sesampainya aku di dapur, aku membuat secangkir kopi untuk diriku sendiri lalu aku duduk di kursi meja makan dengan kaki menyilang dimana kedua pahaku menumpu ke paha yang satunya, aku tegangkan silangan pahaku sekuat mungkin sehingga Vaginaku terjepit dan tertutup rapat akibat dari tekanan silangan pahaku untuk memudahkan diriku menahahan denyutan Vaginaku dari rangsangan birahi yang mulai menyergapku dan memberikan aku waktu sesaat sampai sebelum anak ku turun ke bawah. Menurutku ini adalah saat yang tepat bagi diriku untuk membuat sebuah keputusan, aku akan menjadi pengalaman sex yang pertama bagi anak ku. Tapi hatiku berkata bahwa aku tidak boleh menjadi pengalaman pertamanya. Dia sekarang sudah menjadi pemuda yang tampan, dan aku yakin, mungkin beberapa wanita di sekolahnya ada yang bersedia untuk disetubuhi untuk pertama kalinya oleh anakku. Kemudian setelah saya tau bahwa dia pernah bersetubuh dengan teman wanitanya, barulah aku akan menjadi pengalaman terbaiknya.<br />
<br />
Itulah yang kupikirkan sesaat samapai akhirnya anak ku turun kebawah dengan mengenakan kaos dan celana yang agak basah berkeringat, kepalanya tertunduk kebawah dan matanya menatap lantai dengan perasaan yang sangat bersalah, dengan perasaan bercampur malu yang terlukis di wajahnya yang tampan dan manis. Perlahan-lahan dia duduk di kursi yang berada di seberang meja, duduk meghadap kearahku tapi dengan pandangan yang tidak berani memandang kearah mataku, melainkan menatap kearah sekelilingnya dan berharap bisa duduk di tempat lain daripada duduk di kursi itu.<br />
<br />
“ Apakah kamu mau membicarakannya?” Aku bertanya kepada dirinya dengan menatap tajam dari seberang meja, walaupun sebenarnya adrenalin gairah birahiku sudah bedenyut berpacu dengan nafsu, dan aku mulai merasakan licin di bagian selangkangan dengan basahnya vaginaku yang perlahan lahan mulai terangsang dan mengeluarkan cairan bening kewanitaanku di diantara sela2 pahaku yang sedang tersilang rapat dan sangat erat, aku mencoba bersuara dengan sangat lembut dan natural tentang semua hal yang baru saja terjadi.<br />
“ Bbbbiiiicara…mengenai apa Maamm.., aku tttiiiidak tauu”, akhirnya dia membalas pertanyaanku dengan suara yang terdengar sangat lemah lembut.<br />
<br />
“Gpp … sayaaang, Mama tidak akan berpikir buruk jika kamu mau membicarakannya”. Aku berbicara dengan tenang, agar membuat dia merasa sedikit lebih nyaman dan mudah untuk mengerti tetang situasi yang ada pada kami sekarang, dan memudahkan dia untuk membicarakannya.<br />
<br />
“ Janji ya Mam..!!” Kata anak ku sambil melirik kearah mata ku sesaat, dan kembali menatap kearah meja.Aku menganggukan kepala dan melempar senyum kepadanya sambil berkata,” Ya, mama berjanji.” Jawabku dengan nada yang halus.<br />
<br />
“Oke”, kata dia kepadaku sambil sedikit menganggukan kepalanya. Menurutku dia tetap tidak yakin untuk mengatakannya atau mungkin bingung bagaimana harus memulai pembicaraan.<br />
<br />
“ Yang kamu tau, sudah sejak kapan kamu mengeluarkan itu kamu?” Aku bertanya terlebih dahulu untuk membuka pembicaraan dan memudahkan dia Anak ku untuk mengatakan yang sejujurnya, tapi pertanyaanku ini bukan dengan maksud untuk tau sudah berapa kali dia menyemprotkan mani/spermanya atau berapa kali dia onani/ masturbasi, atau sejak kapan dia bermasturbasi dengan cara menghayalkan diriku. Seperti anda baca sekarang, bahwa saya sudah mulai terbawa dengan halus kedalam sebuah godaan yang bejat.<br />
<br />
“Aku gak tau Mam, kira-kira…Mmm…baru-baru ini aja koq..” Dia menjawab pertanyaan ku dengan menunduk menatap meja, gelisah dan sedikit tidak nyaman.<br />
<br />
Sekali lagi aku menganggukan kepalaku menandakan aku mengerti atas jawabannya, dan aku mulai mengajukan lagi beberapa pertanyaan lagi dengan sangat hati-hati. “ Mmm..Setelah kamu…., kamu tau kan itu…,setelah kamu memuaskan dirimu dengan seperti itu, apakah kamu merasa lebih baik?”, aku bertanya sambil merasakan sesuatu yang terus menerus mulai membasahi diantara kedua belah pahaku.<br />
<br />
“Kadang”, dia menjawab pertanyaanku. “ Kadang, aku juga merasa kurang puas, Mam.” Dia langsung menyambung jawabannya nada suara yang pelan.<br />
<br />
Saya memberikan senyuman lembut kepadanya. Ya Tuhan, saya tau gimana rasanya itu, berarti faktanya adalah kita sama-sama merasakan hal yang sama dalam hal tersebut, aku berkata di dalam hati. “ Itu artinya kamu mulai bertumbuh menjadi Pria dewasa, sayang…, dan apa yang kamu lakukan itu merupakan suatu bagian dari proses pendewasaan kamu. Mmm… seperti yang kamu juga tau, Mama juga masih melakukan itu koq, kamu tau kannn…,bermain dengan diri Mama sendiri. Jadi Mama sangat mengerti tentang apa yang kamu lakukan.” Aku mengatakannnya dengan memberikan senyuman yang agak sedikit nakal dan menggoda.<br />
<br />
Penampilan anak laki ku pada saat itu memperlihatkan rasa bersalahnya, dia seperti lebih merasa bersalah pada saat aku memberi tau mengenai proses pendewasaan daripada tampilannya ketika aku melihat kelakuannya tadi di kamar mandi. Maka aku mempunyai ide untuk bercerita, tentang hal diantara kami yang mempunyai kaitan khusus, dan aku memutuskan untuk membeberkannya di depan anak ku. “ Mama tau sayang…, kamu melihat Mama kan beberapa Malam yang lalu…Mama tau, kamu melihat dan menonton mama sedang bermasturbasi, dan Gpp juga Koq, It’s ok Sayang. Tidak ada yang salah dengan perlakuan kamu waktu itu.” Aku mengatakannya dengan lembut tapi agak mengagetkan dirinya, seperti yang aku bayangkan sebelumnya.<br />
<br />
Mata anak ku terbuka lebar saat aku mengatakan hal itu, dia telihat sangat takut dan tertegun seakan akan tidak percaya dengan apa yang telah aku katakan. “ Mm..mama, melihatku, Jadi Mama tau…?” Pernyataan yang keluar dari mulut anak ku seakan akan melayang di udara diatara kami. Pertamanya, mukanya terlihat sangat pucat pasi, tetapi lama kelamaan berubah menjadi kemerah-merahan menahan malu. Aku menganggukan kepala dan kembali tersenyum kepadanya sambil menatap dia di seberang meja. “ Yup, Mama melihat kamu pada malam itu dan mama juga lihat apa yang sedang kamu lakukan saat itu, tapi jangan khawatir, mama suka koq.” Aku katakan hal itu kepada anak ku, dan akupun mulai merasakan rasa panas gairah libidokupun mulai terbangun dalam diriku, sepertinya Vagina ku ini sudah mulai berteriak teriak untuk di masuki dengan penuh, dan siap untuk disetubuhi.<br />
<br />
“ Jadi Mama, tau semua?” dia bertanya kembali, sambil menyondongkan badannya kedepan lebih mendekat, dan aku dapat melihat ke dalam dirinya bahwa hal yang tadi dia takutkan menjadi suatu hal yang sangat menarik bagi dia, dan matanya mulai terlihat sama seperti ketika dia melihat diriku sedang menyetubuhi diriku sendiri yang terbuai dalam buaian kepuasan klimax pada malam itu.<br />
<br />
“Yup, Mama melihat dan tau semuanya, dan itu menjadikan mama merasa lebih nyaman, karena melihat mu terlihat sangat enjoy waktu kamu menonton mama.” Aku menjawabnya dengan sangat jujur, meskipun kata – kata itupun terdengar agak bermasalah di kupingku, dan suara hati ku pun menyeringai hal yang sama. “ Sudah lama sekali Mama pengen itu, bahkan Mama sangat enjoy ketika Pemuda Ganteng seperti kamu melihat Mama sedang dalam keadaan begitu.” Secara tidak langsung aku membuat pengakuan kepada anak ku, bahwa aku juga membutuhkan SEKS, aku mengatakan hal tersebut secara tersirat sambil menyapu bibir ku dengan lidah dan juga menyelipkan senyum simpul dari bibirku. Dan keadaan menjadi sangat sunyi, kami terdiam sesaat dan keadaan menjadi sangat hening, karena perkataan ku yang baru saja aku katakan. “ Apakah kamu mau melihat yang lebih lagi dari yang kamu lihat pada waktu malam itu, sayang?” Aku bertanya lagi kepada anak ku, dengan suara yang halus sedikit pelan tetapi perkataan ku itu seperti memecah keheningan.<br />
<br />
Wajah anak ku terlihat seperti dipenuhi dengan kebingungan, akibat pertanyaan ku, dan kepalanya perlahan lahan mulai setengah mengangguk dengan pelan, dan matanya kembali menatap kearahku. “ Ya…, aku mmm..mau Mmmaam,tapi…tapi….Mama kan tau….itu adalah tindakan yang salah…., itu gak boleh kan Mam?” Dia bertanya kepadaku, dan pertanyaanya membuat aku berhenti dan berpikir untuk sesaat, apa lagi yang harus ku jelaskan kepadanya. Apakah ada yang salah dengan semua ini? Apakah dia merasa seperti di diremehkan? Mengapa dia mengatakan itu? Tidak, aku hanya ingin memberikan kepadanya sesuatu yang special dari diriku, dimana agar dia tau bahwa kasih sayang ibunya hanya untuknya seorang.<br />
<br />
“Tidak, sayang…gak ada yang salah dengan semua ini, apa yang akan kita lakukan bersama ini adalah sangat special, sebuah kasih sayang, dan hanya antara kita saja, kamu ngerti maksud Mama kan?” Aku bertanya untuk mengetahui apakah dia mengerti maksudku untuk masuk kedalam sebuah sumpah yang sangat rahasia, dan terjun ke dalam jalan yang merupakan bagian dari cinta dan persetubuhan sedarah, tapi pada saat itu aku tau bahwa aku memilih pilihan yang tepat.<br />
<br />
Untuk sementara aku melihat dia sedang berpikir untuk melalui hal yang baru saja ku tawarkan kepadanya, seperti yang sudah pernah dia lakukan sebelumnya, lalu dia menganggukan kepalanya sekali lagi, dan berkata,” Ya, aku mengerti Mam”. Anak ku menjawab pelan, dengan sedikit malu dan kekhawatiran yang mulai terlihat jelas di wajahnya, dan sebuah senyum mulai terlihat dari bibirnya dimana tatapan matanya melihat kearahku dengan tatapan yang tidak meyatakan suatu syarat apapun dan penuh kasih sayang.<br />
<br />
Pada saat itu juga aku langsung berdiri dari bangku, dan melepaskan ikatan kimonoku yang mebuat kimoku tertutup rapat. Sambil membuka dengan perlahan, aku melihat setiap gerak gerik anak ku, setiap emosi yang terlukis di wajahnya, perlahan aku buka ikatan kimonoku untuk memperlihatkan tubuh telanjangku yang berada di balik kimono, aku dapat melihat dia menatap secara langsung kearah payudaraku yang besar dengan putting susuku yang mulai mengeras, dan tatapannya terus mengarah dari atas ke bawah kearah Vaginaku yang tercukur sangat rapih dan mulai berkilau terbasahi oleh cairan kewanitaan yang memang sudah mengalir sejak tadi. “ Kamu suka sayang, dengan keadaan Mama yang telanjang seperti ini di depan kamu?” Aku bertanya dengan sedikit agak berbisik keras kepadanya.<br />
<br />
Perlahan dia menganggukan kepalanya, dan aku tetap mengawasi gerak geriknya yang sedang menatap tajam kesetiap inci kearah tubuhku bagian demi bagian.” Ya, Mam aku suka…”. Dia bergumam di dalam kebingungan dari pemandangan yang sedang dia lihat sekarang.<br />
<br />
Aku bergerak mengelilingi meja sampai pada akhirnya aku berdiri tepat di depan anak ku, dan aku dapat melihat bahwa ia mencoba untuk menyembunyikan keadaan celananya yang sudah mulai sesak dan menonjol dari ketelanjanganku, yang terlihat jelas dari keadaan celana yang dia pakai. Aku sudah tidak bisa menahan diriku pada saat, aku melangkah lebih dekat kepadanya dan agak membukukan badan, lalu aku mengangkat dagunya dengan salah satu tanganku. Ya Tuhan, dia melihatku dengan penuh kasih sayang, dengan sepasang matanya yang berwarna coklat, aku merasakan dirinya gemetar sewaktu kuangkat dagunya dan terlukis pada wajahnya suatu keterangsangan tersembunyi, dan sedikit bingung dengan apa yang akan kulakukan terhadap dirinya.”Ooohh..Sayang, apakah Mama membuat Penismu jadi tegang?” aku bertanya kepadanya dengan suara agak berbisik dan terdengar agak serak.<br />
<br />
Dia mengangguk dengan sangat kaku dan menatap kearah wajahku, sebelum dia mengatakan,” i..i..iiya Mmma..am..” suaranya terdengar pelan dan gemetar, sampai dengan saat ini dia masih mengingat sopan santun terhadap diriku sebagai Ibu Kandungnya.<br />
<br />
Aku mulai berlutut di depannya, dan aku bisa merasakan air liurku sudah mulai mengalir membasahi bibirku, jantungku berdegup dengan kencang dan aku merasakan gemuruh pada telingaku saat aku menyandarkannya di wajah anak ku yang kekanak-kanakan dan menurut ku dia tetap menjadi bayiku selamanya. Aku sandarkan kepalaku pada wajahnya sambil berbisik,” Santai aja ya sayang, Mama akan buat kamu merasa menjadi lebih nyaman.” Aku berbisik kepadanya dengan jarak hanya beberapa inci antara bibirku dengan bibirnya.<br />
<br />
Aku tidak memberikan dia kesempatan kepadanya untuk menjawab apapun, aku langsung mencium bibirnya, dan itu bukan merupakan suatu ciuman seoarang Ibu, dan juga ciuman seorang anak. Itu adalah suatu ciuman bercinta. Aku julurkan lidahku dari mulut dan melesatkannya kedalam mulutnya, perlahan aku putar lidahku mengelilingi di setiap inci mulutnya, lidahku bagaikan berdansa di dalam mulutnya dengan godaan-godaan yang menggiurkan dan menjilat lidahnya. Oh Tuhan, mulutnya terasa sangat enak lidahnya begitu lembut menerima sapuan-sapuan liar dari lidahku, dan ciuman liarku itu membuatku merasa tidak bisa menahan libido ku yang semakin terbakar gairah telarang, aku merasakan rangsangan yang teramat sangat, klitorisku sudah mulai berdenyut-denyut dan vaginaku sudah sangat basah, dan aku sudah mulai tersakiti oleh siksaan-siksaan rangsangan birahi dari anak kandung ku sendiri. Puting susuku semakin mengeras, dan sudah sangat siap untuk di gunakan, yang mungkin akan dipergunakan dengan dihisap – hisap oleh anakku. Dalam kesempatan ini, selagi aku mengulum lidahnya dan menjilat lidahnya, aku turunkan tanganku dan bergerak masuk ke dalam kaos anakku lalu aku mulai membuka kaos yang dia pakai.<br />
<br />
Anak ku merespon dengan baik, setiap bahasa tubuh yang aku berikan kepadanya, aku menginstruksikan dengan penuh ketenangan, aku sentuh tangannya dengan perlahan dan membimbing lengannya untuk meraba payudaraku, dengan respon yang baik dia mulai meraba belahan dadaku dan juga jarinya mulai menyentuh putting susuku. Aku kembali merasakan sentuhan tangan laki laki pada kulit ku, payudaraku yang terlihat secara nyata, dan dia mulai menelusuri kehalusan dari kulit payudarakuku setiap incinya dengan menggunakan jari-jarinya.<br />
<br />
Setelah aku berhasil melepas bajunya aku mulai menciumi sepanjang leher dan tulang kerah dekat pangkal lehernya. Sambil aku mendengarkan nafasnya yang terengah – engah dan sangat cepat karena rangsangan birahi yang memang belum pernah dia rasakan, dan perlahan aku mulai mencoba untuk menyentuh bagaian sensitive pada tubuh anaku, yang membuat bibirnya semakin gemetar disambung dengan kibasan lidahku di bibir anak ku. Bahkan aku semakin berlutut dan mulai mencium, menjilat dan mengendus dada Anak ku yang bidang , dan sesekali aku menjilat putingnya dan kadang menghisap dengan gigit-gigitan kecil. Dimana tanganku terus bergerak meraba tubuhnya, membuat dirinya mabuk kepayang karena rabaan tanganku, dan akhirnya sampailah tanganku di bawah, dan perlahan lahan aku masukan tangan ku ke dalam celananya dan aku mulai merasakan denyutan penis anak ku, kuraih penis anak ku yang sudah mengeras itu, “ Ya Tuhan, Sayang…Penis kamu besar sekali “, aku mengatakan di depan muka anak ku, dan wajahnya pun memerah sangat malu, perlahan aku mulai menggenggam dan mulai mengocok penisnya dengan pelan di dalam celananya, sambil ku genggam penisnya aku perhatikan ekspresinya dan kukatakan, “ Ini biar Mama yang urus, kamu duduk saja dengan tenang ya sayang, nikmatin aja!!” Aku katakan hal tersebut pada anak ku sambil mengedipkan salah satu mataku, dengan pandangan yang penuh dengan gairah dan keinginan untuk mencapai suatu persetubuhan sedarah yang sangat nikmat.<br />
<br />
“iii..yaaaa Mam, silahkan..”,dengan tergagap-gagap dia menjawab pertanyaanku, aku melihat reaksinya menggigit bibirnya dan pinggulnya agak sedikit mengangkat menahan kenikmatan kocokan tanganku yang teratur naik dan turun sangat perlahan pada batang penisnya yang semakin mengeras dan mulai mengeluarkan cairan bening dari ujung penisnya, yang membuat penisnya terasa semakin runcing dan mengkilat dalam genggaman jar-jari ku.<br />
<br />
Aku genggam karet celana yang sudah mulia basah oleh keringat dan masih terlingkar di pinggangnya, dan anak ku mengangkat pinggulnya dari bangku yang dia duduki sekarang, lalu kuturunkan celananya sampai pada pergelangan kaki. Maka terlihatlah secara langsung di depan mataku, pemandangan indah sebatang penis yang besar dan keras serta urat – urat pada penis yang terlihat semakin dan tambah berdenyut. Kepala penisnya yang besar dan kemerahan mulai meneteskan cairan bening pelumas yang semakin melicinkan kocokanku sambil aku tetap memperhatikan dengan sekilas kedalam mata anakku, aku langsung mendaratkan ujung lidahku untuk menjilat penisnya mulai dari buah zakarnya, bantangnya, sampai kepada ujung kepala penisnya agar aku dapat merasakan cairan bening yang terasa agak asin berbau sangat khas dan sedikit kental yang keluar sedikit sedikit dari kepala penisnya. Lalu aku mulai menjilat lagi dengan ujung lidahku kearah buah zakarnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku jilat satu demi satu buah zakarnya, aku hisap satu persatu dengan jilatan-jilatan nakal yang mengeliling buah zakarnya, dan akhirnya aku lahap kedua buah zakarnya dengan mulutku yang memang sudah sangat lapar akan hasrat untuk bercinta, aku hisap kedua zakarnya sekuat dan seliar yang aku bisa.<br />
<br />
Aku menyadari bahwa aku sudah melewati ambang batas, batas moral antara Ibu dan Anak, dan aku tidak mungkin kembali atau menghentikan kejadian yang sedang terjadi sekarang, nasi sudah menjadi bubur, kami sudah terbawa dan terperosok ke dalam hasrat birahi sedarah antara Ibu dan anak, dan aku juga tidak peduli apapun, yang pasti hasrat birahi yang sudah terangsang ini harus terpuaskan. Aku sangat menginginkan anaku dalam setiap keadaan, bagaikan seorang wanita yang menginginkan seorang pria yang jauh lebih muda dan lebih bertenaga dari padanya, tapi yang ada adalah sebuah keserakahan dari hasrat nafsu bersetubuh yang sangat menggebu gebu dalam diriku. Aku mau memuaskan anaku dan juga menyayanginya. Bukan hanya sebagai seorang Ibu, tapi aku juga mau dicintainya bagaikan seorang pacar atau Istri. Jadi bukan sebuah kejutan lagi untuk ku, waktu aku bersedia memasukan salah satu buah zakarnya kedalam mulutku dan menjilat batang penisnya yang panjang dan keras sampai dengan menjilati kepala Penis anak ku yang kemerahan, dan dengan perlahan mengocok penisnya sedalam mungkin kedalam kerongkongan melalui mulutku dengan jilatan jilatan halus pada kepala penisnya yang ada di dalam mulutku sehingga sapuan lidahku yang hangat dapat dengan bebas menjilati saluran kencing di ujung penisnya, yang pada akhirnya aku menghisap kepala penisnya dengan sekuat tenaga ku, dengan erangan-erangan yang membuat anakku makin terangsang dan juga menyodokan penisnya dalam-dalam sampai terasa tenggorokanku seperti tersodok-sodok.<br />
<br />
“Oohh…Maam..iisssep…yang…kuu…”, aku mulai mendengar suara yang terucap dari mulut anak ku, mesikipun dia tidak menyelesaikan kata-katanya itu, mungkin dia agak segan kepadaku untuk menyapaikan maksudnya itu, tapi aku dapat mengerti dari bahasa tubunya, yang menegang kuat dan bergoyang seirama dengan kocokan mulutku kepada batang penisnya, aku sangat mengerti bahwa dia sedang menikmati nikmatnya sensasi menyodokan penisnya dengan kasar yang keras dan besar itu kedalam mulut sampai mentok ketenggorakan ibu kandungnya sendiri, yang mungkin tidak pernah dia rasakan sebelumnya atau mungkin anak lainpun tidak seberuntung dia.<br />
<br />
Aku mengizinkan anak ku untuk menekan dengan keras sewaktu penisnya berada di dalam kerongonganku, sehingga aku terasa ingin muntah dan langsung melepaskannya ketika aku hisap penisnya dengan kuat, sehingga menimbulkan bunyi, “..plop..”, ketika dia menarik penisnya keluar dari mulutku dan kami ulangi hal tersebut bekali kali, sehingga air liurku keluar sangat banyak dan bececeran di penis dan di lantai, sampai air liurku membentuk seperti seutas benang yang terhubung antara penisnya dengan bibirku. Kadang aku merasa sakit di tenggorakanku ketika dia menghentakan penisnya yang besar, sehingga membuatku ingin memuntahkan seluruh isi perutku, tapi aku menyukai kekasaran itu, karena memang sensasinya sangat berbeda, antara menghisap penis anak kandung dengan menghisap penis pria lain. Terdengar ocehan yang keluar darimulutnya tapi tidak terselesaikan, “ Gpp sayang, kamu bisa berbicara apa saja kepada Mama, keluarkan semua kata2 kotormu yang ada di dalam pikiranmu, aku akan sangat menyukainya.”, aku katakan hal ini sebelum aku memulai untuk sekali lagi melahap seluruh penisnya dengan kedalam mulutku, sekali lagi kepalaku terayun ayun keatas dan kebawah seirama semangat nafsu birahi anak ku yang sedang terbakar hebat dengan tusukan dan hentakan penisnya ke dalam mulutku, suara dari hisapan mulutku pada penisnya bergema sangat indah di kedua kuping kami, tapi aku sangat sulit untuk menceritakan suara terengah – engah dan erangan dari anak ku, karena aku yakin kalian pasti sudah bisa membayangkanya.<br />
<br />
“Oohh…Fuck…itu rasanya enak banget Mam.” Akhirnya keluar juga kata2 seperti itu dari dalam mulutnya, sambil mengerang dan terengah – engah, dan makin membuatku menggila dan semakin liar, dan aku bisa merasakan pinggulnya naik dan turun seiring dengan naik turunnya kepalaku dan hisapan demi hisapan yang aku lakukan, perlahan lahan aku mencoba untuk menurunkan tempo hisapan ku agar dia bisa dengan leluasa melakukan sodokan-sodokan satu demi satu secara perlahan ke dalam mulutku yang aku biarkan terbuka.<br />
<br />
Penis anak ku adalah penis terbaik yang pernah aku rasakan di dalam hidupku, lembut tapi terasa sangat tebal di lidah, dengan aroma wewangian anak anak yang beranjak puber, bagaikan rusa betina yang mencari aroma sang jantan, tercium aroma kejantanannya yang merasuk menyengat ke dalam hidungku dengan aroma yang sangat memabukan. Aku biarkan satu tanganku untuk menolong memberikan kocokan dan hisapan keibuan pada penis anakku, kuhisap kepala penisnya bersamaan dengan kocokan tanganku pada batangnya, mengocok batang penisnya naik turun secara teratur dan perlahan dengan tempo yang sama dengan hisapan mulutku pada kepala penisnya yang sudah basah berlumur oleh ludahku, dimana tanganku yang satu lagi mulai menggapai bagian tubuhku yang lain yang berada diantara kedua belah pahaku dan mulai meraba ,mengaduk Vaginaku dan menggosok klitoris ku yang sudah merengek rengek untuk sesuatu yang lebih dasyat, klitorisku bagaikan suatu tombol yang sangat sensitif dari semua bagian tubuhku. Sambil mulutku mengulum penis anak ku, aku dapat mendengar serangan-erangan yang keluar dari mulutku sendiri diatara besarnya sumpalan kepala penis anak ku, akibat gesekan-gesekan klitoris yang aku lakukan sendiri, hisapan yang kulakukan pada penis anak ku kadang terputus oleh erangan dan desahan yang keluar dari mulutku itu, walaupun begitu suara2 tersebut bergema di telinga anakku dan membuatnya semakin terangsang dengan debaran jantung didadanya yang bidang itu.<br />
<br />
Sudah lebih dari sepuluh menit aku berlutut dan bergumul dengan Penis anak ku sendiri, menghisap penis anak lakiku tersayang, dan akhirnya aku mulai memutuskan bahwa diriku ingin yang lebih dari sekedar mengihisap dan menghisap, aku pikir aku tidak perlu mengkoreksi tindakan yang telah kami lakukan sepanjang waktu ini, pokoknya aku ingin lebih dari ini. Perlahan dan semakin pelan tempo hisapan ku terhadap penisnya, dan aku berhenti menhisap penisnya dan menarik mulutku dari kepala penisnnya. “ Apakah kamu mau menyetubuhi Mama-mu, Sayang?Apakah kamu mau memasukan penismu yang keras dan besar ini kedalam Vagina Mama yang sudah Basah?” Aku menayakan dengan suara yang agak serak, dan pelan kepada anak ku, dengan keadaan tanganku yang tetap mengocok pelan batang penis anak ku yang masih dibasahi oleh air liur ku, sambil menatap matanya dimana mataku sudah terbakar oleh hasrat gairah nafsu yang sudah lama aku bendung dan sudah lama sekali aku tidak merasakannya.<br />
<br />
Dia menganggukan kepalanya dengan cepat untuk merespon pertanyaanku, dan dia mengatakan dengan lembut kepadaku, “ Iya Mam, aku mau menyetubuhi Mama dengan sangat hebat.” Oh Tuhan, mendengar perkataannya seperti itu darahku seperti mendidih dan membuat lutuku gemetar, serta wajahnya yang menimbulkan kesan keperkasaan membuatku hampir orgasme pada saat itu juga, tapi dapat kutahan sehingga cairan bening vaginaku semakin membasahi selakanganku.<br />
<br />
Akhirnya aku membuka semua kimonoku yang masih tergantung di bahuku dan melemparkannya ke lantai, dan aku bergerak untuk berdiri tepat di sebelah meja. Aku rasakan udara yang dingin membelai kulitku sering dengan posisi badanku yang kurebahkan diatas meja, payudaraku terasa dingin ketika bersentuhan dengan meja, kubuka selebar lebarnya kaki ku sehingga bisa terlihat dengan jelas dari belakang lubang anus dan lubang vaginaku, dan aku dapat merasakan kebasahan dari vaginaku yang cairannya mulai mengalir dari bibir vagina ke selangkangan sampai pahaku bagian dalam. “ Ayo sayang, setubuhi aku, masukan penismu ke lubang Mama!!” Aku merengek kepada anak ku dengan rintihan – rintihan genit sambil sedikit menunggingkan pantat ku yang bulat dan montok ke udara agar vaginaku semakin merekah, dan aku siap menunggu hujaman penis anak ku, aku tidak perlu memohon atau mengemis kepada anak ku agar dia datang dan memasukan penisnya kedalam liang kenikmatan Ibu kandungnya yang sudah sedari tadi basah.<br />
<br />
Aku menoleh kebelakang dan melihat anak ku bangkit berdiri dari kursinya dan terlihat jelas penis besarnya ter ayun – ayun karena pergerakan tubuh anak ku. Lalu aku bisa merasakan anak laki ku berada di belakang tubuhku dan mulai meraih kedua buah pantatku dengan kedua tangannya dan mulai membuka kondisi vaginaku yang memang sudah terbuka lebar dan jadinya semakin lebar untuk mengetahui liang kenikmatan itu, dengan erat dia mencengkram kedua bongkahan pantatku, dan aku meraih penisnya yang berada diatara selangkangan ku yang sudah sangat becek dan basah untuk menuntun penisnya memasuki Liang vagina ku yang sudah meneteskan cairan cairan bening.<br />
<br />
Dengan keadaan bokongku yang sudah terbuka lebar, akhirnya aku bisa merasakan secara langsung ujung dari kepala Penis anak ku sudah menyentuh bibir Vagina ku dan perlahan kepala Penisnya yang besar mulai memasuki liang Vagina ku, aku mulai melakukan dorongan kebelakang sebagaimana juga dia anak ku melakukan dorongan kedepan, akhirnya penisnya membelesak menerobos masuk kedalam Liang Vaginaku dan mengisi penuh setiap ruang yang ada di dalam vagina ku, meskipun aku masih bisa merasakan beberapa inci batangnya yang belum masuk semua ke dalam Vagina ku. Dengan sekali sentakan kebelakang yang aku lakukan maka masuklah semua penisnya kedalam Vaginaku, penis ayahnya pun tidak sebesar yang dia miliki, dan rintihan kenikmatan mulai keluar dari mulutku sebagaimana anak ku juga memulai dengan perlahan untuk menggoyangakan pinggulnya untuk menyetubuhi diriku dengan lembut, dan aku juga membalas dorongannya dengan dorongan, agar memberikan rasa nikmat kepadanya, sebagaimana yang dilakukan semua pasangan secara manusiawi.<br />
<br />
“Oh…shit sayang, Mama merasa sangat nyaman dengan penismu berada di dalam Mama”, aku katakana itu dengan rintihian kenikmatan yang kau rasakan ketika Pantat ku bersentuhan dengan selakangannya yang memposisikan penisnya sedang dalam keadaan penuh di dalam Vagina ku, “ Ayo sayang, berikan Mama hentakan yang lebih keras lagi.” Hampir saja aku mengemis kepadanya. Oh Tuhan, aku hanya ingin suatu persetubuhan yang sangat memuaskan, yang pastinya keinginan itu tidak bisa aku tahan.<br />
<br />
Aku merasa berada dalam suatu kebahagiaan yang sulit untuk dilukiskan, saat Anak ku menggenggam erat pinggulku dengan kedua tangannya dan memulai untuk menghantamkan batang kenikmatan besarnya yang indah itu kedalam liang kenikmatan ku yang sudah sangat basah dan meneteskan cairan-cairan kewanitaan. Aku bisa mendengarkan suara-suara halus dari tabrakan antara selangkangan Anak ku dengan bokong ku, ditambah lagi dengan suara gemericik yang mengairahkan dari vagina ku yang basah, dan suara dari lenguhan anak ku yang keluar dari mulutnya ketika dia melakukan hujaman ke vaginaku dengan Monster penisnya. Dengan gaya semi doggy ini, dengan meja sebagai tumpuan ku, maka aku bisa merasakan sensasi dari tepukan demi tepukan buah zakar anak ku yang berbulu halus di bagian klitorisku dan membuat ku seperti lupa ingatan sesaat terbang ke nirwana. Kenikmatan yang kurasakan ini membuatku mulai mengeluarkan suara rintihan – rintihan keras, dan lupa diri bahwa aku adalah ibu kandung dari anaku, aku seperti menuju kepada suatu tempat yang sangat liar sebagaimana aku pergi kepada suatu bintang yang terlihat sangat jauh dari mataku, dan suatu gairah mulai terbakar dalam naluriku yang sedikit demi sedikit mulai terbangun untuk suatu tujuan yaitu kenikmatan dari suatu kepuasan orgasme yang dimainkan secara keras.<br />
<br />
Sudah setengah jam kami bergumul, dia masih tetap menyetubuhi ku dengan posisi yang sama, membungkuk dengan meja sebagai penopangku, sementara aku berusaha dengan sekuat tenaga yang tersisa menahan klimaks yang sudah mulai merongrong ku menuju orgasme, aku berusaha menahan itu untuk memperpanjang situasi persetubuhan sedarah ini sampai dengan saat-saat aku tidak bisa menahannya lagi. Aku bertahan dengan mengencangkan otot otot vaginaku agar aku tidak orgasme pada saat itu, karena aku mau suatu persetubuhan yang sangat panjang, hal ini malah membuat anakku tambah liar dengan sodokan nya, karena sodokannya yang sangat liar aku bisa merasakan vaginaku seperti sebuah bendungan yang sudah mulai banjir dan siap meluapkan semua cairan kenikmatan seorang wanita, tubuhku bergetar sangat hebat bagaikan diterpa oleh gelombang yang sangat keras, belum, aku belum orgasme, aku hanya menahan orgasme ini, yang membuat aku semakin meracau liar untuk menuju puncak kenikmatan dari sebuah persetubuhan sedarah antara Ibu dan anak lakinya.<br />
<br />
“Oh Tuhan, Sayaaaang….Mama keluar, Naaak…aaakhhh…”, aku berteriak, akhirnya aku mengalami orgasme tidak lama setelah aku bertahan untuk menahan orgasme itu, aku terengah – engah merasakan oragasme ini, aku merintih keenakan sambil minggit bibir ku sendiri, saat Vagina ku mulai bergetar dengan hebatnya, berpacu dengan nikmatnya siksaan gairah persetubuhan terlarang yang memaksa ku untuk orgasme, klimaks yang sangat manis mencengkram naluriku dengan sangat kuat, dan cairan kewanitaan yang bening seperti madu keluar dari vaginaku dengan tersembur kepada penis anakku yang sedang keluar masuk di dalam Vaginaku, semakin memperlancar perjalanan batang penis anakku untuk keluar masuk Vaginaku dengan kasar dan liar, cairan lengket tetapi sangat licin yang ikut melumasi pergesekan sedarah ini, oragsme ini membuat ku mencengkram erat pinggiran meja, dan membuatku seperti terdongak keatas sambil menerima sodokan-sodakan anakku yang membuat payudaraku bergoyang dengan hebatnya.<br />
<br />
Setelah beberapa saat aku merasakan nikmatnya orgasme, anakku tetap melakukan penetrasi penetrasi keras kepada liang Vaginaku, dan aku menghentikan penetrasi tersebut, “ Sebentar sayang, kita lakukan dengan posisi yang berbeda, biarkan mama membalik Badan mama.” Anak ku mencabut penisnya dari Vaginaku, dan aku bangkit dan memutar tubuhku, lalu duduk diatas meja dan mengangkat serta melebarkan kaki ku selabar lebarnya untuknya, agar dia bisa dengan jelas melihat vaginaku sama seperti gaya pada waktu malam itu dia melihatku sedang bermasturbasi di kamarku. Dengan posisi dan gaya seperti ini, aku dapat melihat mimik wajahnya dengan sempurna, wajah anak lelaki ku yang tampan masih kekanak kanakan yang mengucurkan keringat, dan tatapan matanya yang sangat bergairah terbakar oleh nafsu seksual yang sangat tinggi.<br />
<br />
Sekali lagi aku raih Penisnya yang basah dan lengket karena cairan oragasme ku dengan genggaman tangan ku, untuk menuntunnya kembali masuk kedalam liang vaginaku yang hangat. Dengan sekali dorongan pinggulnya, penisnya masuk kembali kedalam vaginaku, dan kembali membawa perasaan kasih sayangku sebagai seorang ibu kandungnya kedalam suatu sensasi yang menakjubkan, dan sekali lagi persetubuhan sedarah itu dimulai yang mungkin merupakan wujud bahwa memang kiamat sudah dekat. Aku bisa mendengar bunyi dari meja yang aku khawatirkan patah, seiring dengan ayunan pinggul anakku yang terangkat seperti didongkrak dan meluncur menghantamkan penisnya kedalam Vaginaku. “ Ya, seperti itu sayang, setubuhi Mama sesukamu, lebih keras lagi sayang,….aaakhhh…buat mama ketagihan akan penis mu!!” Aku mengerang sambil meracau seperti pelacur, dan aku melingkarkan kedua kaki ku di pinggangnya mengunci pinggangnya dengan jepitan paha ku yang halus, aku tidak mau dia mencabut penisnya dari ku atau seperti aku tidak mau kehilangan dia. Hujaman demi hujaman penisnya yang mengantam vaginaku masuk semakin dalam dan sampai menerobos kedalam rahimku.<br />
<br />
Ya Tuhan, ternyata dia tau betul bagaimana caranya bercinta, sehingga aku tidak perlu menunggu lama untuk merasakan seluruh penisnya masuk dan meluncur di sepanjang titik rangsangku. Sementara itu aku merasakan gelombang pasang surut klimax mulai menerpa ku kembali, kali ini aku harus bisa menahanya, aku menatap wajah anakku yang ternyata mungkin tidak lama lagi akan orgasme, aku rasakan penisnya mulai berdenyut kuat di dalam vaginaku yang siap untuk menyemprotkan cairan putih pekatnya.<br />
<br />
Secepatnya aku tegakan badanku dan aku peluk Anakku sedekat dan serat mungkin dengan melingkarkan tanganku dilehernya dan kakiku melingkar erat di pinggangnya, seiring dia tetap melakukan penetrasi penetrasi liarnya terhadap diriku kedalam vaginaku tanpa mengenal rasa ampun. “Aaaaakkkhhhhh….Mmmmmpphhhh…..Ya Tuhan, Mama Keluar lagi sayang…ssshhhhh Ooohhh…!!!”, aku hampir berteriak di kuping anak ku seiring dengan orgasme ku untuk yang kedua kalinya, kali itu aku sungguh-sungguh kehilangan kontrol dan terlihat sangat liar, aku meng-eratkan lingkaran lengan dan pahaku pada tubuh anak ku sampai pantatku sedikit terangkat dari meja, yang semakin memudahkan hujaman-hujaman penisnya menerobos masuk sampai ke rahimku.<br />
<br />
“ Ah Sial, aku juga mau keluar Mam”, belum selesai aku oragasme tiba-tiba anakku melenguh dan berkata seperti itu, sambil mencengkram bahuku, tetapi dia tidak mengeluarkan penisnya dari dalam vaginaku, dia terus menyodok vaginaku lebih dalam dan semakin dalam.<br />
<br />
“ Keluarin sayang, keluarin aja jangan ditahan, keluarin aja di dalam !!” Aku instruksikan hal tersebut kepada anakku, yang memang situasi itu sudah tidak mungkin lagi untuk ditahan atau ditunda. “ semprotkan semua sperma mu kedalam Vagina Mama, Sayang!!!” Aku menyerukan kalimat itu kepada anak ku seiring dengan oragasme keduaku yang masih berlangsung panjang, yang membuatku lupa untuk berteriak puas karenanya, dan cairan kewanitaan ku mulai membanjiri dan menyembur bersamaan dengan kepuasan klimaks yang sedang dialami oleh anakku.<br />
<br />
Aku bisa merasakan dua sampai tiga kali sodokan keras dan dalam sampai terasa ke dalam rahimku, waktu anak ku mengalami orgasme. Saat sodokan itu juga aku merasakan penis anakku mengembang besar di dalam Vaginaku lalu aku merasakan sesuatu yang hangat yang ternyata dia mulai menyeprotkan cairan kejantanannya yang kental dan pekat secara bertubi – tubi kedalam rahim ku, rahim dimana dia dulu dibuat, dan rahim dimana dulu dia tinggal selama 9 bulan dikandunganku, dan sekarang dia telah menumpahkan semua benihnya kepada indung telurku, dia telah membuahi ibunya sendiri, dan aku pasrah menerima benihnya untuk jatuh dan membuahi indung telurku. Pompaan demi pompaan penisnya mengeluarkan sperma pekat, dan sekarang sperma itu telah bergabung dan tercampur dengan cairan kewanitaanku, dan terikat menjadi satu oleh karena persetubuhan sedarah yang kami lakukan.<br />
<br />
Setelah kami mencapai klimaks dari suatu orgasme secara bersamaan, aku langsung membaringakan tubuhku diatas meja dengan kakiku yang tergantung ke bawah, payudaraku terlihat dengan jelas dan tubuhku seperti mengkilat terbasahi oleh keringat. Anak ku mencabut penisnya dari vagina ku, dan aku merasakan Cairan kami berdua keluar mengalir dari liang Vaginaku menyusuri pahaku bagian dalam sampai kebetis dan akhirnya jatuh menetes ke lantai. Cairan putih sperma yang tadinya sangat kental telah berubah agak encer karena telah bercampur dengan cairan kewanitaanku. Lalu anak ku membaringkan badannya diatas tubuku, dengan kepalanya yang bersandar diatara kedua payudaraku yang besar, padat dan empuk. Tenaga kami benar – benar seperti terkuras, tapi kami merasa sangat senang dan puas. Lalu dia melihat kearah wajaku dan menatapku dengan tatapan mata yang dipenuhi dengan air mata, dan aku tidak akan pernah melupakan perkataannya kepadaku pada saat itu, “ Aku sayang sama Mama”, sepanjang hidupku aku akan terus mengingat kata-kata itu. Aku mengerti, apa yang dia katakan tadi bukan hanya saja dia menyayangiku sebagai seorang ibu, tapi maknanya jauh lebih luas, sebagai istri, teman, pacar dan segalanya. Yang pastinya menjadi seseorang yang terindah di dalam hidupnya. Begitu pula sebaliknya dengan diriku kepadanya.<br />
<br />
“Mama juga sayang kamu”, aku membalas perkataannya dengan naluri keibuan yang pasti berbeda dengan wanita yang lain, kutarik tubuhnya sedikit keatas lebih dekat ke wajahku. Sepertinya kasih sayang kami berdua lebih dari kasih sayang antara ibu dan anak, seiring dengan penisnya yang berangsur-angsur mengecil dan buah zakarnya merapat pada vagina ku.<br />
<br />
Atas kejadian itu, aku baru menyadari bahwa kami sempat kehilangan suatu kasih sayang yang tersembunyi, suatu hasrat yang terpendam selama ini, dan akhirnya kami bisa menemukan inti dari kasih sayang itu. Tetapi keadaan aslinya dari dunia ini jauh berbeda dengan keadaan kami sekarang, dibatasi oleh Moral, semua berjalan dengan tidak adil dan kejam tentang hubungan kami.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-26821961197193381862014-06-17T23:56:00.002-07:002014-06-17T23:56:23.079-07:00Memperkosa Calon Penggantin<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Statusku yang bebas (mahasiswa perantau) membuatku tidak terbatas dalam berbagai aktifitas, walau seringkali diantaranya bermuatan negatif. Pengalaman ini terjadi pada tahun 1999 di bulan November, dimana kota Surabaya sedang diguyur hujan. Merupakan pemandangan langka kalau Surabaya dicurahi hujan, karena lebih sering kota ini berada dalam kondisi kering. Kesempatan itu kumanfaatkan untuk berkeliling mengitari Surabaya karena suhunya agak bersahabat.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Aku berkeliling dengan menggunakan angkutan umum, ke tempat-tempat favorit dan belum pernah kujalani sebelumnya. Kali ini aku bersantai di Galaxy Mall, yang banyak dikunjungi WNI keturunan. Mataku liar melirik-lirik wanita putih mulus dan trendy. Entah kenapa sejak dulu aku terobsesi dengan wanita Chinese yang menurut pandanganku adalah tipikal sempurna dalam banyak hal. Di lantai paling atas, mataku tertuju kepada seorang gadis cantik dan seksi, sedang makan sendirian, tak ada teman. Dengan teknik yang biasa kulakukan, kudekati dia. Kami berkenalan sejenak dan dia menawariku ikut makan. Aku bilang aku sudah kenyang. Dia bernama Nina **** (edited). Kami seumuran atau paling tidak dia lebih tua dua tahun dariku. Setelah ngobrol agak lama, dengan mengeluarkan jurus empuk tentunya, dia mengajakku pulang bersama, karena aku mengaku akan menunggu angkutan sampai hujan reda.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Akhirnya, aku pun setuju, dan segera berangkat bersamanya. Di dalam mobil, aku tak bisa tenang karena ketika menyetir, aku bisa melihat dadanya yang montok dan paha mulusnya bergerak gesit menguasai kemudi. Tapi dia tidak menyadari itu, karena aku tahu dia tidak akan suka. Hal itu kusadari dari pembicaraan sebelumnya. Dia kelihatannya wanita baik-baik. Tapi konsentrasiku sangat terganggu apalagi jalanan di kota Surabaya yang tidak rata membuat dada indah yang bersembunyi di balik bajunya bergoyang-goyang. Ditambah lagi harum tubuhnya yang sangat merangsang. Akhirnya timbul pikiran jahat di otakku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aku pindah ke belakang ya..” kataku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Kenapa?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Aku ngantuk, mau tiduran, nanti turunkan aku di jalan Kertajaya”, kataku berpura-pura.</div>
<div style="text-align: left;">
Saat itu sejuta rencana jahat sudah merasuki otakku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ok, tapi kamu jangan terlalu pulas ya.. nanti ngebanguninnya susah”, katanya polos.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Di kala otakku sudah kesetanan, tiba-tiba..</div>
<div style="text-align: left;">
“Jangan berisik atau pisau ini akan merobek lehermu”, ancamku seraya menempelkan pisau lipat yang biasa kubawa. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak di Medan dulu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Don.. apa-apaan nihh..?” teriaknya gugup, karena terkejut.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aku peringatkan, diam, jangan macam-macam!” bentakku sambil menekan permukaan pisau lebih kuat.</div>
<div style="text-align: left;">
Aku sudah kehilangan keseimbangan karena nafsu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Jalankan mobilnya dengan wajar, bawa ke daerah Petemon.. cepat..!”</div>
<div style="text-align: left;">
“Ehh.. iiya.. iyahh..” jawabnya dengan sangat ketakutan.</div>
<div style="text-align: left;">
Tas yang tadi diletakkan di jok belakang segera kubuka. Seluruh uang dan kartu kreditnya langsung berpindah ke kantongku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Bawa ke Pinang Inn.. cepat!” bentakku lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
Kali ini aku sudah pindah ke jok depan, dan pisau kutempelkan di pinggangnya. Sepanjang perjalanan wajahnya pucat dan sesekali memandangiku, seolah minta dikasihani.</div>
<div style="text-align: left;">
“Jangan mencoba membuat gerakan macam-macam.. atau kamu kulempar ke jalan.. mengerti?” ancamku lagi sambil berganti posisi.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Aku mengambil alih kemudi. Entahlah, saat itu aku merasa bukan diriku lagi. Mungkin iblis sedang menari-nari di otakku. Dia hanya membisu, dengan tubuh gemetar menahan rasa takut. Tiba-tiba HP-nya berbunyi, kurebut HP itu dan kuhempaskan di jalan sampai pecah.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ingat.. jangan bertindak aneh-aneh.. kalau masih ingin hidup..” pesanku sesampainya di parkiran Pinang Inn.</div>
<div style="text-align: left;">
Mobil langsung masuk garasi, dan aku menghubungi Front Officer. Kubayar, lalu kembali ke garasi.</div>
<div style="text-align: left;">
“Keluar..!”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Dengan wajar kugandeng dia masuk kamar. Kukunci dan kusuruh dia telentang di kasur yang empuk. Kunyalakan TV channel yang memutar film-film biru. Pinang Inn memang disediakan untuk bermesum ria. Dia kelihatan semakin ketakutan, ketika melihatku langsung membuka baju dan celana. Dengan hanya menggunakan CD, kurebahkan tubuhku di sampingnya dengan posisi menyamping. Pisau itu kugesek-gesek di sekitar dadanya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Agar proses ini tidak menyakitkan, kamu jangan bertingkah.. atau besok mayatmu sudah ditemukan di laut sana.. paham?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Don.. ke.. ke.. napaa.. jadi be.. gii.. ni? Apa.. salahku?” dengan ketakutan dia berusaha membuatku luluh.</div>
<div style="text-align: left;">
“Salahmu adalah.. kamu memamerkan tubuhmu di hadapan singa lapar..”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Segera, seluruh bajunya kusobek dengan pisauku yang tajam. Mulai dari bagian luar sampai dalamnya. Kini dia telanjang bulat di antara serpihan pakaian mahal yang kusayat-sayat. Dia menagis, mata sipitnya bertambah sipit karena berusaha menahan air mata yang mulai mengalir deras ditingkahi isaknya yang sesenggukan. Sejenak aku tertegun menyaksikan keindahan yang terpampang di hadapanku. Dada putih mulus yang montok, tubuh langsing, dan.. ups.. liang kemaluannya yang merah muda bersembunyi malu-malu di antara paha yang dirapatkannya. Kubuka pahanya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Jangann Don.. kumohon jangan..” pintanya memelas. Aku sudah tidak peduli.</div>
<div style="text-align: left;">
“Hei.. Nin.. bisa diam nggak? Mau mati? Hah..?” ancamku sambil menampar pipinya. Wajahnya sampai terlempar karena aku menamparnya cukup keras.</div>
<div style="text-align: left;">
“Silakan menjerit.. ini ruangan kedap suara.. ayo.. menjeritlah..”, ejekku kesenangan.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Segera kulebarkan pahanya, kuelus permukaan kemaluannya dengan lembut dan berirama. Sesekali dia menatapku. Ada juga desah aneh di bibirnya yang tipis. Aku terus mengelus kemaluan itu, sambil dua jariku yang menganggur mempermainkan puting susunya bergantian. Dia hanya bisa mendesah dan menangis. Kudekatkan wajahku ke sela paha mulusnya. Dengan perasaan, kukuak liang kemaluannya, indah sekali. Seumur hidup, baru kali ini aku melihat kemaluan wanita seindah itu. Bentuknya agak membukit mungil, ditumbuhi bulu yang halus dan lemas. Bibir kemaluannya kupegang, kemudian lidahku kujulurkan memasuki lubang yang nikmat itu. Kujilati dengan perlahan, mengitari seluruh permukaannya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Shh.. Don.. Donhh.. jangaann.. sshh..” Nina sampai terduduk.</div>
<div style="text-align: left;">
Ada sesuatu yang lucu. Dalam situasi itu sempat-sempatnya dia menggoyang pinggulnya mendesak mulutku, dan menjambak rambutku sesekali. Dalam hati aku tertawa, “Dasar wanita.. munafik.”</div>
<div style="text-align: left;">
“Ayo.. Nin.. ayo..” kataku pelan mengharap cairan itu segera keluar membasahi kemaluan indahnya. Saat itu kesadaranku perlahan hadir. Perlakuanku kubuat selembut mungkin, namun tetap tegas agar Nina tidak bertindak ceroboh.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Kali ini lidahku mengait-ngait klitorisnya beraturan namun dengan arah lidah acak. Dia makin bergetar. Goyangan pinggulnya terasa sekali.</div>
<div style="text-align: left;">
“Lho.. diperkosa kok malah enjoy.. ayo.. nangis lagi.. mana..?” olokku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Don.. jangannhh.. janganh..” balasnya malu-malu, berusaha menggeser kepalaku dari selangkangannya. Tapi setelah kepalaku digerakkan ke samping, malah ditariknya lagi hingga mulutku langsung terjatuh di bibir kemaluannya. Aku pun paham, dia ingin menunjukkan ketidaksudiannya, namun di lain pihak, dia sangat menginginkan sensasi itu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nih.. aku kasih bonus.. silakan menikmati..” kataku sambil melanjutkan jilatanku.</div>
<div style="text-align: left;">
Sementara tanganku yang kiri membelai payudaranya bergiliran secara adil. Kiri dan kanan. Sementara tangan kananku kuletakkan di bawah pantatnya. Pantat seksi itu kuremas sesekali.</div>
<div style="text-align: left;">
“Oghh.. sshh..”</div>
<div style="text-align: left;">
Nina menggelinjang menahan nafsu yang mulai merasuki dirinya. Sesaat dia lupa kalau sekarang dia dalam keadaan terjajah. “Sshh.. terrusshh..”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Perlahan lahan, cairan yang kunanti keluar juga. Secara mantap, lendir bening itu mengalir membasahi liang kemaluannya yang semerbak.</div>
<div style="text-align: left;">
“Donnhh.. Donhh..” Dia berteriak di sela orgasmenya yang kuhadiahkan secara cuma-cuma.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aduh.. Nin.. yang benar aja dong..” ringisku karena saat orgasme tadi, kukunya yang lentik melukai pundakku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Maaf.. maaf Donhh..”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Aku berhenti sesaat untuk memberinya waktu istirahat. Aku berdiri di samping ranjang. Dia terkulai lemas. Pahanya dibiarkan terbuka. Kemaluan genit itu sudah mengundang batang kemaluanku untuk beraksi. Namun aku berusaha menahan, agar pemerkosaan ini tidak terlalu menyakitkan. Kami berpandangan sejenak. Dia sudah tidak melakukan perlawanan apa-apa, pasrah.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Don.. aku tahu kamu sebenarnya baik, jangan sakiti aku yah.. aku mau menemani kamu di sini, asal kamu tidak melukai aku..” pintanya sambil mengubah posisi telentangnya menjadi duduk melipat lututnya ke bawah pantat. Liang kemaluannya agak tersembunyi sekarang.</div>
<div style="text-align: left;">
“Kamu masih perawan nggak?” tanyaku ketus.</div>
<div style="text-align: left;">
“Iyah.. masih..”</div>
<div style="text-align: left;">
“Nah.. sayang sekali, kalau mulai besok kamu sudah menyandang gelar tidak perawan lagi..”</div>
<div style="text-align: left;">
“Ah..” dia tercekat.</div>
<div style="text-align: left;">
“Don.. semua uang tadi boleh kamu ambil.. tapi mohon jangan yang kamu sebut barusan.. empat hari lagi aku menikah Don.. kumohon Don..”</div>
<div style="text-align: left;">
“Ah.. daripada cowok lain yang merasakan nikmatnya darah segar kamu, mending aku curi sekarang..” kataku cepat sambil mendekatinya lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
“Don.. jangan.. kumohon..”</div>
<div style="text-align: left;">
“Diam!”</div>
<div style="text-align: left;">
“Ingat.. pisau ini sewaktu-waktu bisa mengeluarkan isi perutmu..” ancamku.</div>
<div style="text-align: left;">
Nina terkejut sekali, karena menyangka aku sudah berbaik hati. Padahal aku juga tidak sungguh-sungguh marah padanya. Mungkin karena aku yang sudah terbiasa berteriak-teriak membuatnya ketakutan.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Sekarang giliranmu”, kukeluarkan batang kemaluanku yang sudah agak terkulai.</div>
<div style="text-align: left;">
“Kupikir aku nggak perlu menjelaskan lagi cara membangunkan preman yang satu ini..” kataku sambil mengarahkan kepalanya berhadapan dengan batang kemalauanku yang lumayan besar. Sejenak dipandanginya diriku. Tanpa berkata apa-apa dia memegang batang kemaluanku dan mengocoknya perlahan. Dikocoknya terus sampai perlahan, si batang andalanku naik.</div>
<div style="text-align: left;">
“Cuma itu?” tanyaku lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
Dibuka mulutnya dengan ragu-ragu, kebetulan sekali adegan di TV channel juga sedang memperagakan hal yang sama. Aku sebenarnya ingin tertawa. Tapi kutahan, karena gengsi kalau dia tahu. Dikulumnya batang kemaluanku. Aku berdiri di atas ranjang. Dia berjongkok dan mulai menggerakkan kepalanya maju mundur.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Ahh..” aku mengerang merasa nikmat sekali.</div>
<div style="text-align: left;">
Kulihat matanya sesekali melirik TV. Biar saja, pikirku dalam hati. Toh ini demi keuntunganku. Dijilatinya kepala kemaluanku. Tapi dia tidak berani menatap wajahku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Auhhgghh..”</div>
<div style="text-align: left;">
“Jangan dilepas..” seruku tertahan.</div>
<div style="text-align: left;">
Aku jongkok dengan mengarahkan kepala ke sela pahanya. Aku telentang di bawah. Posisi kami sekarang 69. Sewaktu berputar tadi dia menggigit kemaluanku agar tidak lepas dari mulutnya. Lucu memang. Dengan bibir kemaluan tepat di atas wajah, kujilati dengan mantap. Kali ini gerakan lidahku liar mengitari permukaan kemaluannya. Sesekali kusedot bukit kecil itu sambil memasukkan hidungku yang kebetulan mancung ke lubang senggamanya.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Oghh.. Ahh..” Kami berseru bersahutan. Kubalikkan tubuhnya. Sekarang dia ada di bawah, namun tetap 69. Kali ini aku lebih leluasa menjilati kemaluannya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Augghh.. Donhh.. enakkhh.. terusshh..” pintanya.</div>
<div style="text-align: left;">
Lalu kembali menyantap batang kemaluanku dengan garang. Sesekali aku merasakan gigitan kecil di sekitar kepala kemaluan. Pintar juga dia, pikirku dalam hati.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Lidahku kujulurkan masuk ke lubang sempit itu dan menari di dalamnya. Pantatku kugoyang naik-turun agar sensasi batang kemaluan yang berada di kulumannya bertambah asyik. Sambil menjilat liang kemaluan itu, jari-jariku mempermainkan bibir kemaluannya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ougghh.. Don.. enakkhh.. Donnhh.. ahh.. Donnhh..” serunya dibarengi aliran hangat yang langsung membanjiri lembah merah muda itu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Sekarang waktunya Nin.”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Aku mengambil posisi duduk di antara belahan kedua kakinya. Dia masih telentang. Kugesek lagi kepala kemaluanku yang sudah mengeras sempurna beradu dengan klitorisnya yang menegang. Dia setengah duduk dengan menahan tubuhnya pakai siku tangan, dan ikut menyaksikan beradunya batang kemaluanku dengan klitorisnya yang sudah menjadi genit. Batang kemaluanku itu kuarahkan ke liang kemaluannya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Jangann.. kumohon Donh.. jangan..” serunya tertatih sambil mencengkeram batang kemaluanku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aku bersedia memuaskan nafsumu, dengan cara apa saja, asal jangan mengorbankan pusakaku.”</div>
<div style="text-align: left;">
“Oh ya? Kalau dari anus mau nggak?” tantangku.</div>
<div style="text-align: left;">
Tapi sebenarnya aku tidak lagi perduli karena kemaluanku sudah minta dihantamkan melesak lubang kemaluannya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Yah.. terserah kamu Don..”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Nggak.. mau.. aku cuma mau yang ini, ini lebih enak..” teriakku sambil menunjuk liang kemaluannya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nih.. pegang.. masukin..” Dengan ragu dipegangnya batang kemaluanku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Don.. apa tidak ada cara lain?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Cara lain? Ada-ada saja kamu.. Hei.. kamu jangan bertingkah lagi ya.. jangan sampai kesabaranku hilang. Kamu beri satu milyar pun sekarang aku nggak bakalan mau melepaskan punya kamu itu sekarang. Aku sudah nggak tahan.. paham.. paham? paham..?” bentakku dengan nada suara lebih meninggi. Pisau yang tadi kusembunyikan di bawah kasur kuacungkan dan kutekan kuat di dadanya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Donn.. sakitt.. jangann..” rintihnya ketika pisau tadi melukai dada putihnya. Aku terkesiap. Namun tak peduli.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ayo.. dimasukin..” kali ini pisau kutekan lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
Darah segar mengalir perlahan dari luka yang kuperbesar, walau tidak begitu parah.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Dengan berat disertai ketakutan, dipegangnya kemaluanku. Diarahkannya ke liang kemaluannya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Sulit.. sakitt.. Don.. ampunn.. Don..”</div>
<div style="text-align: left;">
“Pegang ini”, kataku tidak sadar karena memberikan pisau itu ke tangannya. Dia juga tidak menyadari kalau sedang memegang pisau. Lucu sekali. Aku hanya bisa tersenyum kalau mengingat masa itu. Aku menunduk dan menjilati kemaluannya. Dia melihatku menjilati barangnya. Sesekali kami bertatapan. Entah apa artinya. Yang pasti aku merasa sudah memiliki mata sipit yang menggemaskan itu. Digerakkannya pinggul besarnya seirama jilatanku. Kuremas juga susunya yang segar merekah.</div>
<div style="text-align: left;">
“Augghh.. Ahh..” jilatanku kupercepat. Cairannya mengalir lagi walau tidak sebanyak yang tadi. Aku kembali duduk menghadap selangkangannya. Tiba-tiba aku sadar kalau sebilah pisau ada di tangannya. Segera kuambil dan kulempar ke lantai. Dia juga baru sadar setelah aku mengambil pisau itu. Namun sepertinya dia memang sudah takluk.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Nin.. ludahin ke bawah.. yang banyak..” kataku sambil menunjuk kemaluannya. Kami sama-sama meludah. Kuoleskan liur yang menetes itu ke batang kemaluanku, juga ke kemaluannya. Sesekali dia juga ikut mengusap batang kemaluanku dengan air ludah yang dikeluarkannya lagi di telapak tangannya. Aku memandanginya dengan sayang. Dia juga seolah mengerti arti tatapanku itu. Aku segera mengecup bibirnya. Dia membalas. Kami berpagutan sesaat. Kurasakan batang kemaluanku bersentuhan dengan perutnya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ayo dicoba lagi..”</div>
<div style="text-align: left;">
Kali ini dipegangnya kepala kemaluanku. “Ah.. Shh”</div>
<div style="text-align: left;">
Dan.., “Oogghh.. aahh.. Shh..”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Kepala kemaluanku masuk perlahan. Sempit sekali lubang itu. Kusodok lagi perlahan. Dia hanya bisa menggigit bibir dan mencengkeram tanganku. Sesekali nafasnya kelihatan sesak. Namun ada juga desah liar terdengar lirih.</div>
<div style="text-align: left;">
“Donnhh.. aku benci.. kaamu..”</div>
<div style="text-align: left;">
Kusodok terus, sampai akhirnya semua batang kemaluanku terbenam di liang kewanitaannya. Aku tahu itu sakit. Namun mau bilang apa, nafsuku sudah di ujung tanduk.</div>
<div style="text-align: left;">
“Brengsek.. Donhh.. baajingann.. kamu.. shh.. oghh”,</div>
<div style="text-align: left;">
Aku tak peduli lagi umpatannya. Yang kurasakan hanya nikmat persenggamaan yang benar-benar beda. “Shh.. shh.. Donhh.. Donhh..”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kupeluk dia erat-erat. Goyanganku makin liar. Aku hanya bisa mendengar dia mengumpat. Sesekali kupandangi wajahnya di sela nafasku yang ngos-ngosan. Beragam ekspresi ada di sana. Ada kesakitan, ada dendam, tapi ada juga makna sayang, dan gairah yang hangat. Kulihat titik-titik darah mulai mendesak lubang sempit yang tercipta antara batang kemaluan dan liang kewanitaannya. Seketika tagisnya meledak. “Donhh.. bajingann.. kamuu.. jahatt.. kamu Don.. ahh.. uhh..” dia memukul dadaku keras sekali.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Tangisnya makin menjadi. Aku iba juga. Kutarik kemaluanku dari liang kemaluannya. Darah segar mengalir memenuhi lubang yang memerah padam dan lecet. Kemaluanku kukocok sekuat tenaga ketika spermaku muncrat. “Ahh.. ahh..” Air maniku memancar keras membasahi dada dan sebagian wajahnya. Dia menangis sesenggukan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nikmatnya memek perawan kamu Nin..” kataku tersenyum senang.</div>
<div style="text-align: left;">
Aku langsung menjilati darah segar yang sudah membasahi pahanya. Segera kugendong dia menuju kamar mandi. Di bibir bak, kududukkan dia. Kuambil kertas toilet dan membasuhnya dengan air. Kuusap darah yang ada di sekitar kemaluannya dengan lembut. Darah di dadanya yang sudah mengering juga kulap dengan hati-hati.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Kamu puas sekarang.. bukan begitu Don?” ejeknya di sela tangisnya.</div>
<div style="text-align: left;">
Aku terdiam. Aku merasa menyesal. Tapi mau bilang apa. Nasi sudah menjadi bubur. Kubersihkan semua darah itu sampai tidak berbekas. Kujilati lagi kemaluannya dengan lembut. Aku tahu, yang ini pasti tidak bisa ditolaknya. Benar, dia mulai bergetar. Dipegangnya tanganku dan diremasnya jariku. Tissue yang kupegang dibuangnya, malah jemariku dituntunnya ke sepasang dada montok miliknya. “Ahh.. shh.. sekalian ajaa.. Don.. hamili.. aku.. biar kamu.. lebih.. puass..” katanya sambil mengangis lagi.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Aku sungguh tak mengerti. Terus terang di sana aku seperti orang bodoh. Tapi dengan santai kujilati terus kemaluannya. Diraihnya batang kemaluanku dan dikocok-kocoknya perlahan. Kemaluanku sudah terkulai. Lama dia mencengkeram kemaluanku sampai akhirnya bangkit. Nafsuku kembali membara. Kugendong lagi dia, dan jatuh bersama di ranjang empuk. Kami berpelukan dan berciuman lama sekali. Kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya, dan menjilati rongga mulutnya. Entah berapa kali kami saling bertukaran air liur. Bagiku, air ludahnya nikmat sekali melebihi minuman ringan apapun. Ketika aku berada di bawah, aku juga menelan semua liurnya tatkala dia meludahi mulutku. Terserahlah, apakah dia marah atau bagaimana. Sepanjang dia merasa bebas, aku melayaninya. Hitung-hitung balas budi. Hehehe..</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Aku bergerak ke bawah, menjilati tiap inci sel kulitnya. Lehernya bahkan kuberi tanda cupangan banyak sekali, walau aku tahu empat hari lagi dia akan menikah. Peduli setan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ahh.. Don.. hhsshh.. yanghh.. itu.. nikhhmatt”, serunya tertahan ketika putingnya kusedot dan kujilati dengan bernafsu. Tanganku merayap ke bawah dan membelai lubang kemaluannya yang masih basah. Aku terus merangkak turun, menjilati perutnya dan mengelus pahanya dengan nakal. Sesampainya di sela paha kubuka lagi kedua kakinya, terkuaklah liang kemaluan yang kumakan tadi. Kali ini bentuknya sudah berbeda. Lubangnya agak menganga seperti luka lecet, namun tidak berdarah. Segera kujilati lagi untuk kesekian kalinya. “Donn.. enakhh.. nikmathh..”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Jari telunjukku kumasukkan lembut ke lubang itu sambil menjilati kemaluannya sesekali. “Aduhh.. duh.. enaknyaa.. Don.. jangan.. berhenti”, serunya sambil menggelinjang hebat. Pinggul itu bergerak liar mendesak mulutku. Kutindih dia dan kuarahkan batang kemaluanku. “Uhh.. sshh”, serunya sesak ketika batang kemaluanku kuhantamkan ke liang kenikmatan itu. Goyangan demi goyangan membuat erangannya semakin ganas. Tentu saja aku semakin beringas. Siapa tahan.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Donhh.. bajiingann!” untuk kesekian kalinya dia mengumpatku.</div>
<div style="text-align: left;">
Entah apa maksudnya. Kali ini dia sangat menikmati permainan (setidaknya secara fisik, entahlah kalau perasaannya). Kepalanya terlempar ke sana ke mari dan nafasnya mendesah hebat.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nin.. punyaahh.. kamuu.. assiikkh.. ahh”, seruku ketika denyutan liang kemaluannya terasa sekali menekan batang kemaluanku. Kubalik dia, sehingga sekarang posisinya di atas.</div>
<div style="text-align: left;">
“Don.. aku.. akan.. bunuh.. kamuu.. suatu.. saat..”</div>
<div style="text-align: left;">
“Silakan.. saajahh..”</div>
<div style="text-align: left;">
Kami berdua berbicara tak karuan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Oughh.. aihh.. sshh”, teriaknya menggelinjang sambil mencabuti bulu-bulu dadaku. Aku merasa kesakitan. Tapi biarlah. Dia sepertinya sangat menyukai.</div>
<div style="text-align: left;">
“Donh.. kamu.. kamu..” dia tidak melanjutkan kata-katanya.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tiba-tiba.., “Donhh.. Donhh.. bajingan.. ah..” serunya keras sekali, sambil menggoyang pantatnya dengan cepat dan menari-nari seperti kilat. Bunyi becek di bawah sana menandakan dia kembali orgasme. Tapi goyangannya tidak surut. Kucabut batang kemaluanku dan menyuruhnya membelakangiku sambil berpegangan pada sisi ranjang. Kuarahkan batang kemaluanku dari belakang dan, “Oughh.. oughh.. oughh.. oughh..” tiap sodokanku ditanggapinya dengan seruan liar. Kugenjot terus sambil meremasi kedua susunya yang ikut bergoyang. Lama kami pada posisi itu, tiba-tiba aku didorongnya dan dia berdiri di hadapanku. Aku ditamparnya keras dan memelukku erat. Ditariknya aku ke ranjang dan memegang kemaluanku. Ditindihnya aku, dia sendiri yang menghunjamkan kemaluanku ke liang kewanitaannya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Rasakan nihh.. bajingan.. shh”, teriaknya sambil menari-nari di atasku. Aku tahu dia akan orgasme lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aduh..Nin..” pekikku tertahan ketika sekarang dia malah menggigit punggungku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Don.. Don..” dia berseru kencang dan memeluk erat kepalaku di dadanya. Kupeluk juga dia dan mengangkatnya. Kami berdiri di lantai. Dengan posisi ini aku bisa menyodoknya dengan sangat keras. Kurapatkan ke dinding, dan kupompa sekuat tenaga.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nin.. ahshh..”</div>
<div style="text-align: left;">
“Donhh..”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Aku mengeluarkan sperma di dalam kemaluannya. Dia memelukku erat sekali. Kami berdua ngos-ngosan. Kuangkat dia ke ranjang. Kami terkulai lemas. Kutarik kemaluanku yang melemah dengan pelan. Kutarik sprei itu karena sudah berisi noda darah dan bercak cairan yang beragam. Kami tergeletak berdampingan, tanpa pakaian.</div>
<div style="text-align: left;">
“Don.. kamu berhutang padaku, suatu saat aku pasti menagihnya.”</div>
<div style="text-align: left;">
“Hutang apa?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: left;">
Dia tidak menjawab. Dengan perlahan dia memejamkan mata dan tertidur. Kupandangi wajahnya yang cantik. Tampak lelah. Hmm.. beruntung sekali calon suaminya. Kuelus rambutnya yang lurus indah dengan lembut. Kuciumi keningnya dan kupeluk dia. Aku membenamkan wajahku di dadanya dan terlelap bersama.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Besoknya kami bangun bersamaan, masih berpelukan. Aku sadar, dia tidak punya pakaian lagi. Segera aku keluar dan pergi ke toko terdekat. Kubeli T-shirt dan celana pendek. Ketika kembali ke kamar, dia membisu dan tak mau menjawab pertanyaanku. Didiamkan begitu aku tak ambil pusing. Kupakaikan T-shirt dan celana pendek ke tubuhnya. Dia masih tetap membisu.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Ayo pulang..” ajakku. Dia melangkah lunglai. Kugandeng dia ke mobil, kududukkan di jok depan. Setelah isi kamar sudah kurapikan, aku langsung menyetir mobil. Sepanjang jalan dia hanya diam membisu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nin.. aku tahu apa yang kamu rasakan. Tapi, satu hal yang aku minta darimu.. jangan membenciku untuk apa yang kuperbuat. Bencilah kepadaku karena aku bukanlah calon suamimu”, kataku agak kesal dengan sedikit berdiplomasi. Dia memandangku dengan gundah. Namun tetap membisu. Sampai di daerah rumahnya pun dia tetap diam.</div>
<div style="text-align: left;">
“Oke.. Nin.. aku tak tahu apa yang kamu inginkan. Jika ada yang ingin kamu utarakan, lakukanlah sekarang sebelum aku pergi.”</div>
<div style="text-align: left;">
Dia hanya diam membisu. Dipandanginya aku agak lama. Karena tidak ada jawaban, kudekati dia dan kucium tangannya. Dia tidak bereaksi.</div>
<div style="text-align: left;">
“Bye.. Nin..” Aku segera beranjak pergi.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Empat hari kemudian aku memang secara diam-diam mendatangi daerah rumahnya. Benar, dari informasi yang kudapat dia memang sedang melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah Resto mewah di pusat kota. Tapi aku tidak pergi melihatnya. Siapa tahu itu hanya akan jadi luka baru baginya. Pertemuanku terakhir dengannya terjadi di salah satu kafe di Surabaya. Saat group-ku manggung, aku melihatnya duduk di depan bersama seseorang (mungkin suaminya).</div>
<div style="text-align: left;">
“Lagu ini kupersembahkan buat seorang wanita paling indah yang pernah mewarnai perjalanan hidupku”, aku pun segera menyanyikan tembang Mi Corazon dengan penghayatan yang dalam. Dia menikmatinya dengan tatapan syahdu ke arahku. Tentu saja tak seorang pun pernah tahu, bahwa sesuatu pernah terjadi di antara kami.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sekarang setahun sudah lewat. Dia pernah juga meneleponku dan bilang kalau dia sedang hamil tujuh bulan. Ketika kutanya dimana dia saat itu, telepon segera ditutupnya. Well, ternyata aku pun sedang mengalami pemerkosaan darinya. Semoga ini bisa jadi pelajaran berharga buat sobat semua.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-58839843697747739952014-06-17T22:35:00.003-07:002014-06-17T22:35:35.633-07:00Kulit Putih Kakak Pacarku<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Siang itu, ponselku berbunyi, dan suara merdu dari seberang sana memanggil.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Di, kamu ke rumahku duluan deh sana, saya masih meeting. Dari pada kamu kena macet di jalan, mendingan jalan sekarang gih sana.”</div>
<div style="text-align: left;">
“Oke deh, saya menuju rumah kamu sekarang. Kamu meeting sampai jam berapa?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Yah, sore sudah pulang deh, tunggu aja di rumah.”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Meluncurlah aku dengan motor Honda ke sebuah rumah di salah satu kompleks di Jakarta. Vina memang kariernya sedang naik daun, dan dia banyak melakukan meeting akhir-akhir ini. Aku sih sudah punya posisi lumayan di kantor. Hanya saja, kemacetan di kota ini begitu parah, jadi lebih baik beli motor saja dari pada beli mobil. Vina pun tak keberatan mengarungi pelosok-pelosok kota dengan motor bersamaku.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kebetulan, pekerjaanku di sebuah biro iklan membuat aku bisa pulang di tengah hari, tapi bisa juga sampai menginap di kantor jika ada proyek yang harus digarap habis-habisan. Vina, pacarku, mendapat fasilitas antar jemput dari kantornya. Jadi, aku bisa tenang saja pergi ke rumahnya tanpa perlu menjemputnya terlebih dulu.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sesampai di rumahnya, pagar rumah masih tertutup walau tidak terkunci. Aku mengetok pagar, dan keluarlah Marta, kakak Vina, untuk membuka pintu.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Loh, enggak kerja?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nggak, aku izin dari kantor mau ngurus paspor,” jawabnya sambil membuka pintu pagarnya yang berbentuk rolling door lebar-lebar agar motorku masuk ke dalam.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nyokap ke mana?” tanyaku lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
“Oh, dia lagi ke rumah temannya tuh, ngurusin arisan,” kata Marta, “Kamu mau duduk di mana Dodi? Di dalam nonton TV juga boleh, atau kalau mau di teras ya enggak apa juga. Bentar yah, saya ambilin minum.”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Setelah motor parkir di dalam pekarangan rumah, kututup pagar rumahnya. Aku memang akrab dengan kakak Vina ini, umurnya hanya sekitar dua tahun dari umurku. Yah, aku menunggu di teras sajalah, canggung juga rasanya duduk nonton TV bersama Marta, apalagi dia sedang pakai celana pendek dan kaos oblong.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Setelah beberapa lama menunggu Vina di teras rumah, aku celingukan juga tak tahu mau bikin apa. Iseng, aku melongok ke ruang tamu, hendak melihat acara televisi. Wah, ternyata mataku malah terpana pada paha yang putih mulus dengan kaki menjulur ke depan. Kaki Marta ternyata sangat mulus, kulitnya putih menguning.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Marta memang sedang menonton TV di lantai dengan kaki berjelonjor ke depan. Kadang dia duduk bersila. Baju kaosnya yang tipis khas kaos rumah menampakkan tali-tali BH yang bisa kutebak berwarna putih. Aku hanya berani sekali-kali mengintip dari pintu yang membatasi teras depan dengan ruang tamu, setelah itu barulah ruang nonton TV. Kalau aku melongokkan kepalaku semua, yah langsung terlihatlah wajahku.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tapi rasanya ada keinginan untuk melihat dari dekat paha itu, biar hanya sepintas. Aku berdiri.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Ta, ada koran enggak yah,” kataku sambil berdiri memasuki ruang tamu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Lihat aja di bawah meja,” katanya sambil lalu.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Saat mencari-cari koran itulah kugunakan waktu untuk melihat paha dan postur tubuhnya dari dekat. Ah, putih mulus semua. Buah dada yang pas dengan tubuhnya. Tingginya sekitar 160 cm dengan tubuh langsing terawat, dan buah dadanya kukuh melekat di tubuh dengan pasnya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Aku ingin dada itu,” kataku membatin. Aku membayangkan Marta dalam keadaan telanjang. Ah, ‘adikku’ bergerak melawan arah gravitasi.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Heh! Kok kamu ngeliatin saya kayak gitu?! Saya bilangin Vina lho!,” Marta menghardik.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Dan aku hanya terbengong-bengong mendengar hardikannya. Aku tak sanggup berucap walau hanya untuk membantah. Bibirku membeku, malu, takut Marta akan mengatakan ini semua ke Vina.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Apa kamu melotot begitu, mau ngancem?! Hah!”</div>
<div style="text-align: left;">
“Astaga, Marta, kamu.. kamu salah sangka,” kataku tergagap. Jawabanku yang penuh kegamangan itu malah membuat Marta makin naik pitam.</div>
<div style="text-align: left;">
“Saya bilangin kamu ke Vina, pasti saya bilangin!” katanya setengah berteriak. Tiba-tiba saja Marta berubah menjadi sangar. Kekalemannya seperti hilang dan barangkali dia merasa harga dirinya dilecehkan. Perasaan yang wajar kupikir-pikir.</div>
<div style="text-align: left;">
“Marta, maaf, maaf. Benar-benar enggak sengaja saya. saya enggak bermaksud apa-apa,” aku sedikit memohon.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ta, tolong dong, jangan bilang Vina, kan cuma ngeliatin doang, itu juga enggak sengaja. Pas saya lagi mau ngambil koran di bawah meja, baru saya liat elu,” kataku mengiba sambil mendekatinya.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Marta malah tambah marah bercampur panik saat aku mendekatinya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Kamu ngapain nyamperin saya?! Mau ngancem? Keluar kamu!,” katanya garang. Situasi yang mencekam ini rupanya membuatku secara tidak sengaja mendekatinya ke ruang tamu, dan itu malah membuatnya panik.</div>
<div style="text-align: left;">
“Duh, Ta, maaf banget nih. Saya enggak ada maksud apa-apa, beneran,” kataku.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Namun, situasi telah berubah, Marta malah menganggapku sedang mengancamnya. Ia mendorong dadaku dengan keras. Aku kehilangan keseimbangan, aku tak ingin terjatuh ke belakang, kuraih tangannya yang masih tergapai saat mendorongku. Raihan tangan kananku rupanya mencengkeram erat di pergelangan tangan kirinya. Tubuhnya terbawa ke arahku tapi tak sampai terjatuh, aku pun berhasil menjaga keseimbangan. Namun, keadaan makin runyam.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Eh! kamu kok malah tangkep tangan saya! Mau ngapain kamu? Lepasin enggak!!,” kata Marta.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Entah mengapa, tangan kananku tidak melepaskan tangan kirinya. Mungkin aku belum sempat menyadari situasinya. Merasa terancam, Marta malah sekuat tenaga melayangkan tangan kanannya ke arah mukaku, hendak menampar. Aku lebih cekatan. Kutangkap tangan kanan itu, kedua tangannya sudah kupegang tanpa sengaja. Kudorong dia dengan tubuhku ke arah sofa di belakangnya, maksudku hanya berusaha untuk menenangkan dia agar tak mengasariku lagi. Tak sengaja, aku justru menindih tubuh halus itu.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Marta terduduk di sofa, sementara aku terjerembab di atasnya. Untung saja lututku masih mampu menahan pinggulku, namun tanganku tak bisa menahan bagian atas tubuhku karena masih mencengkeram dan menekan kedua tangannya ke sofa. Jadilah aku menindihnya dengan mukaku menempel di pipinya. Tercium aroma wangi dari wajahnya, dan tak tertahankan, sepersekian detik bibirku mengecup pipinya dengan lembut.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tak ayal, sepersekian detik itu pula Marta meronta-ronta. Marta berteriak, “Lepasin! Lepasin!” dengan paraunya. Waduh, runyam banget kalau terdengar tetangga. Yang aku lakukan hanya refleks menutup mulutnya dengan tangan kananku. Marta berusaha memekik, namun tak bisa. Yang terdengar hanya, “Hmm!” saja. Namun, tangannya sebelah kiri yang terbebas dari cengkeramanku justru bergerak liar, ingin menggapai wajahku.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Hah! Tak terpikir, posisiku ini benar-benar seperti berniat memperkosa Marta. Dan, Marta sepertinya pantas untuk diperkosa. Separuh tubuhnya telah kutindih. Dia terduduk di sofa, aku di atasnya dengan posisi mendudukinya namun berhadapan. Kakinya hanya bisa meronta namun tak akan bisa mengusir tubuhku dari pinggangnya yang telah kududuki. Tangan kanannya masih dalam kondisi tercengkeram dan ditekan ke sofa, tangan kirinya hanya mampu menggapai-gapai wajahku tanpa bisa mengenainya, mulutnya tersekap.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tubuh yang putih itu dengan lehernya yang jenjang dan sedikit muncul urat-urat karena usaha Marta untuk memekik, benar-benar membuatku dilanda nafsu tak kepalang. Aku berpikir bagaimana memperkosanya tanpa harus melakukan berbagai kekerasan seperti memukul atau merobek-robek bajunya. Dasar otak keparat, diserang nafsu, dua tiga detik kemudian aku mendapatkan caranya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tanpa diduga Marta, secepat kilat kulepas cengkeraman tanganku dari tangan dan mulutnya, namun belum sempat Marta bereaksi, kedua tanganku sudah mencengkeram erat lingkaran celana pendeknya dari sisi kiri dan kanan, tubuhku meloncat mundur ke belakang.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kaki Marta yang meronta-ronta terus ternyata mempermudah usahaku, kutarik sekeras-kerasnya dan secepat-cepatnya celana pendek itu beserta celana dalam pinknya. Karena kakinya meronta terus, tak sengaja dia telah mengangkat pantatnya saat aku meloncat mundur. Celana pendek dan celana dalam pink itu pun lolos dengan mudahnya sampai melewat dengkul Marta.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Astaga! Berhasil!</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Marta jadi setengah bugil. Satu dua detik Marta pun sempat terkejut dan terdiam melihat situasi ini. Kugunakan kelengahan itu untuk meloloskan sekalian celana pendek dan celana dalamnya dari kakinya, dan kulempar jauh-jauh. Marta sadar, dia hendak memekik dan meronta lagi, namun aku telah siap. Kali ini kubekap lagi mulutnya, dan kususupkan tubuhku di antara kakinya. Posisi kaki Marta jadi menjepit tubuhku, karena dia sudah tak bercelana, aku bisa melihat vaginanya dengan kelentit yang cukup jelas. Jembutnya hanya menutupi bagian atas vagina. Marta ternyata rajin merawat alat genitalnya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Pekikan Marta berhasil kutahan. Sambil kutekan kepalanya di sandaran sofa, aku berbisik,</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Marta, kamu sudah kayak gini, kalau kamu teriak-teriak dan orang-orang dateng, percaya enggak orang-orang kalau kamu lagi saya perkosa?”</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Marta tiba-tiba melemas. Dia menyadari keadaan yang saat ini berbalik tak menguntungkan buatnya. Kemudian dia hanya menangis terisak. Kubuka bekapanku di mulutnya, Marta cuma berujar sambil mengisak,</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Dodi, please.. Jangan diapa-apain saya. Ampun, Di. saya enggak akan bilang Vina. Beneran.”</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Namun, keadaan sudah kepalang basah, syahwatku pun sudah di ujung tanduk rasanya. Aku menjawabnya dengan berusaha mencium bibirnya, namun dia memalingkan mukanya. Tangan kananku langsung saja menelusup ke selangkangannya. Marta tak bisa mengelak.</div>
<div style="text-align: left;">
Ketika tanganku menyentuh halus permukaan vaginanya, saat itulah titik balik segalanya. Marta seperti terhipnotis, tak lagi bergerak, hanya menegang kaku, kemudian mendesis halus tertahan. Dia pun pasti tak sengaja mendesah.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Seperti mendapat angin, aku permainkan jari tengah dan telunjukku di vaginanya. Aku permainkan kelentitnya dengan ujung-ujung jari tengahku. Marta berusaha berontak, namun setiap jariku bergerak dia mendesah. Desahannya makin sulit ditutupi saat jari tengahku masuk untuk pertama kali ke dalam vaginanya. Kukocokkan perlahan vaginanya dengan jari tengahku, sambil kucoba untuk mencumbu lehernya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Jangan Dod,” pintanya, namun dia tetap mendesah, lalu memejamkan mata, dan menengadahkan kepalanya ke langit-langit, membuatku leluasa mencumbui lehernya. Dia tak meronta lagi, tangannya hanya terkulai lemas. Sambil kukocok vaginanya dan mencumbui lehernya, aku membuka resleting celanaku. “Adik”-ku ini memang sudah menegang sempurna sedari tadi, namun tak sempat kuperlakukan dengan selayaknya. Karena tubuhku telah berada di antara kakinya, mudah bagiku untuk mengarahkan penisku ke vaginanya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Marta sebetulnya masih dalam pergulatan batin. Dia tak bisa mengelak terjangan-terjangan nafsunya saat vaginanya dipermainkan, namun ia juga tak ingin kehilangan harga diri. Jadilah dia sedikit meronta, menangis, namun juga mendesah-desah tak karuan. Aku bisa membaca situasi ini karena dia tetap berusaha memberontak, namun vaginanya malah makin basah. Ini tanda dia tak mampu mengalahkan rangsangan.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Penisku mengarah ke vaginanya yang telah becek, saat kepala penis bersentuhan dengan vagina, Marta masih sempat berusaha berkelit. Namun, itu semua sia-sia karena tanganku langsung memegangi pinggulnya. Dan, kepala penisku pun masuk perlahan. Vagina Marta seperti berkontraksi. Marta tersadar,</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Jangan..” teriaknya atau terdengar seperti rintihan.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Rasa hangat langsung menyusupi kepala penisku. Kutekan sedikit lebih keras, Marta sedikit menjerit, setengah penisku telah masuk. Dan satu sentakan berikutnya, seluruh penisku telah ada di dalam vaginanya. Marta hanya memejamkan mata dan menengadahkan muka saja. Ia sedang mengalami kenikmatan tiada tara sekaligus perlawanan batin tak berujung. Kugoyangkan perlahan pinggulku, penisku keluar masuk dengan lancarnya. Terasa vagina Marta mengencang beberapa saat lalu mengendur lagi.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tanganku mulai bergerilya ke arah buah dadanya. Marta masih mengenakan kaos rumah. Tak apa, toh tanganku bisa menyusup ke dalam kaosnya dan menyelinap di balik BH dan mendapati onggokan daging yang begitu kenyal dengan kulit yang terasa begitu halus. Payudara Marta begitu pas di tanganku, tidak terlalu besar tapi tidak juga bisa dibilang kecil. Kuremas perlahan, seirama dengan genjotan penisku di vaginanya. Marta hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, tak mampu melakukan perlawanan. Pinggulnya ternyata mulai mengikuti goyangan pinggulku.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Aku buka kaos Marta, kemudian BH-nya, Marta menurut. Pemandangan setelah itu begitu indah. Kulit Marta putih menguning langsat dengan payudara yang kencang dan lingkaran di sekitar pentilnya berwarna merah jambu Pentil itu sendiri berwarna merah kecokelatan. Tak menunggu lama, kubuka kemejaku. Aktivitas ini kulakukan sambil tetap menggoyang lembut pinggulku, membiarkan penisku merasai seluruh relung vagina Marta.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sambil aku bergoyang, aku mengulum pentil di payudaranya dengan lembut. Kumainkan pentil payudara sebelah kanannya dengan lidahku, namun seluruh permukaan bibirku membentuk huruf O dan melekat di payudaranya. Ini semua membuat Marta mendesah lepas, tak tertahan lagi.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Aku mulai mengencangkan goyanganku. Marta mulai makin sering menegang, dan mengeluarkan rintihan, “Ah.. ah..”</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Dalam goyangan yang begitu cepat dan intens, tiba-tiba kedua tangan Marta yang sedang mencengkeram jok kursi malah menjambak kepalaku.”Aaahh,” lenguhan panjang dan dalam keluar dari mulut mungil Marta. Ia sampai pada puncaknya. Lalu tangan-tangan yang menjambak rambutku itu pun terkulai lemas di pundakku. Aku makin intens menggoyang pinggulku. Kurasakan penisku berdenyut makin keras dan sering.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Bibir Marta yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun kulumat, dan tidak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini Marta membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kananku tetap berada di payudaranya, meremas-remas, dan sesekali mempermainkan putingnya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Vagina Marta kali ini cukup terasa mencengkeram penisku, sementara denyut di penisku pun semakin hebat.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Uhh,” aku mengejang. Satu pelukan erat, dan sentakan keras, penisku menghujam keras ke dalam vaginanya, mengiringi muncratnya spermaku ke dalam liang rahimnya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tepat saat itu juga Marta memelukku erat sekali, mengejang, dan menjerit, “Aahh”. Kemudian pelukannya melemas. Dia mengalami ejakulasi untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan ejakulasiku. Marta terkulai di sofa, dan aku pun tidur telentang di karpet. Aku telah memperkosanya. Marta awalnya tak terima, namun sisi sensitif yang membangkitkan libidonya tak sengaja kudapatkan, yaitu usapan di vaginanya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Ternyata, dia sudah pernah bercinta dengan kekasihnya terdahulu. Dia hanya tak menyangka, aku-pacar adiknya malah menjadi orang kedua yang menyetubuhinya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Grreekk. Suara pagar dibuka. Vina datang! Astaga! aku dan Marta masih bugil di ruang tamu, dengan baju dan celana yang terlempar berserakan..</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-21212000979996995942014-06-17T22:27:00.000-07:002014-06-17T22:27:07.657-07:00Supir Yang Kurang Ajar<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Peristiwa ini terjadi tiga tahun yang lalu. Kejadiannya di Jakarta, di daerah Sunter, aku yang berumur 14 tahun tinggal bersama kakak perempuanku, menempati salah satu rumah yang dimiliki paman mereka. Kebetulan rumah itu tidak ditempatinya. Saat itu kakakku, Ai Ling berumur 19 tahun dan telah kuliah tingkat satu di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Kedua orang tua kami tinggal di Jawa Tengah, dimana mereka mengelola sebuah toko. Karena dirasa Jakarta lebih kondusif sebagai tempat menuntut ilmu, maka mereka mengirim kami ke Jakarta untuk bersekolah.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kakakku Ai Ling wajahnya cukup cantik mirip dengan bintang film dari Hongkong atau Taiwan. Kulitnya putih mulus, karena memang kami adalah dari keluarga keturunan chinese. Dengan tinggi di atas 160 cm bobot 50 kg, tubuhnya cukup ideal untuk seorang gadis remaja. Sehingga tidaklah mengherankan kalau teman-teman cowoknya banyak yang mendekatinya. Bahkan yang menyukainya tidak hanya cowok keturunan chinese saja. Banyak pula teman-teman kuliah cowoknya yang pribumi juga terang-terangan mendekatinya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Di kampusnya memang antara pribumi dan non pribumi jumlahnya seimbang. Namun Ai Ling tidak menanggapinya, karena sebetulnya Ai Ling telah mempunyai pacar yang pada waktu itu sedang kuliah di Amerika. Selain aku dan Ai Ling, rumah tersebut juga dihuni oleh seorang pembantu perempuan dan seorang sopir pribadi yang rutin bertugas mengantar kami sekolah dan kuliah. Sopir kami bernama Sudin. Sebelumnya ia bekerja sebagai tukang ojek.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Beberapa saat sebelum terjadi peristiwa tersebut, sebenarnya aku telah mempunyai firasat yang kurang mengenakkan mengenai Sudin. Beberapa kali aku memergoki Sudin sedang menatap dengan tajam bagian tubuh tertentu dari Ai Ling, jika kebetulan Ai Ling sedang tidak menyadarinya. Memang kadang-kadang jika berada di rumah dan sedang santai, Ai Ling sering mengenakan baju rumah yang cukup ketat. Apalagi setelah pembantu perempuan kami pulang ke desanya, karena ada salah satu anggota keluarganya yang sedang sakit keras, kadang-kadang Ai Ling hanya sendirian dengan Sudin di dalam rumah karena jam sekolahku berbeda. Tetapi untungnya pada malam hari Sudin tidak menginap di rumah kami.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Suatu malam saat aku dan Ai Ling sedang santai menonton TV di ruang tamu, tiba-tiba Sudin muncul bersama dua orang temannya tukang ojek yang biasa beroperasi di sekitar daerah itu. Sudin rupanya telah lama berniat akan merampok rumah majikannya tersebut, karena hanya Nico dan Ai Ling saja yang tinggal di rumah itu. Untuk melancarkan rencana tersebut, Sudin telah mengontak 2 orang temannya yang bekas sesama tukang ojek, untuk membantunya melaksanakan maksud tersebut. Pada hari dan waktu yang telah ditentukan mereka melaksanakan rencana tersebut, karena itulah mengapa tiba-tiba mereka muncul malam itu di rumah kami.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sambil mengancam dengan pisau, mereka memaksa kami untuk menunjukan barang-barang berharga dan uang yang disimpan dalam lemari. Dengan ketakutan Ai Ling menyerahkan barang-barang berharga milik kami seperti uang, arloji, handphone, dll. Mereka kemudian masuk ke kamar Ai Ling untuk mengambil perhiasan dan barang-barang berharga lainnya. Melihat kegarangan mereka hati kami menjadi ciut. Kami berdoa dalam hati biarlah barang-barang tersebut diambil asalkan kami tetap selamat.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Setelah selesai mengambil semuanya, tiba-tiba salah seorang teman Sudin berkata, “Eh, ngomong-ngomong cewek ini boleh juga ya. Mending kita sikat saja sekalian.”</div>
<div style="text-align: left;">
“Iya nih. Wajahnya cakep dan kulit mukanya putih, nggak tahu kalau bagian tubuh yang lainnya”, kata yang lain sambil memandang kakakku dengan tersenyum-senyum.</div>
<div style="text-align: left;">
“Wah, bener juga kata lu. Susunya montok tuh, ngelihatnya saja sudah bikin orang ngaceng.., kita bisa pesta nih. Mimpi apa kita semalam. Apalagi kita belum pernah ngerasain amoy. Yuk dah, kita garap rame-rame”, timpalnya lagi.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Saat itu kakakku baru pulang setelah pergi bersama temannya dan mengenakan kaos berwarna merah yang cukup ketat. Sudin segera mendekati Ai Ling yang berdiri ketakutan di pinggir tembok.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tangannya dengan cepat meraba-raba pipi Ai Ling yang putih mulus, sambil ia berkata pada teman-temannya, “Cewek manis ini, namanya Ai Ling. Aku sendiri sebenarnya sudah lama pengen ngerasain dia. Apalagi dia suka banget pake pakaian yang bikin orang terangsang. Hari ini kita bakalan puas deh”.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Dengan segera Ai Ling menampik tangan Sudin dan sambil menatap wajahnya dengan menguatkan hatinya, Ai Ling mencoba menggertak Sudin, “Kurang ajar kamu yah. Aku ini kan majikanmu, tega benar kamu hendak berbuat kurang ajar padaku!”</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Bukannya takut Sudin malah makin berani, sahutnya, “Aku memang kacungmu yang biasa diperintah-perintah, tapi kali ini kamulah yang akan menuruti kemauan kami”, kata Sudin.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tiba-tiba kedua tangannya dengan cepat meraih payudara Ai Ling dan segera meremas-remasnya dengan ganas. Ai Ling yang telah tersandar pada tembok, tidak dapat mengelaknya, “Adduhh.., jangaann..!”, jeritnya kaget mendapat perlakuan kasar dari Sudin tersebut.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Melihat itu akupun menjadi emosi, seketika kuterjang Sudin dan memukulinya. Tapi mereka kemudian mengeroyokku dan memukuliku sampai babak belur. Sementara Ai Ling menjerit-jerit menyaksikan aku dipukuli oleh bajingan-bajingan itu.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Kamu jangan macam-macam kalau tidak ingin kami bunuh!” hardik Sudin sambil menampar mukaku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Jo, ikat dia. Biar dia ngeliat kita ngerjain kakaknya”, kata Sudin memerintah temannya.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kemudian mereka menyeretku ke kamar Ai Ling dan mengikatku di kursi dekat ranjangnya. Setelah itu mereka menggotong Ai Ling yang terus memberontak, kedalam kamarnya dan melemparnya ke atas tempat tidurnya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Ai Ling, dengar baik-baik, kalian akan kuampuni kalau kamu mau menuruti kemauan kami. Kalau kamu melawan, adikmu akan kubunuh dan kau pun akan kubunuh setelah kami puas menikmatimu. Saat ini tidak ada yang dapat menolong kalian”, kata Sudin.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sementara karena ketakutan diancam hendak dibunuh, akhirnya Ai Ling tidak berani berteriak keras-keras dan pasrah dengan nasibnya. Segera dengan tidak membuang-buang waktu mereka langsung mendekati Ai Ling yang masih terkapar di atas tempat tidur dan mulai mengerubutinya. Sudin langsung mencium muka Ai Ling, mula-mula hidung dan pipinya dijilat-jilatnya, seakan-akan sedang menikmati betapa licin dan mulusnya pipi Ai Ling tersebut, akhirnya bibir Ai Ling dilumatnya dengan ganas. Sementara kedua tangannya tidak tinggal diam, dengan nafsu meraba-raba buah dada yang mulus padat itu, kemudian meremas-remasnya dengan sangat bernafsu.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Dari mulut Ai Ling hanya terdengar jeritan lirih, “Aaagghh.., aagghh.., jaangaann.., janngaann.., aammpunn.., aammppunn..!”, “.. Jaanngaann.., peerrkoossaa.., saayyaa..!”.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Akan tetapi sambil tertawa-tawa Sudin berkata, “Tenang saja, nanti juga lo akan merasa keenakan, niihh.., gimana rasanya, enak khan pijitanku. Susumu benar-benar nikmat”, katanya sementara aktifitas kedua tangannya tetap masih meremas-remas payudara Ai Ling.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Badan Ai Ling menggeliat-geliat, tapi dia tidak dapat menghindar karena kedua teman Sudin masing-masing memegang kaki dan tangannya erat-erat sambil tertawa-tawa. Lalu mereka tidak mau kalah dengan Sudin, salah seorang di antaranya yang memegang kedua kaki Ai Ling, langsung menyingkap dan menarik lepas rok Ai Ling, sehingga terlihat celana dalam merah muda dan kedua belah paha Ai Ling yang putih mulus. Kemudian sambil menduduki kedua kaki Ai Ling, kedua tangan orang tersebut segera mengelus-elus kedua paha Ai Ling yang sudah setengah terpentang itu dengan bebas.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tangannya mula-mula hanya bermain-main di kedua paha, naik turun, tapi akhirnya secara perlahan-lahan mulai mengelus-elus belahan di antara kedua pangkal paha Ai Ling yang masih ditutupi CD itu. Tidak cukup sampai di situ, bahkan salah satu jari tengahnya dimasukan ke celana dalam Ai Ling dan dipaksakan masuk kedalam kemaluan Ai Ling yang masih sangat rapat itu. Badan Ai Ling hanya bisa menggeliat-geliat saja dan pantatnya bergerak menggeser ke kiri ke kanan mencoba menghindari tangan-tangan yang menggerayangi paha dan kemaluannya itu.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Dari mulutnya tetap terdengar jeritan, “Jaangann.., jjanngann.., aadduuhh.., aadduhh..!” dan dari kedua matanya mengalir air mata putus asa, kepalanya digeleng-gelengkan ke kiri ke kanan, menahan rasa geli yang mulai merambat ke seluruh tubuhnya. Secara perlahan-lahan pada bagian CD-nya yang menutupi belahan liang kewanitaannya mulai terlihat membasah.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Rupanya tubuh Ai Ling tidak dapat menyembunyikan reaksinya atas perasaan terangsangnya menerima perlakuan tersebut. Dengan kedua tangan yang dipegang di atas kepalanya dan kedua kaki diduduki dan di saat bersamaan mulutnya dilumat-lumat dengan ganas dan buah dadanya diremas-remas, serta elusan-elusan disertai sentuhan-sentuhan jari pada klitorisnya, membuat suatu sensasi yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, tiba-tiba melanda perasaan Ai Ling, perasaan putus asa, perasaan terhina dan ketidakberdayaan secara bersamaan menimbulkan suatu penyerahan dan kepasrahan total yang mengakibatkan suatu kenikmatan yang maha dahsyat melanda perasaan dan tubuh Ai Ling.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sungguh menyakitkan memang menyaksikan peristiwa itu. Dimana sebuah tubuh putih mulus dan cantik, sedang telentang lemas tanpa daya dikerubuti oleh tiga lelaki kasar sopir dan tukang ojek yang bertubuh hitam tidak terawat dengan tangan-tangan yang berkeliaran kemana-mana, benar-benar terlihat sangat kontras. Akhirnya Sudin menyobek lepas kaos yang dikenakan Ai Ling, sehingga sekarang Ai Ling hanya mengenakan BH dan celana dalam saja.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sudin meraba-raba dan mengelus-elus buah dada Ai Ling yang masih tertutup BH-nya sambil berkata, “Wah penasaran nih pingin lihat susunya amoy”. Katanya sambil tersenyum-senyum.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kemudian dengan perlahan-lahan Sudin membuka BH Ai Ling. Dan dengan terpesona mereka menatap payudara Ai Ling yang sangat indah itu. Buah dada Ai Ling putih mulus, tidak terlalu besar, masih sangat kencang berdiri tegak dengan ujung putingnya yang coklat muda kecil, tapi terlihat sudah mengeras karena dielus-elus dari tadi.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Wah susu Ai Ling sangat bagus ya!” kata salah seorang dari mereka sementara kedua tangannya mengusap-usap payudara Ai Ling dengan perlahan-lahan seakan-akan terpesona, karena baru sekarang dia pernah melihat buah dada indah, yang sedemikian putih dan halus itu.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Wah putingnya coklat muda. Bikin tambah nafsu saja”, kata yang lain.</div>
<div style="text-align: left;">
“Coba lihat ukuran BH-nya, eh BH-nya Triumph ukurannya 34 C”, kata salah seorang dari mereka.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kemudian ganti Sudin yang meraba-raba dan meremas-remas perlahan buah dada Ai Ling. Yang seorang lagi yang dari tadi duduk pada kedua kaki Ai Ling, tidak mau kalah juga, segera saja CD merah muda Ai Ling ditarik dengan kasar sehingga sobek dan segera dicampakkannya ke pinggir, sehingga sekarang Ai Ling benar-benar telah berada dalam keadaan polos, telanjang bulat tanpa selembar benang pun yang melekat di tubuhnya, terkapar tak berdaya dengan tangan-tangan hitam kasar mirip tangan-tangan gurita yang sedang menggerayangi lekuk-lekuk tubuh yang molek itu.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Pada bagian bawah tubuh Ai Ling yang membukit kecil di antara kedua pahanya yang putih mulus itu, kemaluannya yang kecil berbentuk garis memanjang yang menggelembung pada kedua pinggirnya, tampak ditutupi oleh bulu kemaluannya yang lebat yang berwarna coklat muda.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Hehehe, lihat tuh jembutnya lebat sekali. Aku suka sama cewek yang satu ini”.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kemudian teman Sudin langsung meraba-raba dan mengelus-elus bulu kemaluannya sambil membuka kedua paha Ai Ling makin melebar. Terlihatlah liang vaginanya yang masih rapat. Tangan hitam dan kasar itu segera menjamah liang yang sempit itu sambil menggesek-gesekan jempolnya pada tonjolan daging kecil yang terletak di bagian atasnya. Sementara puting susu Ai Ling sedang diisap-isap oleh Sudin dengan lahapnya sambil sesekali mempermainkan putingnya dengan ujung lidahnya. Sedangkan temannya yang satu lagi, yang dari tadi memegangi kedua tangan Ai Ling, sekarang sedang melumat mulut dan kedua bibir Ai Ling dengan rakus dan lidahnya dengan paksa dimasukkan ke dalam mulut Ai Ling dan mempermainkan lidah Ai Ling.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Mendapat perlakuan seperti itu, Ai Ling yang benar-benar telah tak berdaya, hanya bisa menggeliat-geliat dan mendesis lirih, “Aaaghh.., sshh.., sshh.., mmhh..!”.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Kemudian salah seorang dari mereka berkata kepada Sudin, “Din, kamu mulai duluan aja yah..!”.</div>
<div style="text-align: left;">
“OK.. ” kata Sudin dengan cepat dan segera menghentikan kegiatannya untuk membuka baju sampai celana dalamnya.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tampaklah batang kemaluannya yang telah tegang, berwarna hitam pekat, besar dengan bagian kepalanya yang bulat mengkilat dan bagian batangnya yang dikelilingi oleh urat-urat menonjol, terlihat sangat mengerikan. Setelah selesai melepaskan seluruh bajunya, dengan cepat Sudin kembali naik ke tempat tidur dan merangkak di atas badan Ai Ling. Sudin berjongkok di antara kedua paha Ai Ling, yang dengan paksa dibuka melebar oleh teman Sudin yang memegang kedua kaki Ai Ling. Mata Ai Ling terlihat terbelalak melihat benda hitam besar di antara kedua paha Sudin itu. Badan Ai Ling terlihat bergetar halus, rupanya belum-belum Ai Ling telah merasa ngilu pada kemaluannya membayangkan benda hitam besar itu nantinya akan mengaduk-aduk kemaluannya dengan ganas.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Dengan sebelah tangan bertumpu pada ranjang di samping badan Ai Ling, tangan Sudin yang satunya memegang batang penisnya dan dengan perlahan-lahan digosok-gosokkannya pada bibir kemaluan Ai Ling. Begitu kepala penis Sudin menyentuh klitoris Ai Ling, terlihat badan Ai Ling menjadi kejang dan agak berkelejotan serta dari mulutnya yang sedang dilumat oleh teman Sudin terdengar suara, “Eeehhmm..”</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sudin terus melakukan kegiatannya menggesek-gesek kepala penis pada bibir kemaluan Ai Ling, yang akhirnya menjadi licin dan basah oleh cairan yang keluar dari penis Sudin dan juga dari dalam kemaluan Ai Ling sendiri.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Merasakan bibir kemaluan Ai Ling yang telah basah itu, Sudin berkata, “Oohh rupanya lo udah terangsang juga yaa..!”</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kemudian dengan perlahan-lahan Sudin mulai menekan kepala penisnya membelah bibir kemaluan Ai Ling. Mendapat tekanan dari kepala penis Sudin, bibir kemaluan Ai Ling tertekan ke bawah dan mulai terbuka dan karena kemaluan Ai Ling telah basah, akhirnya kepala penis Sudin mulai terbenam ke dalam lubang kewanitaan Ai Ling dengan mudahnya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Disebabkan penis Sudin yang sangat besar, maka klitoris Ai Ling ikut tertarik masuk kedalam lubang kemaluannya dan terjepit oleh batang penis Sudin yang berurat menonjol itu. Hal ini menimbulkan perasaan geli dan sekaligus nikmat yang amat sangat pada diri Ai Ling, sehingga disertai badannya yang menggeliat-geliat, dengan tanpa sadar dari mulutnya terdengar suara, “Ooohh..”, yang panjang, mengikuti tekanan penis Sudin pada kemaluannya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kedua pahanya terlihat mengejang dengan kuat. Merasakan hal ini, tanpa menyia-nyiakan waktu Sudin langsung menekan habis rudalnya ke dalam vagina Ai Ling dengan ganas.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Aadduuhh.., sakiitt..!”, terdengar Ai Ling menjerit saat rudal Sudin itu menerobos masuk ke dalam liang vagina Ai Ling.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kemudian Sudin segera mendorong dengan sekuat tenaga sehingga seluruh barang miliknya amblas seluruhnya, sampai kedua pahanya yang hitam itu menekan dengan ketat paha putih mulus Ai Ling yang terkangkang itu. Memang ini bukan pertama kalinya Ai Ling disetubuhi orang, karena sebelum pacarnya keluar negeri, mereka sudap pernah melakukannya sekali, akan tetapi penis Sudin ini jauh lebih besar dan panjang daripada penis pacarnya, sehingga ketika penis Sudin menerobos masuk, meski kemaluan Ai Ling telah sangat basah, akan tetapi tetap saja Ai Ling merasa pedih. Tanpa mengenal belas kasihan, Sudin mulai memaju-mundurkan pantatnya, sehingga penisnya yang besar itu, keluar masuk berulang-ulang kedalam kemaluan Ai Ling.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sambil melakukan itu ia berkata, “Waahh, eenaak niih masih seret..!”</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sementara kedua temannya tetap sibuk mengelus-elus dan meremas-remas payudara serta membelai-belai seluruh badan Ai Ling, sambil tertawa-tawa mendengar perkataan Sudin. Sementara itu terlihat vagina Ai Ling memerah menerima tekanan dan gesekan-gesekan dari penis Sudin yang besar itu.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
“Waah.., gila sempit benar niihh, mimpi apa aku semalam”, kata Sudin.</div>
<div style="text-align: left;">
Sambil terus menyetubuhi Ai Ling dengan ganas, Sudin berkata lagi, “Hey non.., enak sekali lhhoo, benar-benar puas aku atas servismu ini.., ha.., ha.., ha..!”</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sambil tertawa-tawa dia mengocok tubuh Ai Ling habis-habisan. Sementara Ai Ling hanya bisa merintih-rintih dan menjerit-jerit.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Suara jeritannya makin lama makin lemah, diganti oleh suara mendengus-dengus, “Oohh.., oohh.., aadduhh.., aadduuhh..!”, dan badan Ai Ling tiba-tiba mengejang dengan hebat sehingga bagian pinggangnya tertekuk ke atas, rupanya tanpa dapat dicegahnya, Ai Ling mengalami orgasme dengan hebat, ada beberapa detik lamanya badannya tersentak-sentak dan akhirnya Ai Ling terkulai dengan lemas dengan kedua kakinya terkangkang lebar. Benar-benar Ai Ling mengalami kenikmatan yang hebat yang tidak terelakkan walaupun sebenarnya itu bertentangan dengan kemauannya, membuat pikirannya serasa melayang-layang.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sekarang Sudin memegang kedua pinggul Ai Ling dan menariknya keatas, sehingga pantat Ai Ling tidak terletak pada kasur lagi. Dengan posisi ini Sudin dengan leluasa menancapkan penisnya dalam-dalam ke lubang kemaluan Ai Ling dengan tanpa halangan. Sambil pantatnya dimajumundurkan, sekali-sekali Sudin menekan pantat Ai Ling rapat-rapat ke tubuhnya dan memutar-mutar pinggul Ai Ling, sehingga kemaluan Ai Ling mengocok-ngocok penis Sudin yang terbenam habis di dalamnya. Terlihat bahwa tubuh Ai Ling menggeliat-geliat dan bergerak-gerak mengikuti gerakan Sudin. Dan saking kerasnya dorongan pantat Sudin menekan pinggul Ai Ling, kedua payudara Ai Ling mengikuti goyangan tersebut dengan bergerak-gerak berputar-putar. Sementara mulut Ai Ling mendesah setiap kali Sudin menekan penisnya dalam-dalam ke lubang kemaluannya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“He.., he.., he.., akhirnya lo takluk juga yaa? Kalau nggak gini kan kamu nggak tahu enaknya yang sebenarnya!” kata Sudin tanpa berusaha menghentikan aktifitasnya.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kedua teman Sudin menyaksikan hal tersebut sambil tertawa-tawa.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
“Lihat susunya berputar-putar”, katanya. Kemudian akhirnya mereka semua menanggalkan pakaiannya masing-masing sehingga akhirnya keempat orang di ranjang tersebut semuanya telanjang bulat.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tubuh Ai Ling yang putih mulus tersebut tampak kontras dengan tubuh hitam ketiga lelaki yang sedang menggumulinya. Sementara Sudin menikmati kemaluan Ai Ling sambil meremas-remas kedua payudaranya, yang lainnya juga ikut menggesek-gesekkan penisnya pada tubuh Ai Ling. Bahkan salah seorang di antaranya memasukkan penisnya ke mulut Ai Ling, memaksa Ai Ling untuk melakukan oral sex. Pada saat yang bersamaan, Sudin memerintahkan Ai Ling untuk melakukan pijit ala Thai yaitu memijat dengan kedua payudaranya. Ai Ling yang telah takluk dan pasrah itu, hanya bisa menuruti kemauannya dengan menekan dan menggesek-gesek susunya ke seluruh tubuh Sudin.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sambil tertawa puas Sudin berkata, “Wah, baru kali ini aku ngerasain dipijat sama susu amoy. Rasanya lebih enak daripada di Kramat Tunggak”.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tak lama kemudian Sudin mengalami ejakulasi dan menumpahkan seluruh spermanya ke dalam vagina Ai Ling. Tampak ia terengah-engah. Setelah itu giliran rekan Sudin satunya, Jo yang merasakan vagina Ai Ling. Mula-mula ia melakukannya dalam posisi Ai Ling terduduk lalu dalam posisi doggy style. Sambil melakukannya ia menepuk-nepuk payudara Ai Ling yang bergerak-gerak. Sementara ia melakukan itu, teman satunya yang berambut Gondrong berada di depan Ai Ling, memaksanya untuk memasukkan penisnya ke dalam mulut Ai Ling, sehingga akhirnya Ai Ling terpaksa mengulum penisnya. Goyangan orang yang di belakang menggerakkan seluruh tubuh Ai Ling sehingga si Gondrong di depan jadi merem melek nikmat karena penisnya dikocok oleh mulut Ai Ling.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Selang sesaat mereka berganti posisi, si Gondrong yang mulanya dikulum sekarang berganti menikmati vagina Ai Ling sementara Jo dikulum penisnya. Setelah itu ia berdiri dan menyuruh Ai Ling untuk berlutut di depannya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Ai Ling. Ai Ling diperintahkan mengulum dan menjilati penisnya seolah-olah seperti permen lolipop. Ketika Ai Ling melakukannya, ia berkacak pinggang dan tertawa-tawa.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Sementara itu si Gondrong asyik meraba-raba dan menggesek-gesek klitoris dan bibir vagina Ai Ling, sehingga hal ini membuat badan Ai Ling menggelinjang-gelinjang dan dari mulutnya yang tersumbat penis Jo, terdengar erangan tertahan, “Eehhmm.., eehhmm.. “, setelah itu kedua tangan Jo yang semula berkacak pinggang, mulai meremas-remas buah dada Ai Ling yang tergantung bebas itu. Setelah puas dengan permainan itu, kemudian mereka menelentangkan Ai Ling di atas ranjang dan lelaki yang Gondrong menggesek-gesekkan penisnya ke buah dada Ai Ling dan kemudian dia menduduki dada Ai Ling dan menjepitkan penisnya diantara kedua gundukan daging kenyal tersebut, sambil mendorong pantatnya maju mundur, sehingga penisnya menggesek-gesek di antara kedua gundukan buah dada Ai Ling tersebut.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Kemudian mereka berganti posisi lagi. Kali ini giliran si Gondrong yang memasukkan penisnya ke dalam vagina Ai Ling. Ia melakukannya pada Ai Ling yang dalam posisi tidur miring. Sementara itu Jo bersimpuh di depan wajah Ai Ling dan lagi-lagi memasukkan penisnya ke dalam mulut Ai Ling. Kemudian ganti Jo yang memasukkan barangnya ke dalam kemaluan Ai Ling. Pada saat akan ejakulasi, ia mengeluarkan penisnya dan memuncratkan air maninya di payudara Ai Ling.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Si Gondrong berkata, “Eh, sialan lu padahal gua mau ngemut susunya. Eh lu semprot dengan peju lu”.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Mendengar itu, mereka semua pada tertawa. Setelah itu Jo ‘meratakan’ spermanya ke seluruh bagian dada Ai Ling, sehingga tubuh Ai Ling menjadi basah mengkilap oleh spemanya. Akhirnya kembali si Gondrong yang menikmati Ai Ling. Ia melakukannya dalam posisi duduk sementara Ai Ling telentang di depannya. Ia merentangkan kedua paha Ai Ling lebar-lebar dan memegangi pinggulnya sementara ia memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Ai Ling. Setelah itu ia memasukkan penisnya ke mulut Ai Ling yang duduk di depannya. Pada saat akan ejakulasi, ia menyemprotkan air maninya ke muka dan rambut Ai Ling dan melapnya ke seluruh bagian muka Ai Ling. Kemudian ia menyuruh Ai Ling untuk menjilati sisa sperma di batang penisnya sampai bersih.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Setelah itu kembali Sudin meminta Ai Ling mengulum penisnya sampai ia mengalami ejakulasi kedua. Pada saat ejakulasi, ia menumpahkan seluruh spermanya di dalam mulut Ai Ling, sehingga Ai Ling terpaksa menelan seluruh sperma yang dikeluarkannya. Setelah itu Sudin memerintahkan Ai Ling menjilati sisa sperma di penisnya sampai licin mengkilat. Dengan demikian maka akhirnya puaslah sudah ketiga laki-laki bejat tersebut menikmati tubuh mulus Ai Ling.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Sambil tertawa-tawa si Gondrong berkata, “Kita puas deh hari ini. Kamu memang dapat memuaskan laki-laki. Kami semua senang bisa menikmati kamu”.</div>
<div style="text-align: left;">
“Kamu tentunya puas juga khan merasakan nikmatnya kontol-kontol kami. Gimana rasanya, enak khan dinikmati oleh supir dan tukang ojek..!”, kata Sudin.</div>
<div style="text-align: left;">
“Gila nih cewek. Cakep-cakep gini ternyata suka nenggak peju”, timpal Jo. Mereka semua tertawa mendengar perkataan Jo.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ayo ah kita cabut. Kita udah puas nih. Terima kasih ya atas barang-barangnya serta ‘bonus istimewanya’”, kata Sudin.</div>
<br />
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Setelah puas akhirnya mereka membawa barang-barang jarahannya dan meninggalkan Ai Ling dalam keadaan lemas dan telanjang bulat serta menangis terisak-isak. Masih terlihat bekas cairan air mani belepotan di seprei. Sejak saat itu Sudin dan kawan-kawannya menghilang dari daerah itu.</div>
<div style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20.149999618530273px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Untunglah Ai Ling orangnya cukup tegar. Setelah menjalani terapi dengan dokter ahli, Ai Ling akhirnya secara perlahan-lahan dapat sembuh dan dapat melupakan peristiwa tragis itu. Setelah cuti satu tahun Ai Ling melanjutkan kuliahnya lagi. Ia juga dapat bergaul dengan teman-temannya seperti sebelumnya. Hal yang paling menguntungkan adalah Ai Ling tidak hamil oleh peristiwa itu. Walaupun satu hal yang tidak dapat disangkal lagi adalah bahwa Ai Ling pernah diperkosa, hal ini kami rahasiakan, hanya keluarga terdekat kami saja yang mengetahuinya.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-76210956198526335352014-06-17T21:55:00.002-07:002014-06-17T21:55:27.372-07:003 Tahun Aku Di Perkosa<div style="text-align: left;">
Saat itu aku berusia 16 tahun. Keluargaku tinggal di sebuah daerah di Jawa Tengah. Kami memang bukan orang kaya raya, tapi setidaknya kami hidup berkecukupan. Aku berkeinginan untuk melanjutkan sekolah SMU ku di Jakarta. Pada awalnya orang tuaku menolak, alasannya karena mereka menganggap hidup di Jakarta sangatlah sulit. Namun tekadku sudah bulat. Akhirnya aku berangkat dengan kereta menuju Jakarta. Perjalanan sehari semalam ini memang membuatku pegal walaupun kereta cukup nyaman. Aku sulit memejamkan mata karena terus-menerus membayangkan gemerlapnya Jakarta. Namun niatku bukan untuk bersenang-senang, aku mau belajar, menuntul ilmu setinggi-tingginya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Akhirnya kereta tiba di stasiun Gambir, kira-kira pukul 11 siang. Ternyata Jakarta sangat terik! Ini memang bukan pertama kalinya aku ke Jakarta. Pernah beberapa kali sebelumnya aku ke kota ini untuk keperluan keluarga dan liburan. Tapi kali ini aku pergi sendiri. Dengan berbekal catatan rute angkutan umum, aku beranikan diri untuk mencari bus kota. Supir taksi dan ojek pun bertubi-tubi menawarkan jasa. Aku mau irit sajalah, lagipula hanya 2 kali naik bus, bisa lahh…</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bus melaju ke selatan Jakarta, tempat dimana tante dan om ku tinggal. Jalanan cukup lancar siang itu, jam 1 aku sudah tiba di rumah mereka. Tante dan om menyambut dengan ramah. Aku langsung diantar ke kamar tamu. Mereka sudah memiliki anak berumur 3 tahun. Rumah ini memang tidak terlalu besar, namun cukup nyaman untukku. Hari itu kuhabiskan waktu untuk bermain-main dengan Dipo, anak tante dan omku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Hari-hari sekolah sudah dimulai, ini adalah tahun ajaran baru, dan aku duduk di kelas 1 SMU. Suasana belajar disini tidak seperti di kampung. Disini lebih ramai dan alat praktikumnya juga lebih lengkap. Aku sangat bersemangat sekali sekolah. Uang jajan rutin dikirim orang tuaku. Aku mengakali uang jajanku supaya bisa tersisa banyak karena ngga mungkin aku minta uang tambahan pada tante dan om ku. Masa’ udah numpang, minta uang pula… Setiap hari aku juga membantu pekerjaan rumah. Hal ini ngga aku kerjakan dengan terpaksa, karena ini juga bentuk terima kasih kepada mereka. Begitulah, setiap harinya kegiatanku, berangkat sekolah pagi-pagi, pulang jam 4 sore, bantu-bantu pekerjaan rumah. Bila ada keperluan diluar, aku usahakan untuk tidak pulang terlalu malam.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kira-kira sudah 6 bulan aku tinggal disini. Dan mulai hari itu lah banyak kejadian yang menimpa diriku. Tanteku kini mempunyai usaha tempat makan yang buka dari jam 5 sore sampai jam 1 malam. Hampir setiap ku pulang sekolah, aku tidak bertemu tanteku karena dia sudah harus berada di tempat makan tsb jam setengah 5. Jadi aku hanya akan bertemu dengan om ataupun Dipo, itu juga kalau Dipo ngga ikut pergi dengan tanteku. Pernah suatu ketika saat ku pulang sekolah, saat berganti baju di kamar, omku tiba-tiba membuka pintu. Aku kaget dan reflek menutup tubuhku yang hanya memakai bra dan cd. Dan dia langsung bilang maaf dan pergi menutup pintu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Hari-hari selanjutnya kadang ku memergoki om yang sedang melihat paha ataupun toketku. Bajuku di rumah juga ngga menggoda. Kaos dan celana pendek ataupun daster selutut. Suatu malam, om meminta tolong memijit punggung dan kakinya, katanya terkilir. Awalnya aku agak ragu, namun aku ngga mau dibilang membantah. Posisi om sudah tengkurap di atas karpet. Aku pijit bagian punggungnya walaupun aku sendiri sebenarnya tidak tau bagaimana cara memijit yang benar.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aahh, enak banget pijitanmu, Vie.. Coba ditekan lebih kuat lagi dong”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku menurut saja.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Pinggang om juga pegal, Vie, tolong bagian situ lebih lama yah”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tanganku turun ke bagian pinggannya. Ku pijat dengan 2 tangan dan ditekan lebih keras.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Enak banget, Vie, Kayaknya pinggang om udah ngga sakit lagi deh, kamu emang pintar.. Sekarang pindah ke betis dan paha om yah! Udah pegel bgt nih.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ya om,” jawabku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Pertama-tama ku pijat bagian pergelangan kakinya. Lalu pindah ke betisnya, turun lagi ke bagian pergelangan kakinya, bergitu berulang-ulang. Om memakai celana yang aga pendek setengah paha.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Udah, Vie, sekarang yg bagian paha yaa”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu kupijat bagian paha, sesuai kata om.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Mmmmhhh mmmhh”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Berulang-ulang om mengaluarkan suara seperti itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Sakit ya, om?</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ngga kok, Vie, justru enak banget malah! Coba keatasan dikit, Vi..”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Disini?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Naikan lagi dikit”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Disini?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Iyaaa, enak bgt itu, Vi!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku memijit paha bagian dalam, dekat sekali dengan selangkangannya om.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sejujurnya jariku sudah mulai pegal, namun om belum minta berhenti, malah sepertinya dia keenakan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tiba-tiba dia membalikkan badan, lalu meminta aku memijat pahanya yg bagian depan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kulihat sedikit basah di celana om. Tapi aku pura-pura ngga melihat saja.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ayo pijat, kok malah bengong?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ehhh ohh iya… Hehehe”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sambil kupijat pahanya, kulihat om merem melek dan mengeluarkan suara desahan yg pelan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Vi, kamu punya pacar?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Loh kok nanya ky gitu om?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Yaa nanya ajaaa, ngga mungkin kan anak seumuran kamu ngga punya pacar. Tenang aja, om ga akan bilang sapa-sapa.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Mmmm ya ada sih om.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Terus kamu pernah ngapain aja sama pacar kamu?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Maksud om?</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahhh kamu pura-pura ngga ngerti! Apa pernah ciuman, atau apa? Sejauh mana gitu lohh maksut om.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ehh mmm yaa biasa aja sih, om, cuma ciuman aja, sama pegang-pegang aja.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Hahaha om ngerti…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Malam itu sesi pijitnya selesai sampai disitu. Begitulah hampir setiap malam om memintaku untuk memijitnya. Kalau pulang sekolah, kadang om suka memberi uang saku untukku, tidak dikasi ke tanganku, tapi langsung ditaro di kantong bajuku. Jarinyanya kadang digerakkan dengan sengaja saat didalam saku baju, sehingga mengenai pentilku. Bagiku, uang 100ribu sangatlah banyak.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Suatu hari, aku pulang agak malam. Jam 8 aku tiba di rumah. Hanya ada om sedang menonton tv.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Dari mana kamu?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Oh.. Aku abis dari nonton sama temen-temen, om.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Yawda sana cepet mandi, abis ini pijitin om ya”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Iya”</div>
<div style="text-align: left;">
Aku menutup pintu kamar dan agak sedikit sebel karena akupun lelah, tapi masih saja harus memijit. Kulepaskan kancing bajuku satu persatu. Kuturunkan risleting rokku. Kini hanya bra dan cd saja yang menempel di tubuhku. Ku tatap tubuhku di cermin besar. Sebenarnya aku pulang malam karena tadi pacaran dulu. Kubuka kaitan bra, dan kutekan-tekan toketku perlahan. Ahh, toketku agak sakit karena tadi pacarku meremasnya dengan kencang. Pentilku juga sepertinya jadi lebih mancung akibat hisapan tadi.. Kuperhatikan bekas gigitan pacarku di samping toket kiri. Kuremas toketku perlahan dengan kedua tangan. Ahh nikmatnya… Andaikan pacarku bisa melakukan ini setiap hari. Kuperhatikan ekspresi wajahku saat ku remas toket ini. Kujepit perlahan pentilnya. Sungguh nikmatttt…</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tiba-tiba om membuka pintu! Sial!!! Aku memang lupa menguncinya! Dengan gelagapan kurain kemeja untuk menutupi badan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“A.. aaa… Apaan sih om?! Kok ngga ngetok pintu dulu sihh?!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Suaraku bergetar, aku sangat ketakutan. Terlebih lagi sekarang aku hanya pakai cd dan om melihatku penuh napsu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ngga, om cuma pengen manggil kamu aja, kirain kamu ketiduran.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ngga kok om, a.. aku inget, nanti ya a.. a aku mau mandi dulu!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Suaraku makin bergetar, om tau kalau aku sangat ketakutan. Namun dia ngga beranjak dari pintu kamarku, malah melihatku semakin lama dengan matanya yang penuh napsu. Senyumnya terlihat licik!</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu dia melangkahkan kakinya kearahku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ma mau apa?!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Vi, kamu terlihat cantik deh kalo ga pake baju. Om suka ngeliatnya..”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ng nggak!! Sana pergiii!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku lempar segala yang ada di atas tempat tidurku. Tas, jam tangan, bantal, rok. Sulit sekali melempar barang-barang tersebut sementara tangan kiriku mempertahankan kemeja seadanya yang menutupi tubuhku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Sssh, Vi, jangan galak gitu doong”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tiba-tiba dia menangkap tanganku, aku berontak sekuat tenaga, namun tetap saja aku kalah tenaga bila dibandingkan dia. Lalu dia memegang tanganku yg satu lagi. Kemejanya kini tersibak, toketku menggantung bebas dan dia tertawa. Tubuhku dihempas ke tempat tidur sementara tangannya memegang tanganku. Dia menciumiku dengan paksa, aku berontak, kupalingkan wajahku ke kanan kiri. Dia menggigit kupingku dan aku tetap melakukan perlawanan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
PLAKKKKK….!!!</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sebuah temparan keras mendarat dipipiku. Perih sekali rasanya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Diam!!! Atau setelah ini om tampar lagi pipi kamu! Kalau masih ngga mau diam, om sundut toket kamu ini pake rokok!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku hanya bisa menangis.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ampun omm, jangannnn…. Jangan…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Namun ngga digubrisnya, dia menciumi bibirku, memasukkan lidahnya. Menciumi telingaku, menjilatnya sampai basah. Ciumannya turun ke leher, digigitnya kecil-kecil. Aku ngga sanggup meronta lagi, tanganku dibekap. Lalu dia berhenti menciumiku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Toket kamu bagus banget, Vi. Om suka. Pacar kamu pasti pernah ngemut toketmu kan? Tadi aja om liat kamu remas-remas toketmu sendri! Sekarang om kasi yang lebih enak tapi jangan melawan ya! Ingat, kalo kamu melawan, om sundut kamu pakai rokok!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Perlahan tanganku dilepasnya. Lalu dia mengelus-elus dadaku sampai ke perut.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Jangan, om… Plisss…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tangisku memang sudah berhenti, hanya tersisa sesengukan. namun kata-kataku pun sepertinya ngga akan menghentikan om sialan itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tangannya mulai meraba-raba kedua toketku. Diremas-remasnya dengan kencang, sambil dicium-cium. Pentilku dimainkan dengan lidahnya, dihisap, lalu dimainkan lagi dengan lidahnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahh…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku tak sengaja mendesah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Tuh kan!! Om bilang juga apa, pasti enak kan!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu dia lanjutkan lagi kuluman pentilnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sungguh, hisapan om memang lebih enak dibandingkan pacarku. Pentilku dipelintir dengan kedua jarinya, dijepit, ditarik-tarik. Walopun sedikit sakit, tapi enak.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Nahh sekarang kamu isep punya om nih!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ta tapi Vi belom pernah ngisep ‘itu’ om! Vi takut”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Sini om ajarin ya”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu dia turunkan celana pendeknya. Om ngga pakai celana dalam, jadi penisnya langsung menyembul keluar. Aku kaget, dan merasa aneh dengan bentuknya. Baru kali ini aku melihat penis cowo secara langsung. Biasanya hanya lewat film porno.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Om menuntun tanganku untuk mengocok batang penisnya. Maju mundur. Lalu mengarahkan ujung penisnya kebibirku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Emut ini, tapi jangan sampe kena gigi.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku emut ujung penisnya perlahan, kurasakan cairan asin keluar dari situ.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahhh ya bener, Vi, enak banget! Coba masukin lebih dalam lagi!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ku masukkan batang penis lebih dalam lagi ke mulut sambil kukocok batangnya. Kulihat om merem melek saat kulakukan itu. Kepalaku didorong maju mundur olehnya. Kadang juga badannya yang bergerak maju mundur. Lalu om memasukkan penisnya jauh kedalam mulutku, rasanya sampai ke kerongkongan, aku terbatuk-batuk, ku dorong pinggulnya menjauh dari mukaku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Hahaha.. Keselek ya, Vi? Tapi yg barusan itu enak banget loh, lama-lama juga kamu terbiasa!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Udah, om. Vi ngga mau lagi..” Aku mulai menangis lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ngga!!! Udah tanggung nih, om mau jilat memek kamu Vi!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Jaa jangan…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
belom sempat kuberontak, om sudah mendorong badanku hingga terjatuh di tempat tidur. Kakiku digeser ke pinggir tempat tidur, dia mulai menciumi perutku, lalu menciumi celana dalamku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku coba menahan kaki untuk rapat, tapi percuma saja, pahaku ditahan oleh kedua tangannya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dia mulai lagi menciumi, menjilat dan menggigit vaginaku yang masih tertutup celana dalam.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aaahh oohh jang jangan ommmmm…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tapi dia terus menggerakkan bibirnya di vaginaku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sekarang jarinya meraba-raba celana dalamku yang sudah basah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Celana kamu udah basah tuh! Enak ya? Bentar lagi om kasi yang lebih enak!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Nggaaaaa!!! Jangaannn ommm!! Pliisssss!!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tapi jarinya udah menggelitik bagian klit ku. Walopun masih tertutup cd, rasanya seperti nyata.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Klit ku ditekan-tekan, kadang digerakan seperti gerakan menggaruk.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Uhhh om.. Udahhhhh!!! Pliissss!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kakikuu dibukanya makin lebar. Kepalanya berada diantara selangkanganku. Jarinya masih bermain di klitku. Lalu dia berhenti, berdiri, menyuruhku bangun dengan posisi duduk. Dia pindah duduk dibelakangku. Dadanya menempel di punggungku. Diciumi pundakku, tangan kanannya meremas payudaraku dan tangannya satunya memainkan klitku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Gimana, Vi? Enak kan? Kamu kaya gini juga ngga ke pacarmu?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bibir om tepat di telingaku, aku ngga tau mau jawab apa, rasanya cuma desahan pelan yang keluar dari mulutku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu tangannya masuk kedalam celanaku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Wah, kamu udah becek banget, Vi. Enak nih, licin!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tangannya berputar-putar di vaginaku, sesekali menyentuh klit. Aku mendesah agak keras saat jarinya menyentuh klit. Om menyadari itu, lalu dengan sengaja, dia mainkan jarinya di klitku sementara tangan satunya lagi memilin pentilku dengan cepat.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahhh om.. U udah udahhh!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tapi gerakan jarinya makin cepat di klitku. Ku rasakan darahku mengalir sampai ke ubun-ubun. Aku ngga tau perasaan apa ini. Sangat aneh tapi enak sekali. Jarinya bergerak makin cepat dan ditekan semakin dalam. Sektika aku merasakan sesuatu yang aneh yang membuat seluruh tubuhku mengejang.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahhh om!!! Apaan ini!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Nikmatin aja, Vi, ini pasti bakalan enak banget kok, percaya deh sama om!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ternyata benar, seketika itu tubuhku mengejang, kurasakan denyutan di klit dan diseluruh tubuhku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ommm udah, udah!!! St stoppp!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Gimana? Enak kan?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku ngga menjawab, seluruh tubuhku masih terasa ngilu.</div>
<div style="text-align: left;">
Lalu om bangun dari tempat tidurku, dia berlutut diantara kedua kakiku. Diturunkan cdku perlahan. Toketku dan pentilku diciumi sambil melepaskan cdku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sekarang aku benar-benar telanjang di depan omku. Aku lihat dia berdiri dengan penis yang tegak. Dia memuji-muji tubuhku sambil mengocok penisnya. Vaginaku diusap-usap sambil sesekali memainkan klitku yang masih ngilu karena orgasme tadi. Lalu dia jilat-jilat vaginaku. Lidahnya masuk kedalam lubang vaginaku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Jangan!!! Jangan dimasukin om!! Plisss”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tapi lidahnya terus masuk kedalam vaginaku, membuat sensasi geli dan enak, tapi aku juga takut. Takut kalo selaput daraku akan sobek karena jilatan itu. Lidah nya terus menari-nari di liang vaginaku. Sepertinya banyak sekali cairan yang aku keluarkan, tapi om ngga peduli, dia jilat habisss semua cairanku. Jarinya semakin menggila memainkan klit ku. Dan aku mendapatkan orgasme yang kedua.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahh ommm, ahhhhhh uhhh”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ngga ada lagi kata yang bisa kuucapkan selain desahan. Vaginaku berkedut hebat seiring detak jantung. Klitku terasa ngilu sekali.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Vi, kalo kamu orgasme kaya tadi, bikin memek kamu makin lebar. Sini om kasi yang lebih enak lagi dibanding yang barusan!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ja jangan om! Vi masih perawan, Vi ngga mauu!!! Ja jangannn om!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku meronta sekuat tenaga.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
PLAKKKK…!!!</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tamparan mendarat di pipiku. Ini lebih perih dari yang pertama.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku cuma bisa menangis, saat om menggesek-gesekkan penisnya di bibir vaginaku. Aku coba merapatkan paha namun sia-sia. Kalah tenaga.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Perlahan-lahan kepala penisnya menerobos bibir vaginaku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ssss sa sakitttt ommm!!! Sakitttt!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
Om ngga peduli. Dia tetap mendorong penisnya. Ku cengkram lengannya kuat-kuat. Sedangkan tanga satunya lagi mencengkram sperei yang sudah berantakan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Perih dan sakit sekali saat ujung penis itu masuk walaupun perlahan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Liat nih, Vi, kepala ****** om udah masuk!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku ngga mempedulikannya. Aku cuma meringis menahan sakit.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Om masih berusaha memasukan penisnya, kulihat batang penisnya berlumuran darah namun ngga begitu banyak. Aku tau, itu darah perawanku. Air mataku mengalir karena ku menyesali kenapa harus kehilangan keperawananku dengan cara seperti ini.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Penis om masuk semaik dalam. Kurasakan penisnya berhimpitan dengan tulang-tulang dalam vaginaku. Lalu penisnya digerakkan mundur perlahan, lalu bergerak maju, begitu seterusnya. Sungguh, aku ngga merasakan nikmat. Hanya sakit yang kurasakan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Uhh.. Sssaakittt ommm!! Pe pelannn pelllannn…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Penisnya bergerak maju mundur, dan sesekali dia tegangkan penisnya sehingga membuatku mendesah lebih kencang. Kedua pentilku sambil dipelintir dengan tangannya dan penisnya bergerak maju mundur. Kali ini sedikit lebih cepat. Kulihat om mengeluarkan desahan yang semakin kencang. Dagunya terangkat dan matanya terpejam.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aaahh, Vi… Om mau keluar nih… Ahhhhh”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku mengerti kalau om sudah akan ejakulasi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dia cabut penisnya dan air mani bermuncratan ke perutku. Rasanya hangat. Om masih mengocok batang penisnya yang berlumuran darah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aahhh Vi, memek kamu eennnnakkkk banget, peju om sampe keluar benyak banget kan tuhh… Coba kamu jilat peju om deh…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu om menuntun jariku, mencolek peju yang berlumuran diatas perutku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Coba buka mulutnya”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Jari ber-peju itu ditempel ke lidahku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Gimana rasanya?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Anehh om, ngga enak ah”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Hahaha kamu nanti lama-lama bakal ketagihan loh! Dah sana kamu mandi. Sepreinya dicuci, tuh darah perawan kamu tumpah-tumpah. Inget ya, Vi, jangan bilang siapa-siapa. Kalo ngga, badan kamu yg bagus ini bakalan kena sundut rokok, mungkin juga lebih dari itu.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku cuma diam.</div>
<div style="text-align: left;">
Saat itu cuma ada dendam terhadap om ku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Begitulah setiap harinya, hampir setiap malam kalau tante dan Dipo ngga ada dirumah, aku jadi budak napsu om bejat itu. Permintaannya pun semakin aneh-aneh. Kadang dia ikat tangan ku dan menyumpal mulutku dengan celana dalam yg kupakai lalu badanku dilumuri lelehan coklat dan dia jilat seluruh badanku. Pernah pentilku dijepit dengan jepitan jemuran dan lubang vaginaku dimasukkan vibrator selama 3 jam, lalu aku disuruh melakukan tarian erotis.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Salah satunya kejadiannya seperti ini…</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Suatu hari tante ada keperluan di luar kota selama 3 hari. Di rumah hanya tinggal aku, om dan Dipo. Setiap malam selama 3 hari itu, om selalu menyelinap ke kamarku. Aku yang sedang tertidur tiba-tiba merasakan ada tangan yang menyelinap kebawah dasterku. Jari-jarinya masuk, dikocoknya g-spotku sampai aku orgasme. Aku memang ngga pernah memakai bra dan cd saat tidur jadi membuatnya semakin mudah saja. Ternyata om sudah menyiapkan ‘peralatan’ untuk menyiksaku. Dia telanjangi aku dan menyumpal mulutku dengan celana dalamnya. Lalu tanganku diikat ke teralis jendela. Kaki ku diikat ke ujung kaki tempat tidur sehingga tubuhku membentuk huruf X. Lalu om keluar kamar dan kembali dengan membawa plastik hitam. Dia mengeluarkan jepitan jemuran. Jepitan jemuran diarahkan ke pentilku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Jaangan om! Itu pasti sakit!! Ja…..”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Suaraku terdengar tidak jelas karena disumpal</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Jlepppp!!!!</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Jepitan jemuran itu kini sudah menjepit pentil kiriku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahhhhhhh.. sakiiittt! Ampunn omm!!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Jlepppp!!!</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kini pentil kananku juga dijepit dengan jepitan jemuran.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dia tersenyum melihat ekspresiku yang kesakitan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Rambutku dijambak dan diciumi sambil meremas-remas toketku yang menegang.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Kamu udah jadi budakku! Kamu harus nurut!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sekarang dia meraih tas plastik hitam yang tadi dibawa.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ada kain panjang berwarna hitam lalu dia lilitkan dikepalaku, menutupi mata.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sekarang aku ngga bisa lihat apapun.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu terdengar bunyi sesuatu yang dikeluarkan dari tas plastik. Aku ngga tau apa itu. Om cuma tertawa pelan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Benda itu mengeluarkan suara getaran.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Zzzzzz zzzzz zzzzz</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ahh! Tidaaakk!! Itu pasti vibrator!</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kukerahkan tenaga ku untuk melepaskan tali yang mengikat dan tiba-tiba vibrator itu berada di bibir vagina. Bergetar di klitorisku, ditekan dengan kuat disitu dan akhirnya aku orgasme.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Om tertawa melihatku orgasme karena vibrator itu. Lalu dia masukkan kedalam vaginaku. Speednya pun bertambah makin cepat. Vaginaku dikocok dengan vibrator. Sensasinya memang luar biasa apalagi kalau dilakukan dengan cepat.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Mmmmhhh!!! Mmmhhh!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Eranganku tidak terdengar jelas saat vibrator itu dicopot dan diletakkan di penjepit jemuran yang kini menjepit pentilku. Lalu dimasukkan lagi ke vaginaku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tak lama kemudian aku pun orgasme. Kakiku mengejang dan tubuhku ahirnya terkulai lemas. Namun om tetap membiarkan vibratornya didalam vaginaku</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Tenang Vi sayang, aku akan menaruh vibrator ini selama 5 jam di dalam memek kamu.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aahh!!! Ngga!!! Ngga mau!!! Dasar bajingan!!! Sialan!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Walau suaraku tidak terdengar jelas, aku yakin om tau perkataanku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Namun dia diam saja disampingku sambil meraba toketku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Terdengar suara plastik diambil, sepertinya om mengambil sesuatu lagi didalam situ.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Vi, aku masih punya 1 lagi nih!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ternyata masih ada 1 lagi vibrator. Lalu dia nyalakan dan dia tempelkan vibrator itu di penjepit jemuran yang kini menjepit pentilku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku rasakan sensai geli dan sakit secara bersamaan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Gimana, Vi? Yang ini pasti lebih enak.”</div>
<div style="text-align: left;">
Saat itu aku berusia 16 tahun. Keluargaku tinggal di sebuah daerah di Jawa Tengah. Kami memang bukan orang kaya raya, tapi setidaknya kami hidup berkecukupan. Aku berkeinginan untuk melanjutkan sekolah SMU ku di Jakarta. Pada awalnya orang tuaku menolak, alasannya karena mereka menganggap hidup di Jakarta sangatlah sulit. Namun tekadku sudah bulat. Akhirnya aku berangkat dengan kereta menuju Jakarta. Perjalanan sehari semalam ini memang membuatku pegal walaupun kereta cukup nyaman. Aku sulit memejamkan mata karena terus-menerus membayangkan gemerlapnya Jakarta. Namun niatku bukan untuk bersenang-senang, aku mau belajar, menuntul ilmu setinggi-tingginya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Akhirnya kereta tiba di stasiun Gambir, kira-kira pukul 11 siang. Ternyata Jakarta sangat terik! Ini memang bukan pertama kalinya aku ke Jakarta. Pernah beberapa kali sebelumnya aku ke kota ini untuk keperluan keluarga dan liburan. Tapi kali ini aku pergi sendiri. Dengan berbekal catatan rute angkutan umum, aku beranikan diri untuk mencari bus kota. Supir taksi dan ojek pun bertubi-tubi menawarkan jasa. Aku mau irit sajalah, lagipula hanya 2 kali naik bus, bisa lahh…</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bus melaju ke selatan Jakarta, tempat dimana tante dan om ku tinggal. Jalanan cukup lancar siang itu, jam 1 aku sudah tiba di rumah mereka. Tante dan om menyambut dengan ramah. Aku langsung diantar ke kamar tamu. Mereka sudah memiliki anak berumur 3 tahun. Rumah ini memang tidak terlalu besar, namun cukup nyaman untukku. Hari itu kuhabiskan waktu untuk bermain-main dengan Dipo, anak tante dan omku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Hari-hari sekolah sudah dimulai, ini adalah tahun ajaran baru, dan aku duduk di kelas 1 SMU. Suasana belajar disini tidak seperti di kampung. Disini lebih ramai dan alat praktikumnya juga lebih lengkap. Aku sangat bersemangat sekali sekolah. Uang jajan rutin dikirim orang tuaku. Aku mengakali uang jajanku supaya bisa tersisa banyak karena ngga mungkin aku minta uang tambahan pada tante dan om ku. Masa’ udah numpang, minta uang pula… Setiap hari aku juga membantu pekerjaan rumah. Hal ini ngga aku kerjakan dengan terpaksa, karena ini juga bentuk terima kasih kepada mereka. Begitulah, setiap harinya kegiatanku, berangkat sekolah pagi-pagi, pulang jam 4 sore, bantu-bantu pekerjaan rumah. Bila ada keperluan diluar, aku usahakan untuk tidak pulang terlalu malam.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kira-kira sudah 6 bulan aku tinggal disini. Dan mulai hari itu lah banyak kejadian yang menimpa diriku. Tanteku kini mempunyai usaha tempat makan yang buka dari jam 5 sore sampai jam 1 malam. Hampir setiap ku pulang sekolah, aku tidak bertemu tanteku karena dia sudah harus berada di tempat makan tsb jam setengah 5. Jadi aku hanya akan bertemu dengan om ataupun Dipo, itu juga kalau Dipo ngga ikut pergi dengan tanteku. Pernah suatu ketika saat ku pulang sekolah, saat berganti baju di kamar, omku tiba-tiba membuka pintu. Aku kaget dan reflek menutup tubuhku yang hanya memakai bra dan cd. Dan dia langsung bilang maaf dan pergi menutup pintu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Hari-hari selanjutnya kadang ku memergoki om yang sedang melihat paha ataupun toketku. Bajuku di rumah juga ngga menggoda. Kaos dan celana pendek ataupun daster selutut. Suatu malam, om meminta tolong memijit punggung dan kakinya, katanya terkilir. Awalnya aku agak ragu, namun aku ngga mau dibilang membantah. Posisi om sudah tengkurap di atas karpet. Aku pijit bagian punggungnya walaupun aku sendiri sebenarnya tidak tau bagaimana cara memijit yang benar.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aahh, enak banget pijitanmu, Vie.. Coba ditekan lebih kuat lagi dong”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku menurut saja.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Pinggang om juga pegal, Vie, tolong bagian situ lebih lama yah”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tanganku turun ke bagian pinggannya. Ku pijat dengan 2 tangan dan ditekan lebih keras.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Enak banget, Vie, Kayaknya pinggang om udah ngga sakit lagi deh, kamu emang pintar.. Sekarang pindah ke betis dan paha om yah! Udah pegel bgt nih.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ya om,” jawabku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Pertama-tama ku pijat bagian pergelangan kakinya. Lalu pindah ke betisnya, turun lagi ke bagian pergelangan kakinya, bergitu berulang-ulang. Om memakai celana yang aga pendek setengah paha.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Udah, Vie, sekarang yg bagian paha yaa”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu kupijat bagian paha, sesuai kata om.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Mmmmhhh mmmhh”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Berulang-ulang om mengaluarkan suara seperti itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Sakit ya, om?</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ngga kok, Vie, justru enak banget malah! Coba keatasan dikit, Vi..”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Disini?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Naikan lagi dikit”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Disini?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Iyaaa, enak bgt itu, Vi!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku memijit paha bagian dalam, dekat sekali dengan selangkangannya om.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sejujurnya jariku sudah mulai pegal, namun om belum minta berhenti, malah sepertinya dia keenakan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tiba-tiba dia membalikkan badan, lalu meminta aku memijat pahanya yg bagian depan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kulihat sedikit basah di celana om. Tapi aku pura-pura ngga melihat saja.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ayo pijat, kok malah bengong?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ehhh ohh iya… Hehehe”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sambil kupijat pahanya, kulihat om merem melek dan mengeluarkan suara desahan yg pelan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Vi, kamu punya pacar?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Loh kok nanya ky gitu om?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Yaa nanya ajaaa, ngga mungkin kan anak seumuran kamu ngga punya pacar. Tenang aja, om ga akan bilang sapa-sapa.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Mmmm ya ada sih om.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Terus kamu pernah ngapain aja sama pacar kamu?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Maksud om?</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahhh kamu pura-pura ngga ngerti! Apa pernah ciuman, atau apa? Sejauh mana gitu lohh maksut om.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ehh mmm yaa biasa aja sih, om, cuma ciuman aja, sama pegang-pegang aja.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Hahaha om ngerti…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Malam itu sesi pijitnya selesai sampai disitu. Begitulah hampir setiap malam om memintaku untuk memijitnya. Kalau pulang sekolah, kadang om suka memberi uang saku untukku, tidak dikasi ke tanganku, tapi langsung ditaro di kantong bajuku. Jarinyanya kadang digerakkan dengan sengaja saat didalam saku baju, sehingga mengenai pentilku. Bagiku, uang 100ribu sangatlah banyak.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Suatu hari, aku pulang agak malam. Jam 8 aku tiba di rumah. Hanya ada om sedang menonton tv.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Dari mana kamu?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Oh.. Aku abis dari nonton sama temen-temen, om.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Yawda sana cepet mandi, abis ini pijitin om ya”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Iya”</div>
<div style="text-align: left;">
Aku menutup pintu kamar dan agak sedikit sebel karena akupun lelah, tapi masih saja harus memijit. Kulepaskan kancing bajuku satu persatu. Kuturunkan risleting rokku. Kini hanya bra dan cd saja yang menempel di tubuhku. Ku tatap tubuhku di cermin besar. Sebenarnya aku pulang malam karena tadi pacaran dulu. Kubuka kaitan bra, dan kutekan-tekan toketku perlahan. Ahh, toketku agak sakit karena tadi pacarku meremasnya dengan kencang. Pentilku juga sepertinya jadi lebih mancung akibat hisapan tadi.. Kuperhatikan bekas gigitan pacarku di samping toket kiri. Kuremas toketku perlahan dengan kedua tangan. Ahh nikmatnya… Andaikan pacarku bisa melakukan ini setiap hari. Kuperhatikan ekspresi wajahku saat ku remas toket ini. Kujepit perlahan pentilnya. Sungguh nikmatttt…</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tiba-tiba om membuka pintu! Sial!!! Aku memang lupa menguncinya! Dengan gelagapan kurain kemeja untuk menutupi badan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“A.. aaa… Apaan sih om?! Kok ngga ngetok pintu dulu sihh?!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Suaraku bergetar, aku sangat ketakutan. Terlebih lagi sekarang aku hanya pakai cd dan om melihatku penuh napsu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ngga, om cuma pengen manggil kamu aja, kirain kamu ketiduran.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ngga kok om, a.. aku inget, nanti ya a.. a aku mau mandi dulu!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Suaraku makin bergetar, om tau kalau aku sangat ketakutan. Namun dia ngga beranjak dari pintu kamarku, malah melihatku semakin lama dengan matanya yang penuh napsu. Senyumnya terlihat licik!</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu dia melangkahkan kakinya kearahku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ma mau apa?!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Vi, kamu terlihat cantik deh kalo ga pake baju. Om suka ngeliatnya..”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ng nggak!! Sana pergiii!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku lempar segala yang ada di atas tempat tidurku. Tas, jam tangan, bantal, rok. Sulit sekali melempar barang-barang tersebut sementara tangan kiriku mempertahankan kemeja seadanya yang menutupi tubuhku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Sssh, Vi, jangan galak gitu doong”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tiba-tiba dia menangkap tanganku, aku berontak sekuat tenaga, namun tetap saja aku kalah tenaga bila dibandingkan dia. Lalu dia memegang tanganku yg satu lagi. Kemejanya kini tersibak, toketku menggantung bebas dan dia tertawa. Tubuhku dihempas ke tempat tidur sementara tangannya memegang tanganku. Dia menciumiku dengan paksa, aku berontak, kupalingkan wajahku ke kanan kiri. Dia menggigit kupingku dan aku tetap melakukan perlawanan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
PLAKKKKK….!!!</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sebuah temparan keras mendarat dipipiku. Perih sekali rasanya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Diam!!! Atau setelah ini om tampar lagi pipi kamu! Kalau masih ngga mau diam, om sundut toket kamu ini pake rokok!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku hanya bisa menangis.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ampun omm, jangannnn…. Jangan…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Namun ngga digubrisnya, dia menciumi bibirku, memasukkan lidahnya. Menciumi telingaku, menjilatnya sampai basah. Ciumannya turun ke leher, digigitnya kecil-kecil. Aku ngga sanggup meronta lagi, tanganku dibekap. Lalu dia berhenti menciumiku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Toket kamu bagus banget, Vi. Om suka. Pacar kamu pasti pernah ngemut toketmu kan? Tadi aja om liat kamu remas-remas toketmu sendri! Sekarang om kasi yang lebih enak tapi jangan melawan ya! Ingat, kalo kamu melawan, om sundut kamu pakai rokok!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Perlahan tanganku dilepasnya. Lalu dia mengelus-elus dadaku sampai ke perut.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Jangan, om… Plisss…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tangisku memang sudah berhenti, hanya tersisa sesengukan. namun kata-kataku pun sepertinya ngga akan menghentikan om sialan itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tangannya mulai meraba-raba kedua toketku. Diremas-remasnya dengan kencang, sambil dicium-cium. Pentilku dimainkan dengan lidahnya, dihisap, lalu dimainkan lagi dengan lidahnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahh…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku tak sengaja mendesah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Tuh kan!! Om bilang juga apa, pasti enak kan!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu dia lanjutkan lagi kuluman pentilnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sungguh, hisapan om memang lebih enak dibandingkan pacarku. Pentilku dipelintir dengan kedua jarinya, dijepit, ditarik-tarik. Walopun sedikit sakit, tapi enak.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Nahh sekarang kamu isep punya om nih!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ta tapi Vi belom pernah ngisep ‘itu’ om! Vi takut”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Sini om ajarin ya”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu dia turunkan celana pendeknya. Om ngga pakai celana dalam, jadi penisnya langsung menyembul keluar. Aku kaget, dan merasa aneh dengan bentuknya. Baru kali ini aku melihat penis cowo secara langsung. Biasanya hanya lewat film porno.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Om menuntun tanganku untuk mengocok batang penisnya. Maju mundur. Lalu mengarahkan ujung penisnya kebibirku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Emut ini, tapi jangan sampe kena gigi.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku emut ujung penisnya perlahan, kurasakan cairan asin keluar dari situ.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahhh ya bener, Vi, enak banget! Coba masukin lebih dalam lagi!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ku masukkan batang penis lebih dalam lagi ke mulut sambil kukocok batangnya. Kulihat om merem melek saat kulakukan itu. Kepalaku didorong maju mundur olehnya. Kadang juga badannya yang bergerak maju mundur. Lalu om memasukkan penisnya jauh kedalam mulutku, rasanya sampai ke kerongkongan, aku terbatuk-batuk, ku dorong pinggulnya menjauh dari mukaku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Hahaha.. Keselek ya, Vi? Tapi yg barusan itu enak banget loh, lama-lama juga kamu terbiasa!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Udah, om. Vi ngga mau lagi..” Aku mulai menangis lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ngga!!! Udah tanggung nih, om mau jilat memek kamu Vi!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Jaa jangan…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
belom sempat kuberontak, om sudah mendorong badanku hingga terjatuh di tempat tidur. Kakiku digeser ke pinggir tempat tidur, dia mulai menciumi perutku, lalu menciumi celana dalamku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku coba menahan kaki untuk rapat, tapi percuma saja, pahaku ditahan oleh kedua tangannya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dia mulai lagi menciumi, menjilat dan menggigit vaginaku yang masih tertutup celana dalam.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aaahh oohh jang jangan ommmmm…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tapi dia terus menggerakkan bibirnya di vaginaku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sekarang jarinya meraba-raba celana dalamku yang sudah basah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Celana kamu udah basah tuh! Enak ya? Bentar lagi om kasi yang lebih enak!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Nggaaaaa!!! Jangaannn ommm!! Pliisssss!!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tapi jarinya udah menggelitik bagian klit ku. Walopun masih tertutup cd, rasanya seperti nyata.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Klit ku ditekan-tekan, kadang digerakan seperti gerakan menggaruk.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Uhhh om.. Udahhhhh!!! Pliissss!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kakikuu dibukanya makin lebar. Kepalanya berada diantara selangkanganku. Jarinya masih bermain di klitku. Lalu dia berhenti, berdiri, menyuruhku bangun dengan posisi duduk. Dia pindah duduk dibelakangku. Dadanya menempel di punggungku. Diciumi pundakku, tangan kanannya meremas payudaraku dan tangannya satunya memainkan klitku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Gimana, Vi? Enak kan? Kamu kaya gini juga ngga ke pacarmu?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bibir om tepat di telingaku, aku ngga tau mau jawab apa, rasanya cuma desahan pelan yang keluar dari mulutku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu tangannya masuk kedalam celanaku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Wah, kamu udah becek banget, Vi. Enak nih, licin!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tangannya berputar-putar di vaginaku, sesekali menyentuh klit. Aku mendesah agak keras saat jarinya menyentuh klit. Om menyadari itu, lalu dengan sengaja, dia mainkan jarinya di klitku sementara tangan satunya lagi memilin pentilku dengan cepat.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahhh om.. U udah udahhh!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tapi gerakan jarinya makin cepat di klitku. Ku rasakan darahku mengalir sampai ke ubun-ubun. Aku ngga tau perasaan apa ini. Sangat aneh tapi enak sekali. Jarinya bergerak makin cepat dan ditekan semakin dalam. Sektika aku merasakan sesuatu yang aneh yang membuat seluruh tubuhku mengejang.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahhh om!!! Apaan ini!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Nikmatin aja, Vi, ini pasti bakalan enak banget kok, percaya deh sama om!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ternyata benar, seketika itu tubuhku mengejang, kurasakan denyutan di klit dan diseluruh tubuhku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ommm udah, udah!!! St stoppp!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Gimana? Enak kan?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku ngga menjawab, seluruh tubuhku masih terasa ngilu.</div>
<div style="text-align: left;">
Lalu om bangun dari tempat tidurku, dia berlutut diantara kedua kakiku. Diturunkan cdku perlahan. Toketku dan pentilku diciumi sambil melepaskan cdku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sekarang aku benar-benar telanjang di depan omku. Aku lihat dia berdiri dengan penis yang tegak. Dia memuji-muji tubuhku sambil mengocok penisnya. Vaginaku diusap-usap sambil sesekali memainkan klitku yang masih ngilu karena orgasme tadi. Lalu dia jilat-jilat vaginaku. Lidahnya masuk kedalam lubang vaginaku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Jangan!!! Jangan dimasukin om!! Plisss”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tapi lidahnya terus masuk kedalam vaginaku, membuat sensasi geli dan enak, tapi aku juga takut. Takut kalo selaput daraku akan sobek karena jilatan itu. Lidah nya terus menari-nari di liang vaginaku. Sepertinya banyak sekali cairan yang aku keluarkan, tapi om ngga peduli, dia jilat habisss semua cairanku. Jarinya semakin menggila memainkan klit ku. Dan aku mendapatkan orgasme yang kedua.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahh ommm, ahhhhhh uhhh”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ngga ada lagi kata yang bisa kuucapkan selain desahan. Vaginaku berkedut hebat seiring detak jantung. Klitku terasa ngilu sekali.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Vi, kalo kamu orgasme kaya tadi, bikin memek kamu makin lebar. Sini om kasi yang lebih enak lagi dibanding yang barusan!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ja jangan om! Vi masih perawan, Vi ngga mauu!!! Ja jangannn om!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku meronta sekuat tenaga.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
PLAKKKK…!!!</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tamparan mendarat di pipiku. Ini lebih perih dari yang pertama.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku cuma bisa menangis, saat om menggesek-gesekkan penisnya di bibir vaginaku. Aku coba merapatkan paha namun sia-sia. Kalah tenaga.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Perlahan-lahan kepala penisnya menerobos bibir vaginaku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ssss sa sakitttt ommm!!! Sakitttt!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
Om ngga peduli. Dia tetap mendorong penisnya. Ku cengkram lengannya kuat-kuat. Sedangkan tanga satunya lagi mencengkram sperei yang sudah berantakan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Perih dan sakit sekali saat ujung penis itu masuk walaupun perlahan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Liat nih, Vi, kepala ****** om udah masuk!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku ngga mempedulikannya. Aku cuma meringis menahan sakit.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Om masih berusaha memasukan penisnya, kulihat batang penisnya berlumuran darah namun ngga begitu banyak. Aku tau, itu darah perawanku. Air mataku mengalir karena ku menyesali kenapa harus kehilangan keperawananku dengan cara seperti ini.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Penis om masuk semaik dalam. Kurasakan penisnya berhimpitan dengan tulang-tulang dalam vaginaku. Lalu penisnya digerakkan mundur perlahan, lalu bergerak maju, begitu seterusnya. Sungguh, aku ngga merasakan nikmat. Hanya sakit yang kurasakan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Uhh.. Sssaakittt ommm!! Pe pelannn pelllannn…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Penisnya bergerak maju mundur, dan sesekali dia tegangkan penisnya sehingga membuatku mendesah lebih kencang. Kedua pentilku sambil dipelintir dengan tangannya dan penisnya bergerak maju mundur. Kali ini sedikit lebih cepat. Kulihat om mengeluarkan desahan yang semakin kencang. Dagunya terangkat dan matanya terpejam.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aaahh, Vi… Om mau keluar nih… Ahhhhh”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku mengerti kalau om sudah akan ejakulasi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dia cabut penisnya dan air mani bermuncratan ke perutku. Rasanya hangat. Om masih mengocok batang penisnya yang berlumuran darah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aahhh Vi, memek kamu eennnnakkkk banget, peju om sampe keluar benyak banget kan tuhh… Coba kamu jilat peju om deh…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu om menuntun jariku, mencolek peju yang berlumuran diatas perutku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Coba buka mulutnya”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Jari ber-peju itu ditempel ke lidahku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Gimana rasanya?”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Anehh om, ngga enak ah”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Hahaha kamu nanti lama-lama bakal ketagihan loh! Dah sana kamu mandi. Sepreinya dicuci, tuh darah perawan kamu tumpah-tumpah. Inget ya, Vi, jangan bilang siapa-siapa. Kalo ngga, badan kamu yg bagus ini bakalan kena sundut rokok, mungkin juga lebih dari itu.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku cuma diam.</div>
<div style="text-align: left;">
Saat itu cuma ada dendam terhadap om ku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Begitulah setiap harinya, hampir setiap malam kalau tante dan Dipo ngga ada dirumah, aku jadi budak napsu om bejat itu. Permintaannya pun semakin aneh-aneh. Kadang dia ikat tangan ku dan menyumpal mulutku dengan celana dalam yg kupakai lalu badanku dilumuri lelehan coklat dan dia jilat seluruh badanku. Pernah pentilku dijepit dengan jepitan jemuran dan lubang vaginaku dimasukkan vibrator selama 3 jam, lalu aku disuruh melakukan tarian erotis.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Salah satunya kejadiannya seperti ini…</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Suatu hari tante ada keperluan di luar kota selama 3 hari. Di rumah hanya tinggal aku, om dan Dipo. Setiap malam selama 3 hari itu, om selalu menyelinap ke kamarku. Aku yang sedang tertidur tiba-tiba merasakan ada tangan yang menyelinap kebawah dasterku. Jari-jarinya masuk, dikocoknya g-spotku sampai aku orgasme. Aku memang ngga pernah memakai bra dan cd saat tidur jadi membuatnya semakin mudah saja. Ternyata om sudah menyiapkan ‘peralatan’ untuk menyiksaku. Dia telanjangi aku dan menyumpal mulutku dengan celana dalamnya. Lalu tanganku diikat ke teralis jendela. Kaki ku diikat ke ujung kaki tempat tidur sehingga tubuhku membentuk huruf X. Lalu om keluar kamar dan kembali dengan membawa plastik hitam. Dia mengeluarkan jepitan jemuran. Jepitan jemuran diarahkan ke pentilku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Jaangan om! Itu pasti sakit!! Ja…..”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Suaraku terdengar tidak jelas karena disumpal</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Jlepppp!!!!</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Jepitan jemuran itu kini sudah menjepit pentil kiriku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ahhhhhhh.. sakiiittt! Ampunn omm!!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Jlepppp!!!</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kini pentil kananku juga dijepit dengan jepitan jemuran.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dia tersenyum melihat ekspresiku yang kesakitan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Rambutku dijambak dan diciumi sambil meremas-remas toketku yang menegang.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Kamu udah jadi budakku! Kamu harus nurut!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sekarang dia meraih tas plastik hitam yang tadi dibawa.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ada kain panjang berwarna hitam lalu dia lilitkan dikepalaku, menutupi mata.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sekarang aku ngga bisa lihat apapun.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu terdengar bunyi sesuatu yang dikeluarkan dari tas plastik. Aku ngga tau apa itu. Om cuma tertawa pelan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Benda itu mengeluarkan suara getaran.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Zzzzzz zzzzz zzzzz</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ahh! Tidaaakk!! Itu pasti vibrator!</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kukerahkan tenaga ku untuk melepaskan tali yang mengikat dan tiba-tiba vibrator itu berada di bibir vagina. Bergetar di klitorisku, ditekan dengan kuat disitu dan akhirnya aku orgasme.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Om tertawa melihatku orgasme karena vibrator itu. Lalu dia masukkan kedalam vaginaku. Speednya pun bertambah makin cepat. Vaginaku dikocok dengan vibrator. Sensasinya memang luar biasa apalagi kalau dilakukan dengan cepat.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Mmmmhhh!!! Mmmhhh!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Eranganku tidak terdengar jelas saat vibrator itu dicopot dan diletakkan di penjepit jemuran yang kini menjepit pentilku. Lalu dimasukkan lagi ke vaginaku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tak lama kemudian aku pun orgasme. Kakiku mengejang dan tubuhku ahirnya terkulai lemas. Namun om tetap membiarkan vibratornya didalam vaginaku</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Tenang Vi sayang, aku akan menaruh vibrator ini selama 5 jam di dalam memek kamu.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aahh!!! Ngga!!! Ngga mau!!! Dasar bajingan!!! Sialan!!!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Walau suaraku tidak terdengar jelas, aku yakin om tau perkataanku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Namun dia diam saja disampingku sambil meraba toketku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Terdengar suara plastik diambil, sepertinya om mengambil sesuatu lagi didalam situ.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Vi, aku masih punya 1 lagi nih!”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ternyata masih ada 1 lagi vibrator. Lalu dia nyalakan dan dia tempelkan vibrator itu di penjepit jemuran yang kini menjepit pentilku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku rasakan sensai geli dan sakit secara bersamaan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Gimana, Vi? Yang ini pasti lebih enak.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tak lama kemudian aku orgasme hebat karena vibrator dalam vaginaku. Dan itu berlangsung selama 5 jam. Entah berapa orgasme yang kudapatkan, pastinya lebih dari 10 kali.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sudah jam 5 subuh. Om melepaskan penutup mataku. Kulihat dia telanjang dengan penis yang tegak.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Vi, om udah napsu banget dari 5 jam lalu waktu om siksa kamu. Sekarang gantian ****** om yang masuk situ yah.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kontolnya dimasukkan maju mundur dengan gerakan cepat, dihentakkan dalam-dalam dan jarinya memainkan klitorisku. Aku pasrah karena tak ada lagi tenaga yang tersisa.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aahhh, Viiiii, om mau keluar nihhhh… Aaaahh…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu buru-buru dia cabut penisnya dan dilepaskan celana dalam yang menyumpal mulutku. Dia masukkan dalam-dalam penisnya yang berdenyut itu. Cairan hangat menyembur ke dalam kerongkonganku. Aku sampai tersedak karena banyak sekali peju yang dikeluarkan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ngga semuanya aku telan, ada yang aku keluarkan karena aku mual. Lalu om membasuh mukaku dengan pejunya yang tumpah dari mulutku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Penisnya yang masih belepotan peju dilap ke toketku. Dia tersenyum puas. Puas karena sudah semalaman mengerjai aku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Makasih ya, Vi sayang…”</div>
<div style="text-align: left;">
Lalu dilepaskan tali yang mengikat tangan dan kakiku. Setelah vibrator tsb diambil, dia pergi begitu saja dari kamar.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dan kini sudah 3 tahun aku tinggal bersama mereka. Aku pun memutuskan untuk kuliah di Bandung. Kelakuan bejat om ku selama ini sepertinya tidak diketahui oleh tanteku. Om menyayangkan keputusanku untuk kuliah di Bandung. Dia bilang kalau aku memutuskan untuk kuliah di Jakarta, dia mau membantu biaya kuliahku. Cih! Aku tau betul maksud kata-katanya itu. Tapi keputusanku sudah bulat.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kini aku kuliah di Bandung, di kampus incaranku. Kebetulan juga aku mendapat beasiswa disini. Hal-hal yang terjadi di masa lalu membuatku tegar dan menjadikan ku orang yang berbeda. Kini aku menjadi liar untuk urusan seks. Aku suka sekali menyiksa pasangan seksku. Mendengarkan jeritan dan melihat ekspresi ketakutan mereka membuatku semakin bergairah. Jadi, inilah aku yang sekarang…</div>
<div style="text-align: left;">
Tak lama kemudian aku orgasme hebat karena vibrator dalam vaginaku. Dan itu berlangsung selama 5 jam. Entah berapa orgasme yang kudapatkan, pastinya lebih dari 10 kali.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sudah jam 5 subuh. Om melepaskan penutup mataku. Kulihat dia telanjang dengan penis yang tegak.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Vi, om udah napsu banget dari 5 jam lalu waktu om siksa kamu. Sekarang gantian ****** om yang masuk situ yah.”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kontolnya dimasukkan maju mundur dengan gerakan cepat, dihentakkan dalam-dalam dan jarinya memainkan klitorisku. Aku pasrah karena tak ada lagi tenaga yang tersisa.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Aahhh, Viiiii, om mau keluar nihhhh… Aaaahh…”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Lalu buru-buru dia cabut penisnya dan dilepaskan celana dalam yang menyumpal mulutku. Dia masukkan dalam-dalam penisnya yang berdenyut itu. Cairan hangat menyembur ke dalam kerongkonganku. Aku sampai tersedak karena banyak sekali peju yang dikeluarkan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ngga semuanya aku telan, ada yang aku keluarkan karena aku mual. Lalu om membasuh mukaku dengan pejunya yang tumpah dari mulutku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Penisnya yang masih belepotan peju dilap ke toketku. Dia tersenyum puas. Puas karena sudah semalaman mengerjai aku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Makasih ya, Vi sayang…”</div>
<div style="text-align: left;">
Lalu dilepaskan tali yang mengikat tangan dan kakiku. Setelah vibrator tsb diambil, dia pergi begitu saja dari kamar.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dan kini sudah 3 tahun aku tinggal bersama mereka. Aku pun memutuskan untuk kuliah di Bandung. Kelakuan bejat om ku selama ini sepertinya tidak diketahui oleh tanteku. Om menyayangkan keputusanku untuk kuliah di Bandung. Dia bilang kalau aku memutuskan untuk kuliah di Jakarta, dia mau membantu biaya kuliahku. Cih! Aku tau betul maksud kata-katanya itu. Tapi keputusanku sudah bulat.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kini aku kuliah di Bandung, di kampus incaranku. Kebetulan juga aku mendapat beasiswa disini. Hal-hal yang terjadi di masa lalu membuatku tegar dan menjadikan ku orang yang berbeda. Kini aku menjadi liar untuk urusan seks. Aku suka sekali menyiksa pasangan seksku. Mendengarkan jeritan dan melihat ekspresi ketakutan mereka membuatku semakin bergairah. Jadi, inilah aku yang sekarang…</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-42700453810721056752014-06-17T21:51:00.000-07:002014-06-17T21:51:31.279-07:00Wulan Si Gadis Desa<div style="text-align: left;">
Wulan terbangun dengan kepala yang pusing. Namun entah mengapa kedua tangannya tidak dapat digerakkan. Seluruh tubuhnya terasa hangat. Sambil mengerjapkan matanya, gadis itu memandang sekelilingnya. Ternyata ia berada dalam sebuah kamar yang belum pernah dilihatnya, terbaring di atas ranjang empuk dan besar yang berwarna merah jambu. Dari jendela yang tertutup terbayang hari sudah gelap. Dalam kamar itu sendiri hanya ada sebuah lampu kecil yang menyala remang-remang. Wulan hanya ingat Sabtu sore tadi setelah bertanding bola volley melawan sekolah dari kecamatan tetangga, ia harus berlari-lari dalam gerimis hujan menuju rumah neneknya untuk menginap malam ini, karena rumahnya terlalu jauh dari lapangan volley.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Seperti umumnya gadis desa lainnya, meskipun tidak terlalu tinggi, namun Wulan memiliki tubuh yang montok dan padat. Buah dadanya yang membusung kencang seolah tidak muat dalam bra bekas kakaknya yang kekecilan. Ditunjang dengan kulitnya yang kuning langsat mulus dan rambut sebahu, wajahnya yang manis sering membuat pemuda desa terpaku dan menelan ludah saat gadis itu lewat dengan goyangan pinggulnya. Pantatnya yang montok selalu menonjol di balik rok seragam sekolahnya, yang biarpun di bawah lutut, ketatnya memperlihatkan garis celana dalam gadis itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bukan hanya para pemuda, beberapa orang yang telah beristri pun berangan-angan menjadikan gadis kelas 3 SMU itu istri mudanya. Menurut katuranggan, gadis macam Wulan rasanya peret dan legit, pasti akan memberikan kenikmatan sepanjang malam, membuat suaminya betah di rumah. Tidak heran, tiap kali ada pertandingan volley, selalu banyak penontonnya, meski kebanyakan hanya menonton paha Wulan yang bercelana pendek dan guncangan buah dadanya saat gadis itu memukul bola.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Ah, sudah bangun Nduk..?” sebuah suara dan lampu yang menyala terang mengagetkan gadis itu.</div>
<div style="text-align: left;">
Tampak seorang pria kekar memasuki ruangan. Wulan mengenalinya sebagai Ta, seorang terpandang di desanya. Meski bukan penduduk desa itu, namun suka kawin-cerai dengan gadis-gadis di sini. Dalam sebulan paling ia hanya di rumah satu-dua hari saja, selebihnya “kerja di kota”. Sekarang ini istrinya di sini sudah ada tiga orang, semuanya masih belasan tahun dan cantik-cantik, namun masih suka menggoda Wulan tiap kali bertemu. Bahkan baru saja ia pernah berusaha melamar gadis itu namun tidak berhasil.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Wulan berusaha bangun, namun tangan dan kakinya tetap lemas tidak dapat bergerak.</div>
<div style="text-align: left;">
“Tenang saja Nduk, nggak usah banyak gerak. Malam ini kamu di sini dulu.” kata Ta.</div>
<div style="text-align: left;">
Tidak sengaja Wulan melihat ke dinding kamar, dan dari cermin besar yang terpasang di sana, ia menyadari kedua tangannya terikat menjadi satu di atas kepalanya, demikian juga kedua kakinya yang terentang ke sudut-sudut ranjang, seperti huruf Y terbalik. Seluruh tubuhnya tertutup selimut, namun ujung selimut yang tersingkap memperlihatkan sebagian paha gadis itu. Di sudut ranjang tampak terserak baju seragam dan rok yang tadi dipakainya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Pak Ta, Wulan dimana? Kenapa Wulan begini?” tanya gadis itu dengan panik.</div>
<div style="text-align: left;">
Ia mulai teringat saat berlari ke rumah neneknya tadi seseorang menariknya dari belakang dan menempelkan sesuatu yang berbau menyengat ke wajahnya, kemudian semuanya menjadi gelap, hingga akhirnya ia kemudian tersadar di situ.</div>
<div style="text-align: left;">
“Tenang Wulan, kamu baik-baik saja. Malam ini kita akan kawin. Minggu lalu saya sudah melamarmu pada bapakmu. Sekarang kita akan nikmati malam pertama kita.” kata Ta sambil menyeringai.</div>
<div style="text-align: left;">
“Enggak! Enggak! Kemarin Bapak bilang ditolak! Wulan nggak mau!” gadis itu berusaha meronta, namun ikatan tangan dan kakinya terlalu kuat baginya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sambil tertawa terkekeh, Ta perlahan menarik selimut yang menutupi tubuh gadis itu, membuat Wulan terpekik karena penutup tubuhnya perlahan terbuka, sedangkan ternyata di balik selimut itu ia sudah telanjang bulat.</div>
<div style="text-align: left;">
“Jangan! Jangan! Aduh jangan! Pak Ta, jangan Pak! Tolong..!”</div>
<div style="text-align: left;">
Dengan sigap Ta mengambil pakaian dalam Wulan yang terserak di atas ranjang, lalu menyumpal mulut gadis itu dengan celana dalamnya sendiri, dan mengikatnya ke belakang dengan bra gadis itu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Pak? Kamu panggil aku Pak? Aku ini suamimu, tahu! Panggil aku Kangmas!” seru Ta sambil menampar pipi Wulan sampai gadis itu memekik kesakitan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ta semakin beringas melihat tubuh Wulan yang montok telanjang bulat. Kedua paha gadis manis itu terentang lebar mempertontonkan bibir kemaluannya yang jarang-jarang rambutnya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Diam Sayang! Ini malam kita bedah kelambu! Kalau bapakmu yang tolol itu tidak mau anaknya dilamar baik-baik, kita lihat saja besok! Karena besok anak perawannya sudah tidak perawan lagi!”</div>
<div style="text-align: left;">
Tanpa basa basi Ta segera membuka pakaiannya sendiri, lalu melompat ke atas ranjang. Wulan dengan sia-sia meronta dan menjerit saat Ta menindih tubuhnya yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Gadis itu bahkan tidak bisa untuk sekedar merapatkan pahanya yang terkangkang lebar.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Pekikan Wulan tertahan sumpalan celana dalam saat Ta meremas buah dada gadis itu dengan kerasnya. Rontaan dan pekikan gadis cantik itu sama sekali tidak digubris. Ta kemudian menempatkan kejantanannya tepat di depan bibir kemaluan Wulan.</div>
<div style="text-align: left;">
“Diam Sayang! Jangan takut, enak sekali kok! Nanti pasti kamu ketagihan. Sekarang biar Kangmas ambil perawanmu..” sambil berkata begitu Ta menghujamkan kejantanannya memasuki hangatnya keperawanan Wulan.</div>
<div style="text-align: left;">
Selaput dara gadis itu terasa sedikit menghalangi, namun bukan tandingan bagi keperkasaan kejantanan Ta yang terus menerobos masuk.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Haanggkk..! Aahhkk..!” Napas gadis itu terputus-putus dan matanya yang bulat indah terbeliak lebar saat Wulan merasakan perih tiba-tiba menyengat selangkangannya.</div>
<div style="text-align: left;">
Tubuh montok gadis itu tergeliat-geliat merangsang dengan napas tersengal-sengal sambil terpekik tertahan-tahan ketika Ta dengan perkasa menggenjotkan kejantanannya menikmati hangatnya kemaluan perawan Wulan yang terasa begitu peret.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aahh.. enak sekali tempikmu.. aahh.. Wulaanh.. enak kan Nduk..? Terus ya Nduk..?” Ta mendesah merasakan nikmatnya mengambil kegadisan si kembang desa.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Wulan sambil merintih tidak jelas menggelengkan kepala dan meronta berusaha menolak, namun semua usahanya sia-sia, dan gadis itu kembali terpekik dan tersentak karena Ta kini dengan kuat meremasi kedua payudaranya yang kencang menantang. Memang benar kata orang, gadis seperti Wulan memang sangat memuaskan, wajahnya yang cantik, buah dadanya yang tegak menantang bergerak naik turun seirama napasnya yang tersengal-sengal, tubuhnya yang montok telanjang bersimbah keringat, kedua pahanya yang mulus bagai pualam tersentak terkangkang-kangkang, bibir kemaluannya tampak megap-megap dijejali kejantanan Ta yang begitu besar. Sementara dinding kemaluannya terasa seperti mencucup-cucup tiap kali gadis itu terpekik tertahan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Wulan dengan airmata berlinang merintih memohon ampun, namun tusukan demi tusukan terus menghajar selangkangannya yang semakin perih. Payudaranya yang biasanya tersenggol pun terasa sakit kini diremas-remas tanpa ampun. Belum lagi rasa malu diikat dan ditelanjangi di depan orang yang tidak dikenalnya, lalu diperkosa tanpa dapat berkutik. Rasanya bagai bertahun-tahun Wulan disetubuhi tanpa mampu melawan sedikitpun.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Hhh..! Wulanh..! Wulaann..! Sekarang Mas bikin kamu hamil, sayangghh..! Aah.. ambil Nduk! Nih! Nih! Niih..!”</div>
<div style="text-align: left;">
Tanpa dapat ditahan lagi Ta menyemburkan spermanya dalam hangatnya kemaluan Wulan sambil sekuat tenaga meremas kedua payudara gadis itu, membuat Wulan tergeliat-geliat dan terpekik-pekik tertahan sumpalan celana dalam di mulutnya. Kepala gadis itu terasa berputar menyadari ia akan hamil. Perlahan pandangan gadis itu menjadi gelap.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Wulan kembali tersadar oleh dengusan napas di depan wajahnya. Sebelum sadar sepenuhnya, sengatan perih di selangkangannya membuat gadis itu terpekik dan meronta. Namun tangan dan kakinya tidak mau bergerak, dan pekikan-pekikannya tidak dapat keluar. Dengan gemas Ta kembali menggenjotkan kejantanannya menikmati keperawanan Wulan. Ta tidak tahan lagi untuk tidak kembali menggagahi gadis itu, memandanginya tergolek telanjang bugil tanpa daya di atas ranjang. Pahanya yang putih mulus terkangkang seolah mengundang, bibir kemaluannya yang berambut jarang terlihat berbercak merah, tanda Wulan memang betul-betul masih perawan, tadinya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kedua payudara gadis itu berdiri tegak menjulang, dengan puting susu yang kemerahan menggemaskan. Sementara wajahnya yang manis dan bau tubuhnya yang harum alami sungguh membuat Ta lupa diri. Dengan istri muda seperti Wulan, ia tidak akan mau tidur sekejap pun, tidak perduli gadis itu suka atau tidak.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aah..! Ahk! Angkung (ampun)..! Aguh (aduh).. hakik (sakit).. angkung (ampun)..!” Wulan merintih-rintih tidak jelas dengan mulut tersumpal celana dalam di sela-sela jeritan tertahan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tanpa mampu merapatkan pahanya yang terkangkang, gadis itu merasakan kemaluannya semakin perih tiap kali Ta menggerakkan kejantanannya. Tiap detik, tiap genjotan terasa begitu menyakitkan, Wulan berharap kembali pingsan saja agar perkosaan ini segera berlalu. Namun gadis itu tanpa daya merasakan bagian bawah tubuhnya terus ditusuk-tusuk benda yang begitu besar.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ta semakin giat menggenjotkan kejantanannya dalam hangatnya kemaluan Wulan yang peret dan mencucup-cucup menggiurkan. Istri barunya ini memang pintar memuaskan suami di atas ranjang. Apalagi kalau nanti diajak tidur beramai-ramai bersama satu atau dua istrinya yang lain. Membayangkan meniduri dua atau tiga gadis sekaligus membuat Ta semakin bersemangat menyodok kemaluan Wulan, semakin cepat, semakin dalam.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ta merasakan kejantanannya menyentuh dasar kemaluan gadis itu bila disodokkan dalam-dalam. Wulan sendiri hanya merintih tampak pasrah mempersembahkan kesuciannya pada Ta. Airmata gadis itu tampak berlinang membasahi pipinya yang kemerahan. Tubuh montok gadis itu tergelinjang-gelinjang kesakitan tiap kali kejantanan Ta menyodok masuk dalam kemaluannya yang begitu sempit. Dengan menggeram seperti macan menerkam mangsa, Ta dengan nikmat menyemburkan sperma dalam kehangatan tubuh Wulan yang terpekik tertahan-tahan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Semalam suntuk Ta dengan gagahnya memperkosa Wulan, setidaknya lima kali gadis itu disetubuhi tanpa daya. Entah berapa kali Wulan pingsan ketika Ta mencapai puncak, hanya untuk tersadar ketika tubuhnya kembali dinikmati dengan buasnya. Selangkangan gadis itu terasa perih dan panas, seperti ditusuk-tusuk besi yang merah membara. Payudaranya serasa lecet diremas habis-habisan, terkena semilir angin pun perih. Punggung gadis itu perih tergores kuku Ta.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Namun siksaan tanpa belas kasihan itu tidak kunjung usai, bagai tidak mengenal lelah kejantanan Ta terus bertubi-tubi menusuk dalam-dalam, kedua tangannya seperti capit kepiting terus mencengkeram buah dada Wulan. Sementara gadis itu dengan tangan dan kaki terikat erat tidak mampu berkutik, apalagi menghindar atau mencegah. Bahkan menjerit pun Wulan tidak mampu, tenaganya sudah habis dan sumpalan celana dalamnya sendiri membuat pekikannya hanya seperti erangan. Bagai berabad-abad Wulan dibuat bulan-bulanan tanpa daya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Dari sela-sela jendela yang tertutup, sinar matahari pagi menerobos masuk. Dengan lemas Ta berbaring di sisi Wulan yang terisak-isak. Sungguh luar biasa istri barunya ini, semalam suntuk gadis ini mampu melayani suaminya. Dari jam tujuh malam sampai jam enam pagi, dalam sebelas jam gadis itu mampu lima-enam kali memuaskan suaminya, meskipun harus sedikit dipaksa. Kalau saja kemarin tidak minum obat kuat, mungkin saja pagi ini Ta tidak dapat bangun. Sambil tersenyum lebar, Ta bangkit dan mengenakan pakaian.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Perlahan Ta membuka sumpalan mulut Wulan. Gadis itu sendiri masih telanjang bulat dengan tangan dan kaki terikat terentang lebar.</div>
<div style="text-align: left;">
“Nduk, kalau jadi istriku, kamu minta apa saja pasti aku beri. Mau kalung? Gelang? Rumah? Sepeda motor? Jangan takut, sebagai istri orang kaya, semua keinginanmu akan terkabul.”</div>
<div style="text-align: left;">
“Nggak mau.. lepasin Wulan.. Wulan mau pulang..!” isak gadis itu menghiba.</div>
<div style="text-align: left;">
“Rumah kita sekarang di sini Nduk, kamu sudah jadi istriku.” bujuk Ta.</div>
<div style="text-align: left;">
“Enggak.. enggak mau. Wulan mau pulang!” gadis itu berusaha meronta tanpa hasil.</div>
<div style="text-align: left;">
“Jangan buat suamimu ini marah, Nduk! Kamu sudah jadi istriku, aku bebas berbuat apa saja dengan kamu! Jangan keras kepala!” seru Ta jengkel.</div>
<div style="text-align: left;">
Wulan sambil terisak terus menggelengkan kepala. Berulangkali bujukan dan ancaman Ta tidak dihiraukan Wulan, membuat Ta naik pitam.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Baik, jadi kamu tidak ingin jadi istriku. Baik, kamu sendiri yang minta, Nduk! Jangan salahkan aku kalau aku bertindak tegas!” kata Ta sambil membuka ikatan kaki Wulan.</div>
<div style="text-align: left;">
Ta kemudian membuka ikatan tangan gadis itu dari besi ranjang, namun kedua pergelangan tangannya tetap terikat erat. Lalu dengan menarik ujung tali yang mengikat tangan Wulan, Ta menyeret gadis yang masih telanjang bulat itu keluar kamar. Karena tubuhnya masih lemas, Wulan tidak kuasa menolak dirinya yang masih bugil diseret sampai ke jalan desa yang terang benderang.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Hei, lihat! Lihat ini! Sungguh memalukan!” seru Ta sambil menyeret gadis yang mati-matian berusaha menutupi ketelanjangannya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ada apa Pak Ta? Apa yang terjadi?” tanya orang-orang desa yang segera saja mengerumuni keduanya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Lihat ini! Perempuan ini sudah membuat desa kita tercemar! Dia berzinah dengan laki-laki! Saya pergoki mereka di rumah kosong di tepi desa! Sayang laki-lakinya kabur, tapi saya tahu orangnya! Pasti nanti akan kita tangkap!” seru Ta berapi-api.</div>
<div style="text-align: left;">
“Tidak! Tidak.. tolong..!” sia-sia Wulan berusaha membantah, suaranya tertelan ramainya suasana.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
“Lihat! Ini bukti perempuan ini sudah berzinah!” Ta menunjuk ke arah selangkangan gadis itu yang berbercak darah.</div>
<div style="text-align: left;">
Kerumunan orang bergumam dan mengangguk-anggukkan kepala.</div>
<div style="text-align: left;">
“Tidak! Saya tidak ber..” perkataan Wulan terputus oleh teriakan salah seorang.</div>
<div style="text-align: left;">
“Bawa ke balai desa! Biar dihukum adat di sana!” serunya.</div>
<div style="text-align: left;">
Seseorang lain menarik tali yang mengikat tangan Wulan dan menyeret gadis telanjang bulat itu menuju ke balai desa. Sepanjang jalan mereka berteriak-teriak, membuat semakin banyak orang keluar rumah melihat Wulan yang bugil diseret. Anak-anak kecil berlari-lari mengikuti sambil tertawa-tawa mengejek.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Di balai desa, tepat di tengah pendopo, tali pengikat tangan Wulan ditarik ke atas dan diikatkan dengan tiang di atasnya. Kini gadis telanjang bulat itu berdiri tegak dengan tangan terikat ke atas. Wulan tahu bahwa hukuman bagi orang yang berzinah biasanya keduanya ditelanjangi, kemudian diikat seharian di balai desa. Seperti dirinya sekarang, namun ia hanya sendirian dan ia sama sekali tidak berzinah. Gadis itu diperkosa berkali-kali, lalu difitnah berzinah oleh pemerkosanya sendiri. Namun sia-sia gadis itu berusaha membantah, suaranya yang kecil hilang ditelan ramainya orang di sekitarnya. Dan kini ia berdiri telanjang bulat sendirian dikelilingi belasan warga.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Isakan tangis Wulan semakin keras mendengar tawa orang-orang yang mengelilinginya, berkomentar mencemooh tentang kemulusan tubuhnya, buah dadanya yang ranum kemerah-merahan bekas diremas, pantatnya yang bulat, pahanya yang mulus. Isakan gadis itu terhenti ketika sebuah truk berhenti di depan balai desa. Beberapa ibu-ibu yang turun dari truk terheran-heran melihat ke arah Wulan. Beberapa orang kemudian menurunkan barang-barang dari truk. Wulan tersadar, hari ini hari pasar, dan ratusan orang akan berkumpul hanya beberapa meter darinya. Ratusan orang akan melihat dirinya telanjang bulat tanpa tertutup sehelai benang pun.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kepala gadis itu terasa berputar, saat Ta berbisik di telinganya, “Rasakan akibatnya kalau kamu tidak mau jadi istriku! Sekarang semua orang tahu kamu sudah tidak perawan, dan semua orang juga sudah pernah melihat kamu tanpa pakaian!”</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-34615266111789822942014-05-24T01:41:00.001-07:002014-08-17T06:45:57.754-07:00Bercinta Saat Malam Minggu<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">tanggal 25 Februari 2012 kemarin ibuku pergi kerumah temannya yang ada diyogyakarta tapi aku nggak mengerti apa urusan mereka. Yang penting aku ditinggalin</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">duit dan terutama bisa berduaan dengan pacarku yang bernama Ayu. Saat itulah kejadian yang benar benar nggak akan aku lupakan ini terjadi.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Saat ibuku berangkat ke yogya sekitar jam 16.30 aku segera mengambil sepeda federalku dan pergi kerumah Fitri sahabat pacarku yang jarak rumahnya sekitar satu kiloan. Saat sampai dirumah Fitri aku langsung menyuruh Fitri menjemput Ayu sementara aku menunggu dirumahnya Fitri.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Saat menunggu aku bermain dengan adik Fitri yang masih kelas 5 SD. Adik Fitri bernama Mala. Dia kelas 5 SD tapi sudah seperti anak kelas 3 SMP, bongsor dan sexy. Susunyapun sudah seperti anak remaja, ukurannya 32 A tapi fikiranya masih anak kecil. Tingginyapun sama hampir sama seperti kakaknya malahan tinggi Mala. Saat itu orang tua Fitri pergi keMatahari Klaten dan mereka berdua ditinggal pergi. Aku dan Mala bermain diruang tamu yang agak tertutup dari luar sambil nonton tv. Aku duduk disebelah Mala yang juga duduk disebelahku. Saat itu Mala memakai daster longgar dengan rok mini sepaha sehingga saat dia duduk seperti saat ini akan tersingkap. Paha mulusnya kelihatan hingga celana dalamnya yang berwarna putih kelihatan. Karena pemandangan itu kontolku langsung tegang mendesak celana jinsku.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Mala main pengantinan yuk” ajakku berusaha untuk mencari cara agar dapat meraba tempik Mala atau susunya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Mas In main apa sih?” kata Mala nggak mengerti.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Sini, saat ini pengantin cowoknya sedang main sayang sayangan dengan pengantin ceweknya” kataku sambil berusaha menariknya kepangkuanku menghadapku, diapun diam menurut. Saat sudah dipangkuanku rok mininya aku singkapkan agar kontolku pas ditempik Mala.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Lalu cowoknya mencium susu ceweknya seperti ini” kataku sambil menurunkan tali dasternya yang longgar, mala diam saja. Aku melorotkanya sampai melewati tangannya lalu melepaskan daster atasnya. Ternyata Mala tidak memakai kaos dalam sehingga langsung telajang dada ketika dasternya aku pelorotkan.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Bentuk susu kecil Mala sungguh luar biasa indahnya. Kecil mungil masih sebesar jambu biji dengan puting coklat mudanya mencuat sebesar biji kacang tanah. Sekitarnya coklat muda melingkar mengelilingi putting yang mencuat. Aku sungguh terpesona</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Aku lalu menunduk dan menjilat puting imut Mala dan kemudian mulai melumat lumatnya gemas.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Mhh mas In geli, susu Mala kok diisep sih” katanya polos banget.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Kan yang cowoknya sayang sama ceweknya” kataku lalu melanjutkan melumati susu Mala kanan kiri bergantian. Lama kelamaan Mala mulai menyukainya karena kepalaku dipeluknya erat erat.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Tanpa dia sadari tanganku mulai meraba tempiknya yang masih terlapis celana dalam putih. Aku mulai meraba dari atas lalu mulai kebawah. Disaat sampai di depan lubangnya yang kecil dan juga pas didepan kontolku, aku membuka celanaku dan menarik keluar kontolku dari celana dalamku dan membiarkannya mengenai tempiknya. Aku lalu menyelipkan kontolku kedalam celana dalam Mala lalu menggesek gesekkannya pelan pelan. Mala nggak sadar karena keenakan susunya aku lumat lumat.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Mhhh mas In apa nih yang ngganjel” katanya lalu tangannya memegang kontolku yang masuk kedalam celana dalamnya menggesekkan dengan tempik Mala.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Nggak apa apa Mala, saat ini cowoknya mau buat adik sama ceweknya” kataku sambil terus menggesek gesekkan kontolku ditempik Mala. Tangan Mala aku naikkan lagi dan aku kembali melumat susu Mala dan juga mempetting Mala hingga kurasakan lama lama tempik Mala basah juga. Mungkin karena keringat atau cairan apa aku nggak tau.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Kudengar diluar ada becak yang datang didepan rumah Fitri. Kudengar juga suara ibunya Fitri sedang membayar ongkos becak. Aku lalu buru buru menurunkan Mala dan memasukkan kontolku kedalam celana dalamku lalu menutup resletingnya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Mala naikkan dastermu nanti dimarahi mama lho tuh mama dateng” kataku lalu menarik tali daster Mala keatas.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Iya mas, mama dah dateng” kata Mala polos lalu keluar menghampiri mamanya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Ahh syukurnya” kataku dalam hati karena hampir saja ketahuan. Tenang deh ntar kamu juga dapet bagian juga kata hatiku sambil membelai kontolku yang masih ngaceng.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Eh Indra lagi nunggu Fitri yah, mana Fitri?” kata mamanya Fitri ramah karena aku sudah sering main kesana</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Lagi jemput Ayu bu lek” kataku.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“ooh ya sudah” lalu Iapun masuk kekamarnya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Mas lain kali main lagi yah kayak tadi” kata Mala.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Iya sayang tapi jangan bilang siapa siapa yah” kataku lalu meremas susunya yang kelihatan mengintip menggoda.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Ahhh mas In sakit tau” kata Mala merengut sambil menutupi susunya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Jangan bilang bilang yah” kataku lalu Mala mengangguk dan menyusul mamanya kekamar. Aku kembali menunggu Fitri.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Tak lama kemudian Fitri datang sambil membonceng Ayuku yang kusayang.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Eh say kamu sudah izin kalau mau nginap?” tanyaku setelah Ayu datang dan duduk disampingku.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Sudah sayang, aku izin kalau akan nginap dirumah Fitri” katanya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Ya sudah deh beres kalau gitu” kataku</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Eh sekarang kita kerumahnya Fandi lalu keinternet bareng” kataku.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Ya sudah kalau gitu aku ambil sepedaku dulu dan pamit kemama” kata Fitri masuk kedalam dan tak lama keluar membawa sepedanya disusul ibunya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Bu lek kami main dulu yah” kataku berpamitan kepada mama Fitri lalu kami bertiga langsung pergi bareng kerumah Fandi pacar Fitri.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">O iya aku belum memperkenalkan diriku, Ayu dan juga teman temanku. Namaku Krishna. Aku bersekolah sebuah madrasah di Klaten kelas 1. Kata teman temanku aku orangnya mirip bintang film Bollywood tapi yang mana aku sendiri nggak merasa begitu. Tinggiku sekitar 173-175cm. Aku tinggi karena aku sering latihan Tae Kwon Do. Penampilanku juga gaul dan funky jadi nggak kampungan.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Ayu siswi kelas tiga di SMP Negri 4 Klaten. Ayu orangnya tinggi semampai(sekitar 160cm), berambut panjang dan juga berkulit kuning langsat bodynya pun sangat sintal jadi kalau dinilai dia dapat 9, nggak 10 karena aku belum pernah bersetubuh dengannyaJ. Dia kalau diamati persis sekali dengan Nilam Koesworo penyanyi dangdut ibukota, dandanan Ayu juga gaul dan sexy menambah nilai lebih baginya saja. Ayu juga banyak yang mengejar terutama teman sesekolahnya tapi dia lebih memilihku. Ayu juga montok, BH nya berukuran 32b dan pantatnya membulat indah.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Kalau Fitri nggak kalah cantik dari Ayu tapi Fitri agak pendek dan juga hidungnya nggak semancung Ayu. Dia mirip Lyra Virna model dan juga presenter Tv itu. Dia juga sexy tapi sayang susunya masih imut maklumlah masih kelas dua SMP. Sekolahnya di SMP Negri 3 Klaten jadi nggak sama dengan Ayu. Kalau Fandi anak kelas satu diSMU Negri 3 Klaten orangnya tampan dan berkulit putih. Dia mirip sekali dengan kiannya Westlife tentu juga banyak yang menginginkan Fandi menjadi cowoknya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Setelah sampai dirumah Fandi kami langsung pergi keluar jalan jalan berempat. Aku membonceng Ayu dan Fandi membonceng Fitri dengan sepeda federal kami masing masing. Suasana malam itu benar benar romantis banget. Kami berempat langsung menuju warnet LUV yang dekat dengan jarak rumah Fandi. Kami berempat memang memiliki hobby yang sama yaitu catting diinternet atau membuka situs BF. Setelah puas kami berempat keluar dari warnet dan menuju kerumahku.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Kami berempat menuju kerumahku dengan sepeda. Setelah sampai Fandi dan Fitri menuju kamarku. Aku cuma tersenyum geli.Pasti deh mereka mau peting lagi kataku dalam hati. Aku lalu menutup pintu rumahku dan memadamkan lampu ruang depan agar telihat seperti kosong.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Aku dan Ayu lalu duduk dilantai ruang makan beralaskan tikar sambil nonton tv. Ayu duduk didepanku sambil rebahan didadaku.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Lagi asyiknya memeluk Ayu aku mendengar teriakan kecil Fitri. Aku lalu melihat apa yang terjadi didalam kamarku.Aku langsung menyibakkan tirai kamarku yang menutupi kamar tidurku. Aku cuman bisa terdiam saat menyaksikan Fitri ditindih Fandi dengan telanjang bulat. Fitri dibawah seperti merasakan kesakitan namun juga kenikmatan. Ternyata tadi Fandi menusuk tempik Fitri dengan kontolnya. Kulihat cairan putih kental bercampur merah darah diselakangan Fitri. Ternyata Fitri masih perawan. Aku lalu keluar kamar nggak mau mengganggu kenikmatan mereka. Aku lalu kembali keruang makan dan kembali memeluk Ayuku.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Ada apaan sih mas In?” tanya Ayu penasaran</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Nggak mereka lagi kawin”kataku. Saat itu terdengar rintihan rintihan antara kesakitan dan kenikmatan lirih.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Sshhh.. aahkkhh.. aahkkh.. uuhh” desahan itu terdengar menggairahkan.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Dengar nggak kamu yang?” tanyaku</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Iya mas, asyik yah kayaknya. Dah kebelet kali” kata Ayu</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Cobain yuk, kayaknya enak deh” kataku</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Iya tapi jangan disini. Dikamar aja yah” kata Ayu</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Iya kita kekamar sebelah” kataku lalu bangkit berdiri sambil menuju kamar sebelah diikuti Ayu.Sesampai dikamar aku lalu menyibakkan rok Ayu lalu melorotkan celana</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">panjangku dan celana dalamku sekalian hingga lepas. Kontolku tegak mengacung acung keras karena tidak ada penghalang. Saat rok Ayu tersibak langsung terlihat tempiknya yang mungil tetapi rimbun dengan rambut halus karena tadi celana dalamnya sudah aku lepas dan kukantongi. Aku lalu melepas rok mini Ayu dengan menarik resleting belakangnya. Lepaslah sudah penghalang kelamin kami tinggal atasan kami. Kami lalu saling melumat dan memainkan lidah kami seperti kesetanan karena kami sudah terangsang. Kontolku aku gesek gesekkan diperut Ayu yang mulus. Ahhh nikmatnya helemku tergesek kulit mulus. Tanganku lalu melepas kaos singlet Ayu dengan mengangkatnya keatas melewati kepala kami. Sekarang Ayu tinggal memakai BH birunya. Aku lalu melepaskan baju atasanku sampai aku bugil. Tanganku meraih kepunggung Ayu dan meraih kaitan BH Ayu lalu melepasnya dan membuang BH Ayu kelantai kamar. Kami lalu naik keranjang berdua. Aku langsung menindih Ayu dan melumat puting kanan Ayu.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Ugh.. masshh” rintihan Ayu sangat indah didengar. Kulumat puting Ayu kanan kiri bergantian sementara kontolku aku gesekkan nail turun diselakangan dan tempik Ayu lalu aku menurunkan ciumanku keleher putihnya Ayu kemudian membuat cipokan yang memerahkan leher itu dibeberapa tempat. Setelah puas membuat kenangan untuk Ayu dilehernya sebagai tanda bahwa malam ini kami lagi gituan lalu aku menjilat dada atas Ayu hingga jilatanku sampai pada putingnya yang merah kecoklatan. Aku menjilatinya sebentar lalu aku melumatinya bergantian kanan kiri kanan kiri sambil aku remas remasnya. Bila aku melumat yang kiri tanganku meremas yang kanan tapi bila aku melumat yang kanan maka aku meremas yang kiri sehingga susu Ayu semakin keras dan mumbul.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Setelah puas aku nyusu aku lalu menjilat perut Ayu sebentar sampai jilatanku mengenai bulu tempiknya.Terasa geli saat bulunya mengenai hidungku. Aku lalu menjilati lipatan membelah merah ditempik Ayu.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Mmhhh.. sshh.. aaahhh.. maasshh geli” rintihan Ayu menggemaskan. Saat aku menjilati sambil terkadang menyedot nyedotnya. Basah sekali ditempiknya. Aku lalu menyelusupkan lidahku ditempik sempit Ayu lalu menjilatinya dengan cara mengeluar masukannya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Aahhh.. maasshh geeliii” rintihanya saat kujilati. Setelah aku puas menjilati tempik Ayu lalu aku berlutut didepanya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Yang emutin dong iniku” kataku sambil memegangi kontolku.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Emoh ah geli aku” katanya sambil begidik geli.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Nggak apa apa sayang, ayo dong” aku sedikit memaksa sambil mendorong pinggangku maju dan mendekatkan kepala Ayu keselakanganku. Ayu lalu mulai menjilati helm kontolku. Geli bercampur enak mulai kurasakan. Lama lama Ayu mulai memasukkan kontolku kedalam mulutnya. Mulanya kena giginya. Sakit tapi enak menggelikan.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Ahh yang jangan kenain gigi” kataku sambil memegang kepala Ayu. Ayu terus saja melumat lumat kontolku sambil sesekali melirik kearahku yang merem melek keenakan.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Enak yah say” katanya sambil tertawa kecil.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“He eh terusin dong” aku meminta kembali lalu Ayu ngemut kontolku lagi. Kali ini aku memaju mundurkan pinggangku seperti menyetubuhi mulut Ayuku. Sensasinya antara enak dan sakit karena kena giginya tapi malah membuatku merasa nikmat. Setelah puas dikemutin Ayu lalu aku melepaskan kontolku dari mulut Ayu.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Yang dimulai aja yuk, aku sudah nggak tahan nih yang” kataku lalu mencium bibir merahnya. Dia membalas kecupanku lalu menjawab.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Iya, Ayu juga kok sayang. Aku sudah penasaran tapi pelan pelan yah yang” katanya manja.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Iya deh sayang” jawabku lalu aku memposisikan diri diatas tubuhnya lalu mengepaskan kontolku dilubang tempik Ayu. Setelah pas dilubangnya lalu aku coba mendorong pelan pelan.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Uhkhh…” ternyata susah juga maklum kontolku memang gede(18cm dengan diameter 5 cm). Setelah tiga kali mencoba dorong akhirnya kepala kontolku masuk juga. Walau baru kepala kontolku Ayu kelihatan meringis menahan sakit sepertinya. Aku lalu mencoba mendorong pelan sekali takut menyakiti Ayu.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Sleeph…” pelan pelan kontolku masuk tapi setelah 1/3 nya kontolku terhalang selaput tipis sekali seperti mencegah kontolku masuk lagi.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Yang apaan nih kok nggak bisa masuk lagi?” tanyaku penasaran.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Nggak tau lah mas” jawab Ayu sambil menggigit bibir menahan perih lalu aku menghentakan pinggangku keras keras kedalam tempik Ayu.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Aaahhhkkkhhhh…” teriaknya kesakitan saat semua kontolku masuk kedalam tempiknya. Saat kontolku masuk semua seperti ada sesuatu yang robek tadi.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Aduh mas tahan sebentar” kata Ayu sambil memegangi pinggangku erat.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Tahan yah sayang, kata orang bila pertama kali akan sakit gini” kataku tetap menindihnya. Rasanya sempit, enak, peret dan juga seperti diremas remas pelan pelan oleh dinding hangat dan lunak. Pokoknya enaaakk sekali. Setelah Ayu agak enakan nggak merintih lagi aku mulai mencoba menggoyangkan pinggangku naik turun walau masih pelan sekali karena peretnya tempik Ayu.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Sleeephh.. bleess.. slleep.. blleess.. sleep” pelan pelan kontolku keluar masuk pelan pelan sedangkan Ayu menggigit bibir bawahnya menahan perih.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Mmhhh maasshhh sakiithh” katanya pelan sekali sambil merintih rintih.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Iyahh.. sayanghhh.. tahan yah nanti juga ilang” kataku diselingi desahan nikmat dan linu dikontolku.Rasanya seperti diremes keras keras. Setelah agak lama menaik turunkan kontolku, tempik Ayu sudah agak lancar. Ayupun sudah nggak merintih kesakitan lagi bahkan rintihan sakitnya berubah menjadi desahan keenakan.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Maasshh.. aahhh.. oohh.. sshhh.. aahhhh.. iaahhh” desahannya sambil</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">penggangnya dinaikkan saat kontolku keluar tinggal helemnya saja lalu kaki indahnya menjepit pinggangku erat erat.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Aaahhh… sshh… aaahh… sshhh… aaahkhhh mass In enaakkhh sekarang cepetin dong kocokanya Ayu geli nih.. aahhh.. aaahhh.. aaa” katanya diantara desah sungguh menggoda.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Iyah sayang akuu jugaaa.. aaahhh.. oohh.. mmhhh” desahanku juga geli geli nikmat dikontolku. Tiba tiba…</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Masshhh In.. Ayyuu aahkk.. ohhhkkhh” desahanya</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Ayu knapa sayanghh…”jawabku.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Aaahh… oohhh Ayu mau pipis… iaahhhh” lalu sseerrrr.. serrr… serrr. Ada cairan hangat dan kental mengenai helemku. Oh rupanya Ayu keluar.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Aahhkhh… oohhh tahan masshh bentaaarrr… aaaaaa…” teriaknya saat aku tetap menaik turunkan pinggangku saat Ayu keluar. Rupanya geli banget. Lalu aku berhenti sejenak menunggu Ayu yang kepayahan karena pejuhnya keluar tadi tanpa mencabutnya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Enak nggak sayang” tanyaku sambil membelai belai rambut panjangnya.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Ehmm nggak tau lah” jawabnya malu malu. Kaki Ayu tetap menjepit pinggangku malah semakin erat. Setelah agak lama kami istirahat sambil saling berciuman memainkan lidah,aku mulai menggoyangkan pinggangku naik turun lagi. Kembali Ayu mendesah desah keenakan.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Oohh… aahhh… maass In teruusshhh iyaahhh gitu maasshhh jangan berenti” desahannya keenakan sementara itu aku mendengar ada dua suara orang seperti habis berlari jauh lalu aku menoleh kesamping kanan. Disamping kananku ada dua orang yang sedang mengawasi kegiatan kami. Ternyata Fandi dan Fitri berdiri berdampingan sambil melihat kami. Fitri menyandarkan kepalanya didada Fandi sedangkan tangan Fandi merangkul bahu Fitri.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Napa brenti sih mas” kata Ayu nggak sabaran.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Itu ada Fandi dan Fitri” kataku</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Eh kalian dah enakan belum” tanya Ayu kepada mereka tanpa malu malu lagi disaat sedang aku setubuhi.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Iyah enak kok” jawab Fandi</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“He-eh” sahut Fitri</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Ya sudah tunggu kami yah” sambung Ayu lagi</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Yuk mas lanjuti Ayu belum puas nih” Ajaknya kepadaku lalu aku kembali menaik turunkan pinggangku.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Aahhh… oohhh… eennaaakkhhh… maasshhh In terusin kenthu Ayu sampai puas” desahan Ayu dibesar besarkan karena ada Fandi dan Fitri. Aku tidak peduli karena aku merasa ada yang mau keluar dikontolku.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Yaanghhh aku mau keluar nih” kataku lalu aku menggenjot tempik Ayu semakin keras.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Iya… sama sama masshh… aaahhhh…” jawabnya disertai desahan karena Ayu juga mau sampai.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Slepph… sleephh… sleepp, kontolku semakin cepat keluar masuk ditempik Ayu karena sama sama merasa nggak mau berenti.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Sreett… sreett… ssrreeeettt… pejuhku keluar didalam tempik Ayu sebanyak empat kali. Tak lama kemudian disusul Ayu yang memeluk tubuhku erat erat disusul helemku seperti disiram cairan lengket dan hangat. Setelah agak mereda orgasme kami aku langsung ambruk disamping Ayu sambil terengah engah. Sedang Ayu terbaring lemas sambil tersenyum puas.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Enak yah tadi mainnya?” tanya Fitri sambil duduk disamping Ayu.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“He-eh… nikmat banget sampai kepayahan” kata Ayu.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Kami berempat lalu keluar dari kamar dan berbaring diruang makan sambil telanjang bulat.Kami sengaja bertelanjang karena kami merasa sudah nggak ada jarak lagi diantara kami berempat.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Kamu bikin aku kewalahan juga yah dik” kata Ayu sambil membelai belai kontolku.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">“Iya nih bikin orang dewasa nggak nahan aja” sahut Fitri sambil meremas punya Fandi dengan gemes.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #282828; font-family: helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 22.399999618530273px;">Aku hanya meringis saja kegelian sambil memeluk kepala Ayu sedangkan Fandi tertawa pelan.Setelah kejadian itu kami sering melakukannya dikamarku,kamar Fandi atau juga bila hanya kami berdua sering melakukan dikamarku karena rumahku kalau malam sepi. Setelah empat bulan Fitri hamil karena Fandi sering mengeluarkannya didalam dan aku sering pakai kondom. Sedangkan Mala lebih sering aku kerjain sampai Mala keluar atau aku suruh ngemut kontolku bila rumah Ayu sepi atau bila Mala sedang sendirian dirumah.</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-10363220676052479772014-05-24T01:36:00.002-07:002014-05-24T01:36:37.108-07:005 Wanita Yang Haus Dengan Seks & Sange5 Wanit Yang Membuat Saya Nyerah.Uh<br />
<br />
"Hallo Nia.."<br />
"Iya Man pa kabar?"<br />
"Baik, kamu ada dimana?"<br />
"Aku lagi di tempat kost temanku nih, main donk kesini teman-teman ku pingin kenalan sama kamu..", katanya<br />
"Ehmm.. di daerah mana?" tanyaku.<br />
"Daerah Radio Dalam, dateng ya sekarang"<br />
"Ok deh nanti kalau aku dah deket aku telpon ya" kataku<br />
"Ok aku tunggu ya, jangan lupa siapin diri, hehehe..", katanya lagi<br />
"Lho, emang aku mau diapain?", tanyaku penasaran<br />
"Mau diperkosa rame-rame siap nggak?"<br />
"Siapa takut..", jawabku sekenanya<br />
<br />
Lalu aku pun meluncur ke arah Radio Dalam dan sekitar 15 menit akupun sampai di tempat yang telah dijanjikan.<br />
"Hallo Nia, aku dah di depan nih..", kataku<br />
"Ok aku keluar ya, sabar.."<br />
<br />
Lalu munculah seorang gadis yang sangat seksi tingginya sekitar 175 dengan berat sekitar 55 kg, wowww.. buah dadanya lebih besar dari pada punya Nia. Lalu dia menghampiri mobilku dan mengetuknya.<br />
"Iya, ada apa?", jawabku dengan mataku yang tak lepas dari buah dadanya yang montok itu.<br />
"Firman ya..", kata dia.<br />
"Iya", kataku.<br />
"Aku Melly temennya Nia yuk masuk yuk..", katanya dengan senyum nakalnya.<br />
"Oh.. yuk", jawabku agak sedikit tergagap.<br />
<br />
Wah, bakal ada pesta besar nih pikirku dalam hati. Sesampai dikamarnya aku disambut dengan pelukan dan ciuman oleh Nia dan aku diperkenalkan kepada 3 temennya yang lain yang satu bernama Dita, Ayu dan Kiki. Dan harus kuakui mereka bertiga tidak kalah menggiurkannya dengan si Melly.<br />
<br />
Tiba-tiba Nia membuka omongan yang bagiku sifatnya hanya basa-basi dan kemudian diteruskan oleh teman-temannya dan lama-kelamaan omongan kami berlanjut ke arah selangkangan. Dan tiba-tiba dari arah belakang ada yang memelukku saat aku akan menengok, dengan cepatnya Melly mencium bibirku dengan liarnya, maka akupun tak kalah bernafsunya aku balas dengan liarnya pula.<br />
<br />
Dan ternyata yang memelukku dari belakang adalah Nia dia terus menciumi leherku dan terus turun ke bawah mencoba membuka bajuku sementara aku masih saja berciuman dengan Melly. Ketika bajuku dilepaskan oleh Nia tiba-tiba ada tangan yang membuka celanaku termasuk celana dalamku maka langsung saja adekku yang telah tegang sedari tadi keluar dari sarangnya. Dan seketika itu juga "Adekku" langsung dilahap dengan liarnya setelah aku lihat ternyata Dita dengan ganasnya sedang mengulum kemaluanku.<br />
<br />
Saat aku sedang diserang oleh tiga wanita ini aku sempat mencari kemana Ayu dan Kiki ternyata mereka ada di sofa dekat situ dan keduanya sudah telanjang bulat dan aku lihat Kiki sedang menjilati vagina Ayu dan Ayu pun mendesah-desah dan meliuk-liukan badannya diatas sofa tersebut sementara aku sendiri sedang kewalahan menangani seranga dari tiga wanita ini, maka aku tidak memperhatikannya.<br />
<br />
Langsung saja aku buka baju Melly yang terdekat dengan aku dan ketika Melly sedang membuka seluruh bajunya aku tarik Dita keatas dan kami pun berciuman sementara itu Nia menggantikan posisi Dita mengulum kemaluanku. Begitu pula dengan Dita aku buka bajunya dan posisinya digantikan oleh Nia sedangkan posisi Nia digantikan oleh Melly, wow.. ternyata kuluman Melly lebih enak dari pada Nia dan Dita sampai akhirnya aku merebahkan diri di ranjang yang berada disitu.<br />
<br />
Nia setelah melepas bajunya langsung saja memgang kemaluanku dan diarahkannya ke liang vaginannya yang ternyata sudah basah sedari tadi setelah pas maka diturunkan pantatnya perlahan-lahan hingga akhirnya..<br />
Bless.., "Aah..", desah Nia.<br />
Sementara Nia sedang asiknya menaik turnkan pantatnya diatasku, maka aku tarik Melly keatasku dan aku menjilati vaginanya.<br />
"Ahh.. enak Man terus Man ohh.." desah Melly.<br />
"Ahh.. ohh.sst" desah Nia yang bersahut-sahutan dengan Melly dan Ayu.<br />
"Ohh.. yess lick my pussy Man ohh yess sst" racau Melly ketika klitorisnya aku hisap-hisap.<br />
<br />
Sementara itu aku tarik pula si Dita dan aku masukan jari tengahku ke liang vaginanya sehingga membuat Dita meracau dan meliuk-liukan badannya.<br />
"Ohh yes Man enak Man dalem lagi Man ohh.." racau Dita.<br />
Sementara setelah berada dalam posisi seperti selama kurang lebih 15 menit akhirnya Nia menggenjotnya semakin cepat dan mengerang.<br />
"Ahh.. Man aku keluar Man ah.." desah Nia dan seketika itu pula tubuhnya melemas dan menggelimpang disampingku dan ternyata tanpa aku sadari dibawahku sudah ada si Ayu yang dengan cepatnya langsung melumat kemaluanku maka aku pun menggeliat menahan nikmat hisapan Ayu dan Melly segera turun dari mulutku dan memasukan kemaluanku ke vaginanya dan langsung digoyangkannya naik turun dan kadang memutar, sementara Dita tidak mau kehilangan kesempatan maka dia menyodorkan vaginannya ke mulutku dan akupun menjilati dan mengihisap-hisap vaginanya.<br />
<br />
Setelah 5 menit aku jilati vagina nya maka tubuh Dita mengejang dan dia berteriak, "Man ahh.. aku keluar Man.. ah.." sambil menekan vaginanya ke mulutku langsung saja aku menghisap vaginanya kuat-kuat dan aku merasakan mengalir deras cairan dari vaginanya yang langsung aku sedot dan aku telan habis.<br />
<br />
Setelah Dita merebahkan diri di sampingku ternyata Kki juga tidakmau ketinggalan dia menaiki aku dan kembali aku disodorkan vagina ke 3 siang ini yang langsung aku lumat habis baru aku memulai menjilati vagina Kiki Melly yang masih bergoyang diatasku akhirnya mengerang kuat.<br />
"Man aku keluar Man ah.. sst ahh.." racaunya.<br />
Terasa sekali cairanya mengalir deras mambahasi kemaluanku dan seketika itu pula ubuhnya melemas dan menggelimpang disampingku dan ternyata Kiki sudah tidak tahan dan langsung menurunkan tubuhnya ke bawah dan memasukan penisku ke vaginanya dan..<br />
"Ahh.. sst ahh.. Man mentok Man.. ah.." desahnya.<br />
Sedangkan Ayu yang sedari tadi hanya melihat sambil masturbasi sendiri aku tarik keatasku dan aku jilat dan hisap vaginannya<br />
"Ohh yess ohh lick it honey oh.." desah Ayu.<br />
Setelah 10 menit Kiki diatasku dan menggoyangkan pinggulnya akhirnya dia pun mengalami klimaks.<br />
<br />
Sementara aku sendiri yang sedari tadi belum keluar karena tidak konsentrasi maka setelah Kiki rebah di sampingku maka aku membalikan badan hingga Ayu berada di bawahku dan perlahan-lahan aku masukan penisku ke vaginanya terasa sangat sempit, ketika kepala penisku mulai menyeruak masuk hingga Ayu berteriak.<br />
"Ahh.. pelan-pelan Man sakit"<br />
Maka perlahan-lahan aku masukan lagi setelah setengahnya masuk aku diamkan sebentar agar vagina Ayu terbiasa karena aku melihat Ayu mengerenyitkan dahinya menahan sakit setelah Ayu tenag maka aku sorong pantatku dan akhirnya seluruh penisku berada dalam vagina Ayu<br />
"Ahh Man sakit ah.." desah Ayu.<br />
<br />
Dan perlahan-lahan Ayu mulai menggoyangkan pinggulnya maka aku pun menggenjot pantatku keluar masuk. Terasa semppit sekali vagina Ayu dan ketika aku melirik kebawah aku melihat ada teesan darah keluar dari vaginanya yang akhirnya baru aku ketahui bahwa memang Ayu yang termuda diantara semuanya dia baru masuk SMU kelas 1 dan hanya dia yang masih perawan.<br />
"Ahh.. sst.. terus Man enak Man oh.. dalam lagi Man.." racau Ayu.<br />
Maka aku menarik Ayu kepinggiran tempat tidur dengan posisi kakinya berada di bahu aku sementara aku berdiri memang Ayu tidak kelihatan seperti anak baru masuk SMU dengan tingginya sekitar 170 dan buah dadanya berukuran 36 B.<br />
<br />
Setelah 10 menit aku menggenjot Ayu akhirnya dia pun mengerang.<br />
"Man aku keluar Man ohh.. Man.."<br />
Namun aku tidak perduli aku terus menggenjot Ayu karena aku sendiri mengejar klimaks ku, setelah itu aku balikan tubuh Ayu sambil terus menggenjotnya hingga akhirnya Ayu berada dalam posisi menungging dan aku terus menggenjotnya dari belakang sambil meremas buah dadanya 36Bnya yang mengayun-ayun.<br />
<br />
Ketika aku sedang menggenjot dari arah bawah belakang aku merasakan ada yang menjilati buah pelirku dan ternya Melly sudah bangun lagi sehingga setelah 10 menit aku menggenjot Ayu dari belakang dia pun mengalami orgasme kembali.<br />
"Ahh Man aku keluar lagi Man ah.." dan seketika itu tubuhnya benar-benar melemas melihat kondisinya yang seperti itu maka aku tidak tega dan langsung aku tarik Melly untuk mengangkang dan aku tusukan penisku ke vaginanya dan Melly dengan posisi dibawah mendesah-desah seperti orang yang kepedasan.<br />
"Ahh.. Man terus Man.. esst enak Man terus Man oh.." racaunya.<br />
"Enak Mel, aah.. esst ahh", racauku tidak karuan karena merasakan sedotan-sedotan di vagina Melly yang kata orang-orang 'empot ayam'.<br />
Maka dengan semangatnya aku menggenjot Melly dan setelah 10 menit Melly berkata, "Man aku mau keluar Man.. Man ahh"<br />
"Ntar Mell gue juga mau keluar barengan ya ahh" kataku.<br />
Akhirnya, "Man gue nggak kuat Man ah..", ser.. ser.. ser.., terasa deras sekali semprotan Melly.<br />
"Ahh gue juga Mell ah..", crot.. crot.. crott.., akhirnya akupun orgasme bersamaan.<br />
<br />
Akhirnya Kamipun ketiduran dengan posisi aku diatas Melly. Kira-kira aku tertidur 15 menit tiba-tiba aku merasakan penisku dijilat-jilat dan dihisap-hiasap setelah aku membuka mataku ternyata Dita sedang mengulum penisku.<br />
Maka seketika itu juga aku langsung meracau, "Ah.. ohh.. enak Dit terus Dit"<br />
Tapi Dita tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada dia langsung naik keatas tubuhku dan memasukkan penisku ke liang vagiannya, memang dari 'peperangan' tadi hanya Dita yang belum merasakan penisku maka ketika yang lain lain sedang tidur Dita memanfaatkan momen tersebut sebaik-baiknya.<br />
<br />
Terus dia menggoyangkan pinggulnya.<br />
"Ahh.. esst enak Man ah.."<br />
Aku pun merasakan keenakan dengan goyangan Dita karena goyangannya benar-benar seperti penari ular dia memutar-mutarkan pantatnya diatas penisku. Lama dia melakukan itu hingga akhirnya kami keluar bersamaan.<br />
"Ahh Man enak Man ayo Man keluarin barengan ohh.."<br />
Akhirnya, "Dit aku mau keluar ahh ohh crot.. crot.."<br />
Kami pun lemas dan Dita menciumku bibirku mesra "Makasih ya Man, enak lho bener yang Nia bilang" katanya.<br />
"Emang Nia bilang apa?" tanyaku penasaran.<br />
"Kontolku kamu enak, kamu bisa bikin ceweq ketagihan nanti lagi ya" katanya.<br />
Aku hanya tersenyum dan memeluk dia.<br />
<br />
Akhirnya aku pun menginap disitu dan kami ber-enampun melakukannya berulang kali. Kadang aku mengeluarkan spermaku di dalam vagina Melly, Ayu ataupun yang lainnya secara bergantian. Hingga sekarang pun kami masih sering melakukan kadang satu lawan satu, kadang three some, ataupun langsung berenam lagi.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-58050683364885231992014-04-23T09:13:00.002-07:002014-04-23T09:13:34.962-07:002 Cewek Sexy John dan Daniel memang suka pucuk muda………. kami berdua terus memburu
gadis-gadis remaja, kerana sikap kami yang tidak menyombong……. kami
perolehi dua orang adik angkat yang masih menuntut dalam tingkatan 1.
Umur mereka berdua baru mencecah 13 tahun.John dan Daniel merancang
sesuatu…….. Setiap hujung minggu kami membawa Nadia dan Liza
bersiar-siar dengan kereta dan bot mewah. John dan Daniel belum membuat
sebarang tindakan keatas mereka berdua. Burung sudah di tangan….. buat
apa nak gopoh-gopoh. Hubungan kami seperti adik dengan abang. John dan
Daniel merancang ingin meniduri dua gadis ini…… bila mendapat peluang
yang sesuai nanti. Nadia kulitnya putih bersih….. manakala Liza pula
kulit putih kuning……. kedua-duanya sama cantik dan comel. Kami berdua
membuat cabutan undi…… John memilih Nadia sebagai pasanganku…………..
manakala Daniel memilih Liza sebagai pasangannya. Seperti biasa kami
belayar dengan bot mewah Daniel, jika kami ingin meniduri mana-mana
gadis. Daniel banyak menyediakan filem blue untuk kami tonton nanti……..
John memerhatikan Daniel yang sedang memainkan filem blue dilayar TV………
leka menonton bersama liza.John menarik tangan Nadia…..mengajaknya
menonton bersama Liza dan Daniel.John meletakkan tangan John keatas bahu
Nadia sambil meramas-ramasnya perlahan-lahan…… Daniel pula sedang
mencium pipi Liza yang gebu. Daniel merebahkan badan Liza di atas karpet
yang berhadapan dengan kami……. John dan Nadia melihat Daniel sedang
mengomoli Liza dengan begitu rJohns……. Daniel meramas-ramas puting
gunung Liza yang sedang menegang….. sambil mulutnya menjilat leher Liza.
John membisikkan di telinga Daniel…….. “kenapa kau nak tiduri Liza…”
umurnya baru mencecah 13 tahun.”Ni yang best ni cukup rangup………” kata
Daniel kepadJohn lagi.MatJohn tak berkedip melihat tindakkan Daniel yang
begitu ganas sekali… ke atas tubuh muda itu…. jari jemari tangannya
meramas-ramas puting tetek Liza yang masih di tutupi baju T-Shirtnya.
Nadia melihat dengan mulut terbuka… kawannya sedang di gomoli oleh
Daniel…… mungkin ia tak menduga sama sekali. Daniel masih mengulum dan
menghisap bibir mongel Liza…… sambil tangannya membuka baju T-Shirt dan
seluar jeans Liza. Liza mencengkup kedua belah buah dadanya…. tetapi
Daniel lebih pantas menyembam mukanya ke gunung yang kecil dan pejal.
Tangannya meramas-ramas kedua buah gunung kesayangan Liza.John sudah
tidak tehan melihat reaksinya…… kedua pelakon itu….. melihat aksi-aksi
yang begitu menarik minatku. John meramas-ramas buah dada Nadia, sambil
John mengulum bibirnya. “Abang nak pinjam bibir Nadia….. boleh tak…..”
John menduga sambil meramas-ramas buah dadanya yang mengkal. Nadia
mengigit bibirnya…. lebih manja bila ia berbuat begitu……. menyerlah lagi
lesung pipitnya. John naik geram melihatnya…… senjata John mula
mengeras. John pasti dari tadi Nadia sudah merasakan sesuatu semasa ia
melihat pertunjukkan diantara Daniel dan Liza. John lebih galak dan
ghairah…… namun debaran dadJohn kencang. Nadia mengigil……… bila John
merebahkannya disamping Liza, lalu ku menindih tubuh Nadia….. sambil itu
John merapatkan bibirku. Nadia cuba mengelak….. John memegangkan
kepalanya sambil merapatkan bibirku kemulutnya, nafasnya
mendesah-desah…… John mengulum bibirnya kembali dan meramas-ramas
gunungnya yang pejal. Daniel sedang leka meramas-ramas buah dada Liza…..
sambil tangannya meramas-ramas bukit cicap Liza….. ia mengeliat kiri
dan kanan. Daniel mengalihkan tangannya…… meramas-ramas gunung milik
Nadia, sementara mulutnya melumat mulut Liza dengan asuk maksuk. John
menyedut lagi dari pangkal teliga…. hingga ke leher….. semuanya John
cium dan jilat. John semakin berani……..Nadia mengeliat keseronokan,
ketika tanganku merayap dan meramas dua buah gunung kecil miliknya.Ini
adalah pengalaman baru bagi Nadia dan Liza…… John mengulum bibir
Nadia….. sambil tangan Daniel membantuku membuka kutang baju kemeja satu
persatu….. hingga tiada seurat benang pun yang menutupi tubuhnya yang
masih kecil dan pejal. Putingnya agak kemerahan sesuai dengan tubuhnya.
Badan mereka bergerak-gerak……. John dan Daniel mengomol mereka dengan
ganas……… membuatkan Nadia dan Liza tercungap-cungap merintih kesedapan.
Tanpa membuang masa John dan Daniel membuat serangan seterusnya, kami
menghisap puting dan mengulum lidah pasangan masing-masing. Tanganku dan
tangan Daniel mula merayap turun ke bawah dan menyingkap skirt mereka
yang singkat. Sepantas kilat tanganku dan tangan Daniel mencekup cicap
mereka. Kami sama-sama menyembam muka kealur cicap mereka….. lidahku
mencari-cari batu permata Nadia, sambil meramas ponggongnya….. begitu
juga sebaliknya dengan Daniel. Bulu nipis memenuhi ruang atas cicap
Nadia dan Liza. Nadia dan Liza semakin diawang-awangan…. John dan Daniel
bangun serta membuka pakaian serta seluar panjang kami. Kini di hadapan
kami dua tubuh gadis kecil……… mencecah usia 13 tahun yang belum kenal
erti sex dan persetubuhan diantara lelaki dan perempuan. Dari atas
sampai ke bawah sungguh indah…….. Nadia dan Liza terlentang menunggu
tindakan seterusnya dari kami berdua. Daniel meneroka diantara dua alur
cicap Liza dengan lidahnya.Tangan mereka menarik rambut kami
“aaaaabbbangggggg………. ahhaahhhh…… oooohhhhohhhhh……
aaaaabbbbbbannggggggg… ggggeellliiiinnyyaaaa……. oohhhhhhfffffhhhhh…..
bbbbbbanngggg……” Nadia dan Liza semakin lupa diri. Air mazi mereka
banyak melimpah…….. bercampur air liur kami…… membuatkan taman sulit
mereka makin licin. John mengajukan batang zakarku ke alur Nadia, sambil
memegang ponggongnya dan John tekan….. sementara Daniel menyuakan
batangnya kemulut rahim Liza. “BBBbbbbaannggg…. ttaakkk…. mmaaahhhuuu…..
bbaannggggg…… ttttaaakkuutttttt…… jjjjaanngggaaaannnn……. bbbaaannggg…..
tttaaakkkuuttt….” kata kedua-dua mereka. Kami tak mempedulikan rayuan
Nadia dan Liza, batang kami memerlukannya.Zakarku dan zakar Daniel
mencecah alur cicap mereka yang sempit… bbbbaaannggg……..
jjjjaannggaannn…… bbbbaanngggg…. NNnnnaaaddiiaaa ddaan nn LLLllizzaaaa
ttaakkkk bbbbiiiaaassaaa……. Kami membujuk sambil menekan zakar kami
kedalam cicap mereka… cccchhhhhhrrrrrreeeeessssss selaput dara Nadia dan
Liza terkoyak. “AAAaaaaaaauuuuuuuuwwwwwwwwwwwww……..” Nadia dan Liza
menangis teresak-esak…. menahan kepedihan dan kesakitan. Kami tak peduli
kami terus tekan hingga sampai kedasarnya…. dan terus kemulut rahim.
John kembali mengulum buah dada Nadia sambil meramas-ramas gunungnya
yang pejal. Nadia memejamkan matanya kembali……. John mula dengan acara
tarik menarik batangku perlahan-lahan…. sambil mulut Daniel mengulum
bibir Liza sambil meramas teteknya. Kami menyorong tarik lebih dalam….
lubang cicap yang sempit dan nikmat. Bergilir-gilir mengikut rentak
masing-masing….. lama kelamaan…. daripada sakit menjadi
sedap.”Ssssseeedddaaaapppp….bbbbaaaannggg……” erang Nadia dan Liza antara
dengar dan tidak.John dan Daniel mengubah kedudukan kami….. kami
membuat pertukaran diantara Nadia dan Liza. John menungang Liza…..
manakala Daniel menungang Nadia pula. Sungguh menyeronokkan….. bila
membuat pertukaran begini. John menyerang Liza dengan ganas…… Daniel
menyua zakarnya untuk dikulum oleh Nadia. Jari jemari kami meramas buah
dada mereka dengan puas sepuasnya…… dayungan kami semakin laju….. dan
laju. Nadia dan Liza termengah-mengah menahan asakan kami yang
bertalu-talu……………… Kami mendayung lagi…… sambil mulutku menjilat gunung
susu Nadia, sementara Daniel pula meramas-ramas serta mengulum mulut
Liza. “AAaaahhhhhhhh…… Aaaaaaahhhhhhhhhhhh……… bbbbbaaanngggg….
bbbbaaanngggg…. qaaaaahhhhhaahh……. oohohhhhh….. ooooohhhoooooohhhh……….
hhhhhoogggggghhhhhhhhh..” mereka tercungap-cungap kelazatan dengan
pengalaman baru yang menyeronokkan.Kami yakin Nadia dan Liza sudah
klimaks…… bila kemutan cicap mereka begitu kuat. Dayungan batang zakar
kami laju….. dan semakin laju. Kami membenamkan sepenuh perasaan di
kolek yang kecil dan baru. Cengkaman cicap mereka begitu kuat…. membuat
kami tak tertahan geli….. nikmat. Kami membenamkan batang zakar kami…..
serapat-rapat yang boleh…. Daniel memanjutkan air maninya dalam
tJohnngan Nadai, sambil John memanjutkan air maniku dalam tJohnngan
Liza……. kami berpelukan erat sekali……Ketiadaan Daniel kerana urusan
penting…………….. John mengambil tugasnya dengan membawa Liza bersiar-siar
dengan kami. John sudah tempahkan sebuah bilik hotel yang sederhana
besar cukup untuk empat orang…………… hanya ada satu katil yang besar. John
bawa Nadia dan Liza pergi berehat di Hotel tersebut……………… sambil
menyedut udara nyaman. John memeluk Nadia dan mencium bibirnya dengan
lembut………. sambil diperhatikan oleh Liza…………. ia kelihatan tergamam………….
melihat John dan Nadia berkuluman lidah. John merebahkan Nadia diatas
tilam empuk……………….. dan John menelanjangkannya sekali gus saja.Liza
melabuhkan ponggongnya di tilam empuk………………. sambil memerhati perlJohnan
kami berdua. Kukulum mulut Nadia sambil kumeramas-ramaskan gunung
pejalnya yang kecil…………. ku jilat putingnya berulang kali, tanganku
meramas-ramas buah dadanya. John yakin mereka sungguh tak terduga sama
sekali permainanku dengan mereka berdua………………….. John mengambil tempat
disebelah Liza………….. John rapatkan diriku dan bersentuhan peha kami
berdua………….. John memeluk dan mencium Liza. Pandangan mereka
bertembung………… mereka……………. mereka ketawa geli hati. Pipi Liza kucubit
mesra……….. tanpa memperdulikan Liza…………. John memeluk Nadia. John
terlentangkan Nadia semula, sambil bibirku mengulum bibirnya. Jemari
tanganku meramas buah dadanya……….. Nadia cuba meronta-ronta kecil…………..
mungkin malu pada Liza yang duduk dihadapannya. Liza tunduk malu…………
John kembali membuat serangan bertubi-tubi…………… Nadia mengeliat
keseronokkan. “AAaaahhhhhhh…………bbaanngggggggg…………….ssseeddaapppp
bbbbaangggg……..” renggek Nadia manja.John semakin ganas membaham
Nadia…………….. kujilat seluruh badannya dan lidahku berhenti di alurnya
yang masih sempit. Kumainkan lidahku di batu permatanya……………. sambil
jari antuku masukan kedalam cicapnya……….. ia mengeluh keenakan. Lehernya
kusedut perlahan-lahan, sambil mengulum bibirnya…………dengan ciuman yang
begitu ghairah. Kerana seronok………… Nadia sudah hilang malunya pada
Liza………. membuka mulutnya tanpa kupinta……….. kami bergilir mengulum
lidah masing-masing.John terasa tangan Nadia cuba membuka seluarku………….
John membantu membukanya………… Liza berdebar menonton perlJohnan kami……………
biarpun begitu Liza sedia menonton perlawanan tanpa pengadil. John tak
peduli itu semua………. yang penting bagi ialah kenikmatan dan kepuasan.
John meramas-ramas buah dada Nadia……….. sambil mulutku menjilat-jilat
putting susunya yang nampak tegang. Nadia memegang batang zakarku yang
besar lagi panjang sambil meramas-ramas dengan penuh nafsu. Lidahku
menjilat semahu-mahunya cicap Nadia…………. dia merengek kegelian…………….
terangsang. Lama John menjilat cicapnya…………. John menukar posisi yang
menyeronokan bagi diriku. John terlentang dan merebahkan diriku ke
bantal………… batangku menegak………. nampak megah kerana ia besar dan
panjang. Suaranya manja……… sambil ku menoleh kemuka Liza, dari tadi
merenong batang zakarku. John memaut leher Nadia mengadap batangku…………..
terus menyuakan batangku ke dalam mulutnya……… wajahnya berkerut,
mulutnya tidak dapat menerima batangku yang besar lagi panjang. John
terus menekan batangku masuk kemulutnya………. Nadia mula mengulum zakar
dan menjilatnya………. dengan kedua belah tangannya memegang batangku………..
sambil John menyorong tarik batangku ke dalam mulutnya. Reaksi Liza
nampak gelisah……………. matanya kuyu dan masih melekat dibatangku yang di
hisap oleh Nadia.”Liza…………mari sini, John memanggilnya…” dia
terperanjat.John mengerakan badanku mendekatinya……………. sambil mulutku
mengulum bibirnya dengan lembut. Jemari tanganku meramas buah dadanya………
sementara Nadia masih mengulum dan menjilat batangku. John merebahkan
tubuh Liza kebadanku, Liza hanya diam saja biarpun John meramas-ramas
gunung susunya. Nadia masih enak mengulum batangku………… bahkan semakin
laju. John menjilat leher Liza…………. dia tak keruan. Kedua tanganku
meramas-ramas buah dadanya yang montok, sambil mulutku mengulum
putingnya.Buah dada Liza yang kecil dan tajam sudah menegang….. John
terus membuka T-Shirtnya, colinya serta skirt dan seluar dalamnya
sekali. Jemari tanganku mengusap ponggong Liza yang padat…….. John
merapatkan mulutku dan menjilat bibirnya dengan rJohns sekali……….
nafasnya mendesah desah tak keruan. John bangun sambil Nadia masih
menghisap batangku……….. John baringkan Liza yang tak ada seurat benang
pun di tubuhnya.John membaringkan Nadia……….. membuka kelangkangnya
luas-luas, mungkin kerana masih malu………. ia memejamkam kedua belah
matanya. John meramas-ramas buah dadanya. Nadia semakin ghairah…………..
batang zakarku menyelinap masuk kedalam cicapnya yang sempit. John
benamkan terus hingga kedasarnya. Nadia menjadi semakin rJohns……..
ponggongnya digoyangkan mengikut rentak dayunganku. Liza menonton dengan
pandangan mata yang cukup gairah. John terus berdayung dan berdayung
dengan laju…………… sambil Nadia meronta menjerit kesedapan dan kelazatan.
Batang John masih bekerja menyorong tarik zakarku ke dalam cicapnya………
setiap kali hentakan yang John buat Nadia akan menjerit kepuasan
“AAAaaauuuwwww…..”. Hampir 1 1/2 jam John berdayung………… Nadia mencapai
klimaksnya. John membenamkan batang zakarku hingga kelubuk cicapnya……….
senjatJohn memuntahkan air maniku ke dalam cicap Nadia……… kedua belah
kakinya mengejang.John mencabut batang zakarku yang masih menegang…………..
ku membuat serangan kepada Liza pula. Anak gadis ini sudah tak tertahan
lagi…………. desakan nafsu nalurinya begitu kuat…………. kedua belah
gunungnya ku ramas dan ku hisap putingnya. Kawahannya sudah di limpahi
air pekat…………… John memegang kepala zakarku……….. John benamkan ke alur
cicapnya yang masih sempit. John menekan dengan ganasnya zakarku……….
hingga terangkat tubuh Liza. Liza terpejam mata menahan kepedihan……….
nafas Liza makin sesak. John mula bergerak dan menolak batangku sampai
ke liang cicapnya, tarik semula keatas…… John membenamkan semula…………….
sementara mengucup bibir Liza dan meramas buah dada Liza…………. Dengan dua
pelakon yang sedang mengomol Liza……….. John sedanag berdayung di
cicapnya, manakala Nadia membuat serangan di tenguk,mulut dan
meramas-ramas buah dada Liza…………. tiga serangan serentak………… John
membenamkan zakarku hingga kemulut
rahimnya.”AAAAArrrrrrrgggghhhh………..SSSeeeeddaaappp
nnyyaaaaa……..bbbaanngggg………” sahut Liza perlahan. Liza merangkul tubuhku
dengan kemas…………. John terus menyorong tarik batang zakarku ke dalam
cicapnya……….. Akhirnya John membenamkan batangku ke dalam cicap Liza.
John memuntahkan air maniku sebanyak-banyaknya………. matanya terpejam
rapat……….. Liza<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-38890861207945656492014-04-19T09:36:00.001-07:002014-04-19T09:36:24.360-07:00Kisah Kelam Di WC Mal<b><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Minggu siang itu udara Jakarta panas sekali. Sebuah metromini masih ngetem di depan sebuah gedung di Jakarta utara, menunggu penumpang. Meski kesal, para penumpang terpaksa bersabar.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Tak lama, masuk seorang pemuda preman. Sebut saja namanya Joni. Dengan mulut bau minuman, dia lantas beraksi di depan para penumpang metromini. "Siang bapak-ibu, langsung aja, saya minta duit recehnya 500 atau 1000 perak. Receh buat anda, berharga buat saya!".</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Joni lantas menadahkan tangannya ke tiap penumpang. Ada yang ngasih, ada yang cuma melambaikan tangan. Di pojok, seorang mahasiswi asyik dengan handphonenya sehingga dia tidak sadar kalau Joni sudah di depannya dan menadahkan tangan.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">"Mbak! recehnya dong!" kata Joni sambil nyolek mahasiswi itu.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">"Ih apaan sih! Ga ada!" kata mahasiswi yang kita sebut saja Merry itu sambil sebal. Dia lantas bangkit dan pindah duduk ke bangku depan.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Joni melotot. Dalam hatinya dia ngedumel "Sialan lo! awas lo ya!". Biasanya langsung turun, Joni kali ini tetap di dalam metromini, duduk sambil agak sembunyi di bangku belakang.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Metromini berjalan lagi. Saat sampai di depan sebuah mal besar, metromini berhenti. Beberapa penumpang turun termasuk Merry. Dia tidak sadar kalau Joni ikut turun dan membuntuti agak jauh di belakang.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Merry keluar-masuk beberapa toko di dalam mal, sedangkan Joni memperhatikannya terus. Selang beberapa saat, Joni melihat Merry berjalan ke arah WC. "Ini die kesempatan gue. Awas lo ya!" kata Joni dalam hati.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Sambil celingak-celinguk, Joni memperhatikan sekeliling. Kebetulan WC itu berada di pojok gedung dan suasana sepi. Dia melihat Merry sudah masuk ke dalam WC perempuan.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Joni segera ikut masuk setelah melihat tidak ada penjaga di situ. Dia lalu mengganjal pintu masuk dengan bangku di situ supaya tidak ada yang bisa masuk lagi. Dia kemudian bersembunyi di sebuah kamar toilet yang kosong sambil mendengarkan Merry yang sedang buang air.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Joni mendengar pintu toilet tempat Merry berada terbuka. Pelan-pelan dia mengintip dan melihat Merry sudah keluar dan kini sedang berada di depan kaca sambil membetulkan roknya.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">"Ini die saatnya!" kata Joni. Dengan cepat dia keluar dari toilet lalu berlari ke belakang Merry, memiting lehernya lalu membantingnya ke lantai. Merry yang tidak tahu bakal diserang menjadi kaget. Dia mencoba bangun tapi Joni segera memukul wajahnya dan perutnya. Buk! Buk!</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Saking kerasnya pukulan, Merry langsung mengerang kesakitan. Joni tidak tanggung-tanggung lagi. Dia segera menyibakkan rok yang dipakai Merry, langsung menarik celana dalam putih yang dipakai mahasiswi itu. "Awas lo ****** lo!" kata Joni dengan ganas.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Joni lantas menindih Merry, tangannya berusaha membuka paha Merry lebar-lebar. Merry yang masih kesakitan berusaha menangkis tapi tidak kuat melawan Joni yang sudah nafsu. Dengan terburu-buru, Joni lalu membuka retsleting celananya dan memperosotkan celananya. Kontolnya yang sudah tegang langsung keluar.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Sambil tangan kanannya memegang kedua tangan Merry, Joni memakai tangan kirinya untuk mengarahkan kontolnya ke arah vagina mahasiswi itu. Merry mulai menangis tapi langsung ditampar Joni. Joni mulai mencoba memasukkan kepala kontolnya tapi masih susah karena lobang vagina Merry kecil dan masih kering. "****** lo!" sumpah Joni lagi sambil membuang ludah yang kemudian dipakai membasahi kontolnya.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Kali ini kepala kontolnya mulai bisa masuk. Joni lantas mengangkat kedua kaki Merry supaya dia lebih leluasa beraksi. Merry terus menangis dan mengerang, tapi tidak bisa apa-apa karena tangannya dipegangi. Dengan sekuat tenaga Joni mencoba memasukkan batang kontolnya dan kali ini mulai masuk.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Joni merasa ada sesuatu yang menghalangi. "Ini die perawan asli!" kata Joni dalamhati sambil ketawa-ketawa. Dia agak mencabut keluar kontolnya, lalu dengan sekuat tenaga mendorong kontolnya sejauh-jauhnya ke dalam vagina Merry. Slep! Srot! Selaput dara Merry pecah!</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">"Aaa..huhuhuhuh!" jerit Merry yang kesakitan setelah selaput daranya pecah ditembus ****** Joni. Perlahan darah kental mulai keluar dari lobang vaginanya, membasahi lantai WC.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Joni masih terengah-engah, kontolnya keluar-masuk vagina Merry. Peluh Joni menetes membasahi muka mahasiswi yang terus menangis. "Rasain lo ******!" kata Joni sambil kembali menampar perempuan manis itu.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Karena sudah tidak tahan lagi, Joni segera mengangkat kaki Merry lebar-lebar, lalu sambil mengeden keras, dia segera mengucurkan seluruh air maninya di dalam vagina perempuan itu. "Aaah...!" kata Joni sambil mengeden menahan kenikmatan.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Joni terdiam sejenak. Seluruh kenikmatan itu membuat badannya bergetar. di bawah badannya, Merry masih mengguguk menangis kesakitan.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Perlahan Joni bangun, mengusap kepala kontolnya yang masih berlumur darah dengan celana dalam Merry. Lantas celana dalam itu dilemparkannya ke muka perempuan itu. "Nih rasain lo ******!"</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Joni lantas memakai kembali celananya dan perlahan sambil celingak-celinguk melihat keluar dari pintu WC. Aman, tidak ada orang lain. Dia segera sedikit berlari keluar dari mal itu dan lantas mencegat sebuah metromini untuk kembali ke tempat nongkrongnya.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">Merry sendiri perlahan bangkit dari lantai WC. Vaginanya perih sekali. Dia menangis lalu berusaha bangkit sambil berpegangan ke dinding WC. Darah masih mengalir dari vaginanya dan jatuh ke paha. Dengan terseok-seok Merry kembali masuk toilet dan menggunakan celana dalamnya untuk membersihkan diri. Sungguh hari itu menjadi hari kelam baginya.</span><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;">The end</span></b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-34842841233839952532014-04-19T09:34:00.004-07:002014-04-19T09:34:45.667-07:00Ternyata Hidup Itu Indah Bersama ABG Toket Gede<br />
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b>Kejadian ini berlangsung beberapa minggu yang lalu. Saat itu, hari Jumat sore, aku sedang mengerjakan salah satu proyekku. Seperti biasa untuk refreshing, sambil menyeruput secangkir kopi, aku membaca email email yang masuk. Segera kubalas email permintaan proposal dari pelanggan, dan aku pun kadang tertawa geli membaca email-email joke dari teman-temanku. Tetapi ada satu email yang menarik perhatianku, yaitu dari temanku yang tinggal di Bogor, Andi. Dia sedang suntuk dan mengajakku untuk refreshing ke Puncak saat aku tidak sibuk. Kebetulan besok aku tidak ada acara, hanya perlu mengambil pembayaran ke salah satu klienku. Terlebih lagi Monika, pacarku, juga sedang keluar kota bersama keluarganya.</b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Aku segera mengambil HP-ku dan menelpon Andi, temanku itu.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Di.., OK deh gue jemput lu ya besok.. Mumpung cewek gue sedang nggak ada"</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Gitu donk.. Bebas ni ye.. Emangnya satpam lu kemana?"</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ke Surabaya.. Ada saudaranya kawinan"</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Besok jangan kesiangan ya datangnya.. Jam 11-an deh"</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"OK"</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Setelah itu kunyalakan sebatang rokok, dan kuteruskan pekerjaanku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>*****</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Pagi itu, aku berangkat ke Bogor. Dalam perjalanan, aku mampir ke tempat salah satu klienku di daerah Tebet, untuk mengambil pembayaran proyek yang telah kuselesaikan. Setelah mengambil cek pembayaran, segera aku menuju tol Jagorawi. Sialnya ban mobilku sempat kempes, untungnya hal itu terjadi sebelum aku masuk jalan tol. Akibatnya, sekalipun aku telah memacu mobilku, baru sekitar jam 12.30 aku sampai di rumah Andi.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Sialan lu.. Gue udah tunggu-tunggu dari tadi, baru dateng". Andi berkata sedikit kesal ketika membuka pintu rumahnya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Sorry.. Gue perlu ke klien dulu.. Udah gitu tadi bannya kempes, mesti ganti ban dulu di tengah jalan"</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Anterin gue tambal ban dulu yuk.. Baru kita cabut" sambungku lagi.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Bentar.. Gue ganti dulu ya". Andi pun kemudian ngeloyor pergi ke kamarnya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Sambil menunggu, aku membaca koran di ruang tamu. Tak lama Siska, adik Andi, datang membawa minuman.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Kok udah lama nggak mampir Mas?"</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Iya Sis, habis sibuk.. Mesti cari duit nih" jawabku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Mentang-mentang udah jadi pengusaha.. Sombong ya" godanya sambil tertawa kecil. Siska ini memang cukup akrab denganku. Anaknya memang ramah dan menyenangkan. Kami pun bersenda gurau sambil menunggu kakaknya yang sedang bersiap.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Setelah Andi muncul, kami segera berangkat menuju tukang tambal ban terdekat. Setelah beres, aku membawa mobilku menuju sebuah bank swasta untuk mencairkan cek dari klienku. Antrian lumayan panjang hari itu, akibatnya cukup lama juga kami menghabiskan waktu di sana.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Saat keluar dari bank tersebut, jam telah menunjukkan pukul 14.00 siang, sehingga aku mengajak Andi mampir ke sebuah restoran fast food untuk makan siang. Di restoran itu, kami bertemu dengan dua gadis ABG cantik yang masih berseragam SMA. Yang seorang berambut pendek, dengan wajah yang manis. Tubuhnya tinggi langsing, dengan kulit agak hitam, tetapi bersih. Sedangkan yang satu berwajah cantik, berkulit putih dan berambut panjang. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tetapi yang paling menarik perhatian adalah tubuhnya yang padat. Payudaranya tampak besar menerawang di balik seragam sekolahnya. Kami tersenyum pada mereka dan mereka pun membalas dengan genit.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Wan.. Kita ajak mereka yuk.." kata Andi.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Boleh aja kalau mereka mau" jawabku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Tapi lu yang traktir ya bos.., kan baru ngambil duit nih"</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Beres deh"</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Andi pun kemudian menghampiri mereka dan mengajak berkenalan. Memang Andi ini pemberani sekali dalam hal begini. Dia memang terkenal playboy, punya banyak cewek. Hal itu didukung dengan perawakannya yang lumayan ganteng.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Lisa.." kata gadis berambut pendek itu saat mengenalkan dirinya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ini temannya siapa namanya" tanyaku sambil menatap gadis seksi temannya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Novi" kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya. Langsung kusambut jabatan tangannya yang halus itu.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Aku dan Andi lalu pindah ke meja mereka. Kami berempat berbincang-bincang sambil menikmati hidangan masing-masing. Ketika diajak, mereka setuju untuk jalan-jalan bersama ke Puncak. Setelah selesai makan, waktu berjalan menuju mobil, kulihat payudara Novi tampak sedikit bergoyang-goyang saat dia berjalan. Ingin rasanya kulumat habis payudara gadis belia itu.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>*****</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Setelah berjalan-jalan di Puncak menikmati pemandangan, kami pun cek in di sebuah motel di sana.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Lu kan yang traktir Wan.. Lu pilih yang mana?" bisik Andi saat kami sedang mengurus cek-in. Memang sebelumnya aku yang janji akan traktir, karena aku baru saja menerima pembayaran dari salah satu proyekku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Novi" jawabku pendek.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Hehe.. Lu nafsu liat bodynya ya?" bisik Andi lagi sambil tertawa kecil. Setelah itu, kamipun segera cek-in. Kugandeng tangan Novi, sedangkan Andi tampak merangkul bahu Lisa menuju kamar.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Setelah kukunci pintu kamar, tak sabar langsung kudekap tubuh Novi. Langsung kucium bibirnya dengan penuh gairah. Tanganku dengan gemas meremas gundukan payudaranya. Setelah puas menciumi bibirnya, kuciumi lehernya, dan kemudian segera kubuka kancing baju seragamnya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Iih Mas.. Udah nggak sabar pengin nyusu ya?" godanya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Tak kuhiraukan perkataannya, langsung kuangkat cup BH-nya yang tampak kekecilan untuk menampung payudaranya yang besar itu. Langsung kuhisap dengan gemas daging kenyal milik Novi, gadis SMA cantik ini.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ahh.. Ahh" erangnya ketika puting payudaranya yang telah mengeras kujilati dan kuhisap. Tangan Novi mengangkat payudaranya, sambil tangannya yang lain menekan kepalaku ke dadanya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Enak Mas.. Ahh" erangnya lebih lanjut saat mulutku dengan ganas menikmati payudara yang sangat menggoda nafsu birahiku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Jilati putingnya Mas.." pintanya. Erangannya semakin menjadi dan tangannya menjambak rambutku ketika kuturuti permintaannya dengan senang hati.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Puas menikmati payudara gadis belia ini, kembali kuciumi wajahnya yang cantik. Lalu kutekan bahunya, dan diapun mengerti apa yang aku mau. Dengan berjongkok di depanku, dibukanya restleting celanaku. Tak sabar, kubantu dia membuka seluruh pakaianku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ih.. Mas, gede banget.." desahnya lirih ketika penisku mengacung tegak di depan wajahnya yang cantik. Dielusnya perlahan batang kemaluanku itu.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Memang kamu belum pernah liat yang besar begini?"</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Belum Mas.. Punya cowok Novi nggak sebesar ini." jawabnya. Tampak matanya menatap gemas ke arah kemaluanku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Arghh.. Enak Nov.." erangku ketika Novi mulai mengulum kepala penisku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Dijilatinya lubang kencingku, dan kemudian dikulumnya penisku dengan bernafsu. Sementara itu tangannya yang halus mengocok batang penisku. Sesekali diremasnya perlahan buah zakarku. Rasa nikmat yang tiada tara menghinggapi tubuhku, ketika gadis cantik ini memompa penisku dengan mulutnya. Kulihat kepalanya maju mundur menghisapi batang kejantananku. Kuusap-usap rambutnya dengan gemas. Karena capai berdiri, akupun pindah duduk di kursi. Novi kemudian berjongkok di depanku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Novi isap lagi ya Mas.. Novi belum puas.." katanya lirih.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Kembali mulut gadis belia ini menghisapi penisku. Sambil mengelus-elus rambutnya, kuperhatikan kemaluanku menyesaki mulutnya yang mungil. Ruangan segera dipenuhi oleh eranganku, juga gumaman nikmat Novi saat menghisapi kejantananku. Saat kepalanya maju mundur, payudaranya pun bergoyang-goyang menggoda. Kuremas dengan gemas bongkahan daging kenyal itu.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Nov.., jepit pakai susumu Nov.." pintaku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Novi langsung meletakkan penisku di belahan payudaranya, dan kemudian kupompa penisku. Sementara itu tangan Novi menjepitkan payudaranya yang besar, sehingga gesekan daging payudaranya memberikan rasa nikmat luar biasa pada penisku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Yes.. Yes.." akupun tak kuasa menahan rasa nikmatku. Setelah beberapa lama, kusodorkan kembali penisku ke mulutnya, yang disambutnya dengan penuh nafsu.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Setelah puas menikmati mulut dan payudara gadis SMA ini, kuminta dia untuk bangkit berdiri. Kuciumi lagi bibirnya dan kuremas-remas rambutnya dengan gemas. Tanganku melepas restleting rok seragam abu-abunya, kemudian kuusap-usap vaginanya yang mulai mengeluarkan cairan membasahi celana dalamnya. Kusibak sedikit celana dalam itu dan kuusap-usap bibir vagina dan klitorisnya. Tubuh Novi menggelinjang di dalam dekapanku. Erangannya semakin menjadi.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Aku sudah ingin menyetubuhi gadis muda ini. Kubalikkan badannya dan kuminta dia menungging bertumpu di meja rias. Kubuka celana dalamnya sehingga dia hanya tinggal mengenakan baju seragamnya yang kancingnya telah terbuka.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ahh.." jeritnya panjang ketika penisku mulai menerobos vaginanya yang sempit.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Gila.. Memekmu enak banget Nov.." kataku ketika merasakan jepitan dinding vagina Novi.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Langsung kupompa penisku di dalam vagina gadis cantik itu. Sementara itu, tanganku memegang pinggulnya, terkadang meremas pantatnya yang membulat. Novi pun menjerit-jerit nikmat saat tubuh belianya kusetubuhi dengan gaya doggy-style. Kulihat di kaca meja rias, wajah Novi tampak begitu merangsang. Wajah cantik gadis belia yang sedang menikmati persetubuhan. Payudaranya pun tampak bergoyang-goyang menggemaskan di balik baju seragamnya yang terbuka.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Bosan dengan posisi ini, aku kembali duduk di kursi. Novi lalu duduk membelakangiku dan mengarahkan penisku ke dalam vaginanya. Kusibakkan rambutnya yang panjang indah itu dan kuciumi lehernya yang putih mulus. Sementara itu tubuh Novi bergerak naik turun menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan sibuk meremas payudaranya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ahh.. Ahh.. Ahh.." erang Novi seirama dengan goyangan badannya di atas tubuhku. Terkadang erangan itu terhenti saat kusodorkan jemariku untuk dihisapnya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Beberapa saat kemudian, kuhentikan goyangan badannya dan kucondongkan tubuhnya agak ke belakang, sehingga aku dapat menghisapi payudaranya. Memang enak sekali menikmati payudara kenyal gadis cantik ini. Dengan gemas kulahap bukit kembarnya dan sesekali kujilati puting payudara yang berwarna merah muda. Erangan Novi semakin keras terdengar, membuat aku menjadi semakin bergairah. Setelah selesai aku menikmati payudara ranumnya, kembali tubuh belia Novi mencari pelepasan gairah mudanya dengan memompa penisku naik turun dengan liar. Tak kusangka seorang gadis SMA dapat begini binal dalam bermain seks.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Cukup lama aku menikmati persetubuhan dengan gadis cantik ini di atas kursi. Lalu kuminta dia berdiri, dan kembali kami berciuman. Kubuka baju seragam sekolah berikut BH-nya sehingga sekarang kami berdua telah telanjang bulat. Kembali dengan gemas kuremas dan kuhisap payudara gadis 17 tahunan itu. Aku ingin segera menuntaskan permainan ini. Lalu kutuntun dia untuk merebahkan diri di atas ranjang. Aku pun kemudian mengarahkan penisku kembali ke dalam vaginanya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ahh.." erang Novi kembali ketika penisku kembali menyesaki liang kewanitaannya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Langsung kupompa dengan ganas tubuh anak sekolah ini. Erangan nikmat kami berdua memenuhi ruangan itu, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas suasana. Kulihat Novi yang cantik menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri menahan nikmat. Tangannya meremas-remas sprei ranjang.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Mas.. Novi hampir sampai Mas.. Terus.. Ahh.. Ahh" jeritnya sambil tubuhnya mengejang dalam dekapanku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Tampak dia telah mencapai orgasmenya. Kuhentikan pompaanku, dan tubuhnya pun kemudian lunglai di atas ranjang. Kuperhatikan butir keringat mengalir di wajahnya nan ayu. Payudaranya naik turun seirama dengan helaan nafasnya. Payudara belia yang indah, besar, kenyal, dan padat. Mulutku pun dengan gemas kembali menikmati payudara itu dengan bernafsu.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Setelah itu, kucabut penisku dan kembali kujepitkan di payudaranya. Kali ini aku yang menjepitkan daging payudaranya pada penisku. Novi masih tampak terkulai lemas. Lalu kupompa kembali penisku dalam belahan payudara gadis ini. Jepitan daging kenyal itu membuatku tak dapat bertahan begitu lama. Tak lama aku pun menyemburkan spermaku di atas payudara gadis SMA yang seksi ini.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>*****</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Kami akhirnya menginap di motel tersebut. Selama di sana, aku sangat puas menikmati tubuh sintal Novi. Berulang kali aku menyetubuhinya, baik di atas ranjang, di meja rias, di kursi, ataupun di kamar mandi sambil berendam di bathtub. Sebenarnya ingin aku menginap lebih lama lagi, tetapi hari Senin itu aku harus menemui klienku di pagi hari, sementara ada bahan yang masih perlu dipersiapkan.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Hari Minggu malam, kami pun kembali ke Bogor. Kali ini ganti Andi yang menyetir mobilku. Lisa duduk di kursi penumpang di depan, sedangkan Novi dan aku duduk di belakang. Dalam perjalanan, melihat Novi yang cantik duduk di sebelahku, dengan rok mini yang memamerkan paha mulusnya, membuatku kembali bergairah. Akupun mulai menciuminya sambil tanganku mengusap-usap pahanya. Kusibakkan celana dalamnya, dan kumainkan vaginanya dengan jemariku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ehmm.." erangnya saat klitorisnya kuusap-usap dengan gemas.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Erangannya terhenti karena mulutnya langsung kucium dengan penuh gairah. Tanganku lalu membuka baju seragam sekolahnya. Kuturunkan cup BH-nya sehingga payudaranya yang besar itu segera mencuat keluar menantang.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Suka banget sih Mas.. Nyusuin Novi" ucapnya lirih.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Iya habis susu kamu bagus banget" bisikku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Desah Novi kembali terdengar ketika lidahku mulai menari di atas puting payudaranya yang sudah menonjol keras. Kuhisap dengan gemas gunung kembar gadis cantik ini hingga membuat tubuhnya menggelinjang nikmat.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Gantian dong Nov" bisikku ketika aku sudah puas menikmati payudaranya yang ranum.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Kami pun kembali berciuman sementara tangan Novi yang halus mulai membukai resleting celanaku. Diturunkannya celana dalamku, sehingga penisku yang telah membengkak mencuat keluar dengan gagahnya. Novi pun kemudian mendekatkan wajah ayunya pada kemaluanku itu, dan rasa nikmat menjalar di tubuhku ketika mulutnya mulai mengulum penisku. Sambil menghisapi penisku, Novi mengocok perlahan batangnya, membuatku tak tahan untuk menahan erangan nikmatku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ihh.. Gede banget.. Lisa juga pengen dong..". Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara Lisa yang ternyata entah sejak kapan memperhatikan aktifitas kami di belakang.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Pindah aja ke sini" kataku sambil mengelus-elus rambut Novi yang masih menghisapi penisku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Lisa pun kemudian melangkah pindah ke bangku belakang. Langsung kuciumi wajahnya, yang walaupun tidak secantik Novi tetapi cukup manis. Lidahku dan lidahnya sudah saling bertaut, sementara Novi masih sibuk menikmati penisku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Di.. Bentar ya nanti gantian.." kataku pada Andi yang melotot melihat dari kaca spion.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Oke deh bos.." jawabnya sambil terus melotot melihat pemandangan di bangku belakang mobilku. Setelah puas berciuman, kucabut penisku dari mulut Novi.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ayo Lis.. Katanya kamu suka" kataku sambil sedikit menekan kepala Lisa agar mendekat ke kemaluanku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Iya.. Abis gede banget.." katanya sambil dengan imutnya menyibakkan rambut yang menutupi telinganya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ahh.. Yes.." desahku saat Lisa memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Dihisapinya batang kemaluanku seperti anak kecil sedang memakan permen lolipop. Rasa nikmat yang tak terhingga menjalari seluruh syarafku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Cukup lama juga Lisa menikmati penisku. Sementara itu Novi kembali menyodorkan payudara mudanya untuk kunikmati. Setelah beberapa lama kuhisapi payudaranya, Novi kemudian mendekatkan wajahnya ke arah kemaluanku dan menciumi buah zakarku, sementara Lisa masih sibuk mengulum batang kemaluanku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Nih gantian Nov.." katanya sambil menyorongkan penisku ke mulut Novi yang berada di dekatnya. Novi pun dengan sigap kembali mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya. Sementara itu, kali ini gantian Lisa yang menjilati dan menciumi buah zakarku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Saat itu aku merasa seperti sedang berada di surga. Dua orang gadis SMA yang cantik sedang menghisapi dan menjilati penisku secara bergantian. Kuelus-elus kepala gadis-gadis ABG yang sedang menikmati kelelakianku itu. Nikmat yang kurasakan membuatku merasa tak akan tahan terlalu lama lagi. Tetapi sebelumnya aku ingin menyetubuhi Lisa. Ingin kurasakan nikmat jepitan vagina gadis hitam manis ini.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Kuminta dia untuk duduk di pangkuan sambil membelakangiku. Kusibakkan celana dalamnya, sambil kuarahkan penisku dalam liang nikmatnya. Sengaja tak kuminta dia untuk membuka pakaiannya, karena aku tak mau menarik perhatian kendaraan yang melintas di luar sana.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ah.." desah Lisa ketika penisku mulai menyesaki vaginanya yang tak kalah sempit dengan kepunyaan Novi.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Lisa kemudian menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Novi pun tak tinggal diam, diciuminya aku ketika temannya sedang memompa penisku dalam jepitan dinding kewanitaannya. Goyangan tubuh Lisa membuatku merasa akan segera menumpahkan spermaku dalam vaginanya. Aku berusaha sekuat tenaga agar tidak ejakulasi terlebih dahulu sebelum dia orgasme. Sambil menciumi Novi, tanganku memainkan klitoris Lisa.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ah.. Terus Mas.. Lisa mau sampai.." desahnya. Semakin cepat kuusap-usap klitorisnya, sedangkan tubuh Lisa pun semakin cepat memompa penisku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ahh.." erangnya nikmat saat mengalami orgasmenya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Tubuhnya tampak mengejang dan kemudian terkulai lemas di atas pangkuanku. Aku pun mengerang tertahan saat aku menyemburkan ejakulasiku dalam vagina gadis manis ini. Setelah beristirahat sejenak, kami segera membersihkan diri dengan tisu yang tersedia.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Mau gantian Di? " tanyaku pada Andi yang tampak sudah tidak tenang membawa mobilku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"So pasti dong" jawab Andi sambil menepikan mobil di tempat yang sepi.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Kami pun berganti tempat. Aku yang membawa mobil, sedangkan Andi pindah duduk di jok belakang. Rencananya dia juga akan main threesome, tetapi Novi juga ikut beranjak ke bangku depan.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Aku cape ah Mas.." katanya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Andi tampak kecewa, tetapi apa boleh buat. Kami pun segera melanjutkan perjalanan kami. Kudengar suara lenguhan Andi di jok belakang. Lewat kaca spion kulihat Lisa sedang mengulum penisnya. Karena sudah puas, aku tak begitu mempedulikannya lagi.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Sesampainya di Bogor, kedua gadis itu kami turunkan di tempat semula, sambil kuberi uang beberapa ratus ribu serta uang taksi.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Kalau ke Bogor hubungi Novi lagi ya Mas.." kata Novi manis saat kami akan berpisah. Kulihat beberapa orang memperhatikan mereka. Mungkin mereka curiga kok ada dua gadis berseragam SMA di hari Minggu, malam lagi he.. He..</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Wan.. Gue doain lu dapat banyak proyek deh.. Biar lu traktir gue kayak tadi lagi.." kata Andi ketika aku turunkan di depan rumahnya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Sip deh.." jawabku sambil pamit pulang.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Kukebut mobilku menyusuri jalan tol Jagorawi menuju Jakarta. Aku tersenyum puas. Yang dulu selalu menjadi obsesiku, kini bisa menjadi kenyataan. Ternyata hidup itu indah.</b></div>
</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-18821831812625035772014-04-19T09:33:00.002-07:002014-04-19T09:33:12.970-07:00Mama Tiriku Guru Seks Ku<br />
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b>Saat usia 10 tahun, Papa dan Mama bercerai karena alasan tidak cocok. Aku sebagai anak-anak sih nerima aja tanpa bisa protes. Saat aku berusia 15 tahun, Papa kawin lagi. Papa yang saat itu berusia 37 tahun kawin dengan Tante Nuna yang berusia 35 tahun. Tante Nuna orangnya cantik, setidaknya pikiranku sebagai lelaki disuia ke 15 tahun yang sudah mulai merasakan getaran terhadap wanita. Tubuhnya tinggi, putih, pantatnya berisi dan buah dadanya padat. Saat menikah dengan Papa, Tante Nuna juga seorang janda tapi nggak punya anak.</b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Sejak kawin, Papa jadi semangat hidup berimbas ke kerjanya yang gila-gilaan. Sebagai pengusaha, Papa sering keluar kota. Tinggallah aku dan ibu tiriku dirumah. Lama-lama aku jadi deket dengan Tante Nuna yang sejak bersama Papa aku panggil Mama Nuna. Aku jadi akrab dengan Mama Nuna karena kemana-mana Mama minta tolong aku temenin. DirumaHPun kalo Papa nggak ada aku yang nemenin nonton TV atau nonton film VCD. Aku senang sekali dimanja sama Mama baruku ini.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Setahun sudah Papa kawin dengan Mama Nuna tapi belom ada tanda-tanda kalo aku bakalan punya adik baru. Bahkan Papa semakin getol cari duit dan sering banget keluar kota. Aku dan Mama Nuna semakin akrab aja. Sampai-sampai kami seperti tidak ada batasan sebagai anak tiri dan ibu tiri. Kami mulai sering tidur disatu tempat tidur bersama. Mama Nuna mulai nggak risih untuk mengganti pakaian didepanku walaupun tidak bener-bener telanjang. Tapi terkadang aku suka menangkap basah Mama Nuna lagi berpolos ria mematut didepan kaca sehabis mandi. Beberapa kali kejadian aku jadi apal kalo setiap habis mandi Mama pasti masuk kamarnya dengan hanya melilitkan handuk dan sesampai dikamar handuk pasti ditanggalkan.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Beberapa kali kejadian aku membuka kamar Mama yang nggak dikunci aku kepergok Mama Nuna masih dalam keadaan tanpa sehelai benang sedang bengong didepan cermin. Lama-lama aku sengajain aja setiap selesai Mama mandi beberapa menit kemudian aku pasti pura-pura nggak sengaja buka pintu dan pemandangan indah terhampar dimata mudaku. Sampai suatu ketika, mungkin karena terdorong nafsu laki-laki yang mulai menggeliat diusia 16 tahun, aku menjadi bernafsu besar ketika melihat Mama sedang tiduran dikasur tanpa pakaian. Matanya terpejam sementara tangannya menggerayang tubuhnya sendiri sambil sedikit merintih. Aku terpana didepan pintu yang sedikit terbuka dan menikmati pemandangan itu. Lama aku menikmati pemandangan itu. Kemaluanku berdiri tegak dibalik celana pendekku. Ah, inikah pertanda kalo anak laki-laki sedang birahi? Batinku. Aku terlena dengan pemandangan Mama Nuna yang semakin hot menggeliat-geliat dan melolong. Tanpa sadar tanganku memegang dan memijit-mijit si otong kecil yang sedari tadi tegang. Tiba-tiba aku seperti pengen pipis dan ahh koq pipisnya enak ya. Akupun bergegas kekamar mandi seiring Mama Nuna yang lemas tertidur.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Kejadian seperti jadi pemandanganku setiap hari. Lama-lama aku jadi bertanya-tanya. Mungkinkah ini disengaja sama Mama? Dari keseringan melihat pemandangan ini rupanya terekam diotakku kalau wanita cantik itu adalah wanita yang lebih dewasa. Wanita berumur yang cantik dimataku terlihat sangat sexi dan sangat menggairahkan.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Suatu siang sepulang aku dari sekolah aku langsung ke kamarku. Seperti biasa aku melongok ke kamar Mama. Kulihat Mama Nuna dalam keadaan telanjang bulat sedang tertidur pulas. Kuberanikan untuk mendekat Mumpum perempuan cantik ini lagi tidur, batinku. Kalau selama ini aku hanya berani melihat Mama dari balik pintu kali ini tubuh cantik tanpa busana bener-bener berada didepanku. Kupelototi semua lekuk liku tubuh Mama. Ahh, si otong bereaksi keras, menyentak-nyentak ganas. Tanpa kusadari, mungkin terdorong nafsu yang nggak bisa dibendung, kuberanikan tanganku mengusap paha Mama Nuna, pelan, pelan. Mama diam aja, aku semakin berani. Kini kedua tanganku semakin nekad menggerayang tubuh cantik Mama tiriku. Kuremas-remas buah dada ranum dan dengan naluri plus pengetahuan dari film BF aku bertindak lebih lanjut dengan mengisap puting susu Mama. Mama masih diam, aku makin berani. Terispirasi film blue yang kutonton bersama temen-temen, aku tanggalkan seluruh pakaianku dan si otong dengan marahnya menunjuk-nujuk. Aku tiduran disamping Mama sambil memeluk erat.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Aku sedikit sadar dan ketakutan ketika Mama tiba-tiba bergerak dan membuka mata. Mama Nuna menatapku tajam.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ngapain Ndy? Koq kamu telanjang juga?" tanya Mama.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Maaf ma, Andy khilaf, abis nafsu liat Mama telanjang gitu" jawabku takut-takut.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Kamu mulai nakal ya" kata Mama sambil tangannya memelukku erat.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ya udah Mama juga pengen peluk kamu, udah lama Mama nggak dipeluk papamu. Mama tadi kegerahan makanya Mama telanjang, e nggak taunya kamu masuk" jelas Mama.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Yang nggak kusangka-sangka tiba-tiba Mama mencium bibirku. Dia mengisap ujung lidahku, lama dan dalam, semakin dalam. Aku bereaksi. Naluri laki-laki muda terpacu. Aku mebalas ciuman Mama tiriku yang cantik.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Semuanya berjalan begitu saja tanpa direncanakan. Lidah Mama kemuidan berpindah menelusuri tubuhku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Kamu sudah dewasa ya Ndy, gak apa-apa kan kamu Mama perlakukan seperti papamu" gumam Mama disela telusuran lidahnya.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Punya kamu juga sudah besar, belom sebesar punya papamu tapi lebih keras dan tegang", cerocos Mama lagi.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Aku hanya diam menahan geli dan nikmat. Mama lebih banyak aktif menuntun (atau mengajariku). Si otong kemudian dijilatin Mama. Ini membuat aku nggak tahan karena kegelian. Lalu, punyaku dikulum Mama. Oh indah sekali rasanya. Lama aku dikerjain Mama cantik ini seperti ini.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Mama kemudian tidur telentang, mengangkangkan kaki dan menarik tubuhku agar tiduran diatas tubuh indahnya. Mama kemudian memegang punyaku, mengocoknya sebentar dan mengarahkan keselangkangan Mama. Aku hanya diam saja. Terasa punyaku sepertinya masuk ke vagina Mama tapi aku tetep diam aja sampai kemudian Mama menarik pantatku dan menekan. Berasa banget punyaku masuk ke dalam punya Mama. Pergesekan itu membuat merinding. Secara naluri aku kemudian melakukan gerakan maju mundur biar terjadi lagi gesekan. Mama juga mengoyangkan pinggulnya. Mama yang kulihat sangat menikmati bahkan mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya sehingga aku seperti sedang naik kuda diatas pinggul Mama.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Tiba-tiba Mama berteriak kencang sambil memelukku erat-erat, "Andyy, Mama enak Ndy" teriak Mama.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ma, Andy juga enak nih mau muncrat" dan aku ngerasain sensasi yang lebih gila dari sekedar menonton Mama kemarin-kemarin.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Aku lemes banget, dan tersandar layu ditubuh mulus Mama tiriku. Aku nggak tau berapa lama, rupanya aku tertidur, Mama juga. Aku tersadar ketika Mama mengecup bibirku dan menggeser tubuhku dari atas tubuhnya. Mama kemudian keluar kamar dengan melilitkan handuk, mungkin mau mandi. Akupun menyusul Mama dalam keadaan telanjang. Kuraba punyaku, lengket sekali, aku pengen mencucinya. Aku melihat Mama lagi mandi, pintu kamar mandi terbuka lebar. Uhh, tubuh Mama tiriku itu memang indah sekali. Nggak terasa punyaku bergerak bangkit lagi. Dengan posisi punyaku menunjuk aku berjalan ke kamar mandi menghampiri Mama.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Ma, mau lagi dong kayak tadi, enak" kini aku yang meminta.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Mama memnandangku dan tersenyum manis, manis sekali. Kamuipun melanjutkan kejadian seperti dikamar.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Kali ini Mama berjongkok di kloset lalu punyaku yang sedari tadi mengacung aku masukkan ke vagina Mama yang memerah. Kudorong keluar masuk seperti tadi. Mama membantu dengan menarik pantatku dalam-dalam. Nggak berapa lama Mama mengajak berdiri dan dalam posisi berdiri kami saling memeluk dan punyaku menancap erat di vagina Mama. Aku menikmati ini, karena punyaku seperti dijepit. Mama menciumku erat. Baru kusadari kalau badanku ternyata sama tinggi dengan mamaku. Dlama posisi berdiri aku kemudian merasakan kenikmatan ketika cairan kental kembali muncrat dari punyaku sementara Mama mengerang dan mengejang sambil memelukku erat. Kami sama–sama lunglai.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Setelah kejadian hari itu, kami selalu melakukan persetubuhan dengan Mama tiriku. Hampir setiap hari sepluang sekolah, bahkan sebelum berangkat sekolah. Lebih gila lagi kadang kami melakukan walaupun Papa ada dirumah. Sudah tentu dengan curi-curi kesempatan kalo Papa lagi tidur. Kehadiran Papa dirumah seperti siksaan buatku karena aku nggak bisa melampiaskan nafsu terhadap Mama. Aku sangat menikmati. Aku senang kalo Papa keluar kota untuk waktu lama, Mama juga seneng. Mama terus melatih aku dalam beradegan sex. Banyak pelajaran yang dikasi Mama, mulai dari cara menjilat vagina yang bener, cara mengisap buah dada, cara mengenjot yang baik. Pokoknya aku diajarkan bagaimana memperlakukan wanita dengan enak. Aku sadar kalo aku menjadi hebat karena Mama tiriku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Sekitar setahun lebih aku menjadi pemuas Mama tiriku menggantikan posisi ayah. Aku bahkan jatuh cinta dengan Mama tiriku ini. Nggak sedetikpun aku mau berpisah dengan mamaku, kecuali sekolah. Dikelaspun aku selalu memikirkan Mama dirumah, pengen cepet pulang. Aku jadi nggak pernah bergaul lagi sama temen-temen. Sebagai cowok yang ganteng, banyak temen cewek yang suka mengajak aku jalan tapi aku nggak tertarik. Aku selalu teringat Mama. Justru aku akan tertarik kalo melihat Bu guru Ratna yang umurnya setua Mama tiriku atau aku tertarik melihat Bu Henny tetanggaku dan temen Mama.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Tapi percintaan dengan Mama hanya bertahan setahun lebih karena kejadian tragis menimpa Mama. Mama meninggal dalam kecelakaan. Ketika itu seorang diri Mama tiriku mengajak aku nemenin tapi aku nggak bisa karena aku ada les. Mama akhirnya pergi sendiri ke mal. Dijalan mobil Mama tabrakan hebat dan Mama meminggal ditempat. Aku merasa sangat berdosa nggak bisa nemenin Mama tiriku tercinta. Aku shock. Aku ditenangkan Papa.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>"Papa tau kamu deket sekali dengan Mama Nuna, tapi nggak usah sedih ya Ndy, Papa juga sedih tapi mau bilang apa" kata papaku.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Selama ini papaku tau kalo aku sangat deket dengan Mama. Papa senang karena Papa mengira aku senang dengan Mama Nuna dan menganggapnya sebagai Mama kandung. Padahal kalau Papa tau apa yang terjadi selama ini. Aku merasa berdosa terhadap Papa yang dibohongi selama ini.</b></div>
</span><div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><br /></b></span></div>
<span style="background-color: #f9f9f9; color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><div style="text-align: left;">
<b>Tapi semua apa yang diberikan Mama Nuna, kasih sayang, cinta dan pelajaran sex sangat membekas dipikiranku. Sampai saat ini, aku terobsesi dengan apa semua yang dimiliki Mama Nuna dulu. Aku mendambakan wanita seumur Mama, secantik Mama, sebaik Mama dan hebat di ranjang seperti Mama tiriku itu. Kusadari sekarang kalo aku sangat senang bercinta dengan wanita STW semuanya berawal dari sana.</b></div>
</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-80981933031534475642014-04-18T17:25:00.002-07:002014-04-18T17:25:39.152-07:00Menikmati Tubuh MungilNamaku Andi, ketika aku SMP, aku tinggal dengan saudaraku di Jakarta, di
rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang usianya
sebayaku kecuali Marlena si bungsu, gadis kecil yang masih kelas enam
SD.<br />
<br />
<br />
Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku,
semakin hari tubuh Marlena yang biasa kupanggil Lena, terlihat semakin
bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat
menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh
bongsor dan montok.<br />
<br />
<br />
Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol
dengan Lena, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya
mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku
akan mendekatinya, pikirku.<br />
<br />
<br />
Dihari berikutnya saat Marlena pulang dari sekolah langsung menuju ke
kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak
ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak
mengagetkannya.<br />
<br />
"Len..udah pulang..?" iya kak, sambil melepas sepatunya.<br />
<br />
"Awas dong..mau ganti baju nih..!" katanya memohon.<br />
<br />
"Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya..!" pintaku padanya.<br />
<br />
"Iya....boleh.." ungkapnya.<br />
<br />
<br />
"Aku masuk ya..!" pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti
bidadari Marlena memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku
berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.<br />
<br />
"Len..kamu cantik sekali pakai baju itu..!" ungkapku jujur padanya.<br />
<br />
"Masa sih..!" kata Marlena sambil berputar bergaya seperti peragawati.<br />
<br />
"Aku boleh bilang sesuatu nggak Len..?" tanyaku agak ragu padanya.<br />
<br />
"Mau bilang apaan sih kak..serius banget deh kayaknya..!" ungkap Marlena penasaran.<br />
<br />
"A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja..!" ungkapku memberanikan diri.<br />
<br />
"Aku janji nggak ngapa-ngapain...sungguh..!" janjiku padanya.<br />
<br />
"Iiih..peluk gimana sih.., emang mau ngapain.., nggak mau ah..!" bantahnya.<br />
<br />
"Sebentar...aja...ya..Len.." kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.<br />
<br />
"Ya udah cepetan ah..yang enggak-enggak aja sih.." ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.<br />
<br />
<br />
Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku
melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku
kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.<br />
<br />
Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marlena yang
empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku.
Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.<br />
<br />
"Iiih...diapain sih tuh..udah...ah..!" seru Marlena sambil berusaha melepaskan pelukanku.<br />
<br />
"Aku terangsang Len..abis kamu cantik sekali Len..!" ungkapku terus terang.<br />
<br />
<br />
Marlena pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran.<br />
<br />
"Anunya bangun ya kak..?" tanya Marlena heran.<br />
<br />
"Iya Len..aku terangsang sekali.." ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.<br />
<br />
"Kamu mau lihat nggak Len..?" tanyaku padanya.<br />
<br />
"Nggak ah..entar ada orang masuk lho..!" katanya polos.<br />
<br />
"Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya..!" ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan.<br />
<br />
Sementara Marlena menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.<br />
<br />
<br />
Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marlena masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.<br />
<br />
"Ya udah aku buka ya....?" ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.<br />
<br />
Kulihat Marlena mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit
melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.<br />
<br />
"Nih lihat...cepetan mumpung nggak ada orang..!" ungkapku pada Marlena
sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Marlena pun melihatnya dengan
tersipu-sipu.<br />
<br />
"Iiih ngapain sih... Malu tahu..!" ungkapnya pura-pura.<br />
<br />
"Ngapain malu Len..kan udah nggak ada orang.." kataku berdebar-debar.<br />
<br />
"Mau pegang nggak...?" Ungkapku sambil menarik tangan Marlena
kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Marlena mulai memerah karena
malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marlena
kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku
usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah
kontolku.<br />
<br />
<br />
"Iiiih..takut ah..gede banget sih..!" ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.<br />
<br />
"Aaaah..ooouw...terus Len..enak banget..!" aku mulai merintih. Sementara
Marlena sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali
mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa
penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.<br />
<br />
"Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Len..?" ungkapku sambil mulai
mengusap-usap lengan Marlena, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya,
sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut.
Marlena terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa
maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan
tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marlena
menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya,
agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang
tuanya.<br />
<br />
"Gimana Len.....?" ungkapku padanya.<br />
<br />
"Gimana apanya..!" jawab Marlena polos.<br />
<br />
<br />
Aku kembali berdiri dan memeluk Marlena dari belakang, sementara
celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marlena
pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster
mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Marlena membuatku semakin
bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di
atas pantatnya itu. Sementara tangan Marlena terus menggenggam batang
kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya
pelan-pelan.<br />
<br />
Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marlena yang
menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang
kontolku diatas pantat Marlena yang tidak tertutupi oleh daster tipinya
lagi.<br />
<br />
"Len...buka ya celana dalamnya...!" pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.<br />
<br />
"Eeeh...mau ngapain sih...pake dibuka segala..?" tanyanya bingung.<br />
<br />
"Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu.. Lena tenang aja..!" bujukku
padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan
celana dalam Marlena.<br />
<br />
"Tuh kan....malu..masa nggak pake celana dalam sih..!" ungkapnya merengek padaku.<br />
<br />
"Udah nggak apa-apa...kan nggak ada siapa-siapa..!" aku menenangkannya.<br />
<br />
<br />
"Kamu kan udah pegang punyaku..sekarang aku pegang punyamu ya..Len..?"
pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih
tanpa bulu itu.<br />
<br />
"Ah..udah dong..geli nih.." ungkap Marlena, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.<br />
<br />
"Ya udah...punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!" ungkapku
sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marlena
tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang
kontolku itu di belahan memek Marlena. Lama kelamaan memek Marlena mulai
basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan
memek Marlena, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir
cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin
cepat.<br />
<br />
<br />
Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marlena membungkukkan
badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di
tengah-tengah selangkangannya. Marlena pun menuruti permintaanku tanpa
rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan
segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan
terhadapnya, meyakinkan Marlena bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.<br />
<br />
"Terus kita mau ngapain nih..?" ungkap Marlena heran sambil
menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa.
Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang
sudah basah oleh cairan memek Marlena tadi. Lantas aku masukan kembali
batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Marlena, menempel tepat
pada belahan memek Marlena, mulai kugesek-gesekan secara beraturan,
cairan memek Marlena pun semakin membasahi batang kontolku.<br />
<br />
"Aaah..Len..enaaaak...bangeet..!" aku merintih nikmat.<br />
<br />
"Apa sih rasanya...emang enak..ya..?" tanya Marlena, heran.<br />
<br />
"Iya..Len..rapetin kakinya ya..!" pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.<br />
<br />
Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marlena. Aku
terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali
kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.<br />
<br />
"Ah geli nih... udah belum sih..jangan lama-lama dong..!" pinta Marlena tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.<br />
<br />
"Iya..Len.. sebentar lagi ya..!" ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Marlena dengan penuh nafsu.<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.<br />
<br />
"Aaaaakh..aaaoww..Leenn..aku mau
keluaarr..crottt..crott..crottt..oouhh..!" air maniku muncrat dan tumpah
diselangkangan Marlena, sebagian menyemprot di belahan memeknya.<br />
<br />
"Iiiih...jadi basah..nih..!" ungkap Marlena sambil mengusap air maniku diselangkangannya.<br />
<br />
"Hangat..licin..ya..?" ungkapnya sambil malu-malu.<br />
<br />
"Apaan sih ini...namanya..?" Marlena bertanya padaku.<br />
<br />
"Hmm..itu namanya air mani..Len..!" jelasku padanya.<br />
<br />
<br />
Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya,
sambil tersenyum. Aku pun menatap Marlena sambil melihat reaksinya
setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marlena tidak
kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang
terlihat dari sikapnya itu.<br />
<br />
Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah
memberiku kesempatan untuk mendekati Marlena gadis kecil yang cantik.<br />
<br />
<br />
Marlenapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke
selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya
kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.<br />
<br />
"Len..makasih ya..udah mau pegang punyaku tadi..!" ungkapku pada Marlena yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.<br />
<br />
"Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?" pintaku pada Marlena.<br />
<br />
"Iya..nggak apa-apa..asal jangan lagi ada orang aja..kan malu..!" ungkap Marlena polos.<br />
<br />
<br />
Setelah itu Marlena pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke
dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi,
pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu
kuajari yang lebih dari itu.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-21294883606404380372014-04-18T17:24:00.002-07:002014-04-18T17:24:49.033-07:00Vagina Rapet TetanggakuSudah<br />
<br />
bertahun-tahun kegiatan ronda malam di lingkungan tempat tinggalku<br />
<br />
berjalan dengan baik. Setiap malam ada satu grup terdiri dari tiga<br />
<br />
orang. Sebagai anak muda yang sudah bekerja aku dapat giliran ronda pada<br />
<br />
malam minggu.<br />
<br />
<br />
Pada<br />
<br />
suatu malam minggu aku giliran ronda. Tetapi sampai pukul 23.00 dua<br />
<br />
orang temanku tidak muncul di pos perondaan. Aku tidak peduli mau datang<br />
<br />
apa tidak, karena aku maklum tugas ronda adalah sukarela, sehingga<br />
<br />
tidak baik untuk dipaksa-paksa. Biarlah aku ronda sendiri tidak ada<br />
<br />
masalah.<br />
<br />
<br />
Karena<br />
<br />
memang belum mengantuk, aku jalan-jalan mengontrol kampung. Biasanya<br />
<br />
kami mengelilingi rumah-rumah penduduk. Pada waktu sampai di samping<br />
<br />
rumah Pak Tadi, aku melihat kaca nako yang belum tertutup. Aku mendekati<br />
<br />
untuk melihat apakah kaca nako itu kelupaan ditutup atau ada orang<br />
<br />
jahat yang membukanya. Dengan hati-hati kudekati, tetapi ternyata kain<br />
<br />
korden tertutup rapi. Kupikir kemarin sore pasti lupa menutup kaca nako,<br />
<br />
tetapi langsung menutup kain kordennya saja. Mendadak aku mendengar<br />
<br />
suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik,<br />
<br />
ternyata suara itu datang dari dalam kamar. Kudekati pelan-pelan, dan<br />
<br />
darahku berdesir, ketika ternyata itu suara orang bersetubuh. Nampaknya<br />
<br />
ini kamar tidur Pak Tadi dan istrinya. Aku lebih mendekat lagi, suaranya<br />
<br />
dengusan nafas yang memburu dan gemerisik dan goyangan tempat tidur<br />
<br />
lebih jelas terdengar. "Ssshh... hhemm... uughh... ugghh, terdengar<br />
<br />
suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu. Jelas itu suara<br />
<br />
Bu Tadi yang ditindih suaminya. Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok,<br />
<br />
nampaknya penis Pak Tadi sedang mengocok liang vagina Bu Tadi. Aduuh,<br />
<br />
darahku naik ke kepala, penisku sudah berdiri keras seperti kayu. Aku<br />
<br />
betul-betul iri membayangkan Pak Tadi menggumuli istrinya. Alangkah<br />
<br />
nikmatnya menyetubuhi Bu Tadi yang cantik dan bahenol itu.<br />
<br />
<br />
"Oohh,<br />
<br />
sshh buuu, aku mau keluar, sshh.... ssshh.." terdengar suara Pak Tadi<br />
<br />
tersengal-sengal. Suara kecepak-kecepok makin cepat, dan kemudian<br />
<br />
berhenti. Nampaknya Pak Tadi sudah ejakulasi dan pasti penisnya<br />
<br />
dibenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Tadi. Selesailah sudah<br />
<br />
persetubuhan itu, aku pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala<br />
<br />
berdenyut-denyut dan penis yang kemeng karena tegang dari tadi.<br />
<br />
<br />
Sejak<br />
<br />
malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan<br />
<br />
suami-istri itu di tempat tidurnya. Walaupun nako tidak terbuka lagi,<br />
<br />
namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca nako yang tidak<br />
<br />
rapat benar. Aku jadi seperti detektip partikelir yang mengamati<br />
<br />
kegiatan mereka di sore hari. Biasanya pukul 21.00 mereka masih melihat<br />
<br />
siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk ke kamar<br />
<br />
tidurnya. Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka.<br />
<br />
Apabila aman, aku akan mendekati kamar mereka. Kadang-kadang mereka<br />
<br />
hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali<br />
<br />
memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur. Tetapi apabila<br />
<br />
mereka masuk kamar, bercakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil<br />
<br />
mereka, jeritan lirih Bu Tadi yang kegelian (barangkali dia digelitik,<br />
<br />
dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Tadi), dapat dipastikan akan<br />
<br />
diteruskan dengan persetubuhan. Dan aku pasti mendengarkan sampai<br />
<br />
selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Tadi dan<br />
<br />
khususnya suara Bu Tadi yang keenakan disetubuhi suaminya.<br />
<br />
<br />
Hari-hari<br />
<br />
selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Tadi juga<br />
<br />
biasa-biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta<br />
<br />
sama istri Pak Tadi itu. Orangnya memang cantik, dan badannya padat<br />
<br />
berisi sesuai dengan seleraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yang<br />
<br />
besar dan bagus. Aku menyadari bahwa hal itu tidak akan mungkin, karena<br />
<br />
Bu tadi istri orang. Kalau aku berani menggoda Bu Tadi pasti jadi<br />
<br />
masalah besar di kampungku. Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari<br />
<br />
kampungku. Tetapi nasib orang tidak ada yang tahu. Ternyata aku akhirnya<br />
<br />
dapat menikmati keindahan tubuh Bu Tadi.<br />
<br />
<br />
Pada<br />
<br />
suatu hari aku mendengar Pak Tadi opname di rumah sakit, katanya<br />
<br />
operasi usus buntu. Sebagai tetangga dan masih bujangan aku banyak waktu<br />
<br />
untuk menengoknya di rumah sakit. Dan yang penting aku mencoba<br />
<br />
membangun hubungan yang lebih akrab dengan Bu Tadi. Pada suatu sore, aku<br />
<br />
menengok di rumah sakit bersamaan dengan adiknya Pak Tadi. Sore itu,<br />
<br />
mereka sepakat Bu Tadi akan digantikan adiknya menunggu di rumah sakit,<br />
<br />
karena Bu Tadi sudah beberapa hari tidak pulang. Aku menawarkan diri<br />
<br />
untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih.<br />
<br />
Terus terang kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga<br />
<br />
itu.<br />
<br />
<br />
Sehabis<br />
<br />
mahgrib aku bersama Bu Tadi pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol,<br />
<br />
mengenai sakitnya Pak Tadi. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang.<br />
<br />
Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah<br />
<br />
lebih kurang ajar. Inikan kesempatan bagus sekali untuk mendekatai Bu<br />
<br />
Tadi.<br />
<br />
"Bu, maaf yaa. ngomong-ngomong Bu Tadi sudah berkeluarga sekitar 3 tahun kok belum diberi momongan yaa", kataku hati-hati.<br />
<br />
"Ya, itulah Dik Budi. Kami kan hanya lakoni. Barangkali Tuhan belum mengizinkan", jawab Bu Tadi.<br />
<br />
"Tapi anu tho bu... anuu.. bikinnya khan jalan terus." godaku.<br />
<br />
"Ooh<br />
<br />
apa, ooh. kalau itu sih iiiya Dik Budi" jawab Bu Tadi agak kikuk.<br />
<br />
Sebenarnya kan aku tahu, mereka setiap minggunya minmal 2 kali<br />
<br />
bersetubuh dan terbayang kembali desahan Bu Tadi yang keenakan. Darahku<br />
<br />
semakin berdesir-desir. Aku semakin nekad saja.<br />
<br />
"Tapi, kok belum berhasil juga yaa bu?" lanjutku.<br />
<br />
"Ya,<br />
<br />
itulah, kami berusaha terus. Tapi ngomong-ngomong kapan Dik Budi<br />
<br />
kimpoi. Sudah kerja, sudah punya mobil, cakep lagi. Cepetan dong. Nanti<br />
<br />
keburu tua lhoo", kata Bu Tadi.<br />
<br />
"Eeh,<br />
<br />
benar nih Bu Tadi. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu.<br />
<br />
Tolong carikan yang kayak Ibu Tadi ini lhoo", kataku menggodanya.<br />
<br />
"Lho, kok hanya kayak saya. Yang lain yang lebih cakep kan banyak. Saya khan sudah tua, jelek lagi", katanya sambil ketawa.<br />
<br />
Aku harus dapat memanfaatkan situasi. Harus, Bu tadi harus aku dapatkan.<br />
<br />
"Eeh,<br />
<br />
Bu Tadi. Kita kan nggak usah buru-buru nih. Di rumah Bu Tadi juga<br />
<br />
kosong. Kita cari makan dulu yaa. Mauu yaa bu, mau yaa", ajakku dengan<br />
<br />
penuh kekhawatiran jangan-jangan dia menolak.<br />
<br />
"Tapi nanti kemaleman lo Dik", jawabnya.<br />
<br />
"Aah, baru jam tujuh. Mau ya Buu", aku sedikit memaksa.<br />
<br />
"Yaa gimana yaa... ya deh terserah Dik Budi. Tapi nggak malam-malam lho." Bu Tadi setuju. Batinku bersorak.<br />
<br />
<br />
Kami berehenti di warung bakmi yang terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol. Jeratku semakin aku persempit.<br />
<br />
"Eeh,<br />
<br />
aku benar-benar tolong dicarikan istri yang kayak Bu Tadi dong Bu.<br />
<br />
benar nih. Soalnya begini bu, tapii eeh nanti Bu Tadi marah sama saya.<br />
<br />
Nggak usaah aku katakan saja deh", kubuat Bu Tadi penasaran.<br />
<br />
"Emangnya kenapa siih." Bu tadi memandangku penuh tanda tanya.<br />
<br />
"Tapi janji nggak marah lho." kataku memancing. Dia mengangguk kecil.<br />
<br />
"Anu bu... tapi janji tidak marah lho yaa."<br />
<br />
"Bu<br />
<br />
Tadi terus terang aku terobsesi punya istri seperti Bu tadi. Aku<br />
<br />
benar-benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan Bu Tadi. Aku<br />
<br />
menyadari ini nggak betul. Bu Tadi kan istri tetanggaku yang harus aku<br />
<br />
hormati. Aduuh, maaf, maaf sekali bu. aku sudah kurang ajar sekali",<br />
<br />
kataku menghiba. Bu Tadi melongo, memandangiku. sendoknya tidak terasa<br />
<br />
jatuh di piring. Bunyinya mengagetkan dia, dia tersipu-sipu, tidak<br />
<br />
berani memandangiku lagi.<br />
<br />
<br />
Sampai<br />
<br />
selesai kami jadi berdiam-diaman. Kami berangkat pulang. Dalam mobil<br />
<br />
aku berpikir, ini sudah telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad<br />
<br />
untuk menaklukkan wanita. Nekad kupegang tangannya dengan tangan kiriku,<br />
<br />
sementara tangan kananku memegang setir. Di luar dugaanku, Bu Tadi<br />
<br />
balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh<br />
<br />
kemenangan. Tidak ada kata-kata, batin kami, perasaan kami telah<br />
<br />
bertaut. Pikiranku melambung, melayang-layang. Mendadak ada sepeda motor<br />
<br />
menyalib mobilku. Aku kaget.<br />
<br />
"Awaas! hati-hati!" Bu Tadi menjerit kaget.<br />
<br />
"Aduh nyalib kok nekad amat siih", gerutuku.<br />
<br />
"Makanya<br />
<br />
kalau nyetir jangan macam-macam", kata Bu tadi. Kami tertawa. Kami<br />
<br />
tidak membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah.<br />
<br />
Sampai di rumah aku hanya sampai pintu masuk, aku lalu pamit pulang.<br />
<br />
<br />
Di<br />
<br />
rumah aku mencoba untuk tidur. Tidak bisa. Nonton siaran TV, tidak<br />
<br />
nyaman juga. Aku terus membayangkan Bu Tadi yang sekarang sendirian,<br />
<br />
hanya ditemani pembantunya yang tua di kamar belakang. Ada dorongan<br />
<br />
sangat kuat untuk mendatangi rumah Bu Tadi. Berani nggaak, berani nggak.<br />
<br />
Mengapa nggak berani. Entah setan mana yang mendorongku, tahu-tahu aku<br />
<br />
sudah keluar rumah. Aku mendatangi kamar Bu Tadi. Dengan berdebar-debar,<br />
<br />
aku ketok pelan-pelan kaca nakonya, "Buu Tadi, aku Budi", kataku lirih.<br />
<br />
Terdengar gemerisik tempat tidur, lalu sepi. Mungkin Bu Tadi bangun dan<br />
<br />
takut. Bisa juga mengira aku maling. "Aku Budi", kataku lirih.<br />
<br />
Terdengar gemerisik. Kain korden terbuka sedikit. Nako terbuka sedikit.<br />
<br />
"Lewat belakang!" kata Bu Tadi. Aku menuju ke belakang ke pintu dapur.<br />
<br />
Pintu terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali. Aku nggak tahan lagi,<br />
<br />
Bu Tadi aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan<br />
<br />
lembut dan mesra, penuh kerinduan. Bu Tadi membalas memelukku, wajahnya<br />
<br />
disusupkan ke dadaku.<br />
<br />
<br />
"Aku nggak bisa tidur", bisikku.<br />
<br />
"Aku juga", katanya sambil memelukku erat-erat.<br />
<br />
Dia<br />
<br />
melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami<br />
<br />
berpelukan lagi, berciuman lagi dengan lebih bernafsu. "Buu, aku kangen<br />
<br />
bangeeet. Aku kangen", bisikku sambil terus menciumi dan membelai<br />
<br />
punggungnya. Nafsu kami semakin menggelora. Aku ditariknya ke tempat<br />
<br />
tidur. Bu Tadi membaringkan dirinya. Tanganku menyusup ke buah dadanya<br />
<br />
yang besar dan empuk, aduuh nikmat sekali, kuelus buah dadanya dengan<br />
<br />
lembut, kuremas pelan-pelan. Bu Tadi menyingkapkan dasternya ke atas,<br />
<br />
dia tidak memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung.<br />
<br />
Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di<br />
<br />
kedua buah dadanya, sampai aku nggak bisa bernapas. Sementara tanganku<br />
<br />
merogoh kemaluannya yang berbulu tebal. Celana dalamnya kupelorotkan,<br />
<br />
dan Bu Tadi meneruskan ke bawah sampai terlepas dari kakinya. Dengan<br />
<br />
sigap aku melepaskan sarung dan celana dalamku. Penisku langsung tegang<br />
<br />
tegak menantang. Bu Tadi segera menggenggamnya dan dikocok-kocok pelan<br />
<br />
dari ujung penisku ke pangkal pahaku. Aduuh, rasanya geli dan nikmat<br />
<br />
sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Tadi, bertelekan<br />
<br />
pada sikut dan dengkulku.<br />
<br />
<br />
Kaki<br />
<br />
Bu Tadi dikangkangkannya lebar-lebar, penisku dibimbingnya masuk ke<br />
<br />
liang vaginanya yang sudah basah. Digesek-gesekannya di bibir<br />
<br />
kemaluannya, makin lama semakin basah, kepala penisku masuk, semakin<br />
<br />
dalam, semakin... dan akhirnya blees, masuk semuanya ke dalam kemaluan<br />
<br />
Bu Tadi. Aku turun-naik pelan-pelan dengan teratur. Aduuh, nikmat<br />
<br />
sekali. Penisku dijepit kemaluan Bu Tadi yang sempit dan licin. Makin<br />
<br />
cepat kucoblos, keluar-masuk, turun-naik dengan penuh nafsu. "Aduuh, Dik<br />
<br />
Budi, Dik Budii... enaak sekali, yang cepaat.. teruus", bisik Bu Tadi<br />
<br />
sambil mendesis-desis. Kupercepat lagi. Suaranya vagina Bu Tadi<br />
<br />
kecepak-kecepok, menambah semangatku. "Dik Budiii aku mau muncaak...<br />
<br />
muncaak, teruus... teruus", Aku juga sudah mau keluar. Aku percepat, dan<br />
<br />
penisku merasa akan keluar. Kubenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu<br />
<br />
Tadi sampai amblaas. Pangkal penisku berdenyut-denyut, spermaku<br />
<br />
muncrat-muncrat di dalam vagina Bu Tadi. Kami berangkulan kuat-kuat,<br />
<br />
napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku<br />
<br />
melayang entah kemana. Selesailah sudah. Kerinduanku tercurah sudah, aku<br />
<br />
merasa lemas sekali tetapi puas sekali.<br />
<br />
<br />
Kucabut<br />
<br />
penisku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas<br />
<br />
kami. Tiada kata-kata yang terucapkan, ciuman dan belaian kami yang<br />
<br />
berbicara.<br />
<br />
"Dik<br />
<br />
Budi, aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku<br />
<br />
harap aku bisa hamil dari spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu.<br />
<br />
Yang tahu bapaknya anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan siapa aku<br />
<br />
membuat anak", katanya sambil mencubitku. Malam itu pertama kali aku<br />
<br />
menyetubuhi Bu Tadi tetanggaku. Beberapa kali kami berhubungan sampai<br />
<br />
aku kimpoi dengan wanita lain. Bu Tadi walaupun cemburu tapi dapat<br />
<br />
memakluminya.<br />
<br />
<br />
Keluarga<br />
<br />
Pak tadi sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yang<br />
<br />
cantik. Apabila di kedepankan, Bu Tadi sering menciumi anak itu,<br />
<br />
sementara matanya melirikku dan tersenyum-senyum manis. Tetanggaku pada<br />
<br />
meledek Bu Tadi, mungkin waktu hamil Bu Tadi benci sekali sama aku.<br />
<br />
Karena anaknya yang cantik itu mempunyai mata, pipi, hidung, dan bibir<br />
<br />
yang persis seperti mata, pipi, hidung, dan bibirku.<br />
<br />
<br />
Seperti<br />
<br />
telah anda ketahui hubunganku dengan Bu Tadi istri tetanggaku yang<br />
<br />
cantik itu tetap berlanjut sampai kini, walaupun aku telah berumah<br />
<br />
tangga. Namun dalam perkimpoianku yang sudah berjalan dua tahun lebih,<br />
<br />
kami belum dikaruniai anak. Istriku tidak hamil-hamil juga walaupun<br />
<br />
penisku kutojoskan ke vagina istriku siang malam dengan penuh semangat.<br />
<br />
Kebetulan istriku juga mempunyai nafsu seks yang besar. Baru disentuh<br />
<br />
saja nafsunya sudah naik. Biasanya dia lalu melorotkan celana dalamnya,<br />
<br />
menyingkap pakaian serta mengangkangkan pahanya agar vaginanya yang<br />
<br />
tebal bulunya itu segera digarap. Di mana saja, di kursi tamu, di dapur,<br />
<br />
di kamar mandi, apalagi di tempat tidur, kalau sudah nafsu, ya aku<br />
<br />
masukkan saja penisku ke vaginanya. Istriku juga dengan penuh gairah<br />
<br />
menerima coblosanku. Aku sendiri terus terang setiap saat melihat<br />
<br />
istriku selalu nafsu saja deh. Memang istriku benar-benar membuat<br />
<br />
hidupku penuh semangat dan gairah.<br />
<br />
<br />
Tetapi<br />
<br />
karena istriku tidak hamil-hamil juga aku jadi agak kawatir. Kalau<br />
<br />
mandul, jelas aku tidak. Karena sudah terbukti Bu Tadi hamil, dan anakku<br />
<br />
yang cantik itu sekarang menjadi anak kesayangan keluarga Pak Tadi.<br />
<br />
Apakah istriku yang mandul? Kalau melihat fisik serta haidnya yang<br />
<br />
teratur, aku yakin istriku subur juga. Apakah aku kena hukuman karena<br />
<br />
aku selingkuh dengan Bu Tadi? aah, mosok. Nggak mungkin itu. Apakah<br />
<br />
karena dosa? Waah, mestinya ya memang dosa besar. Tapi karena<br />
<br />
menyetubuhi Bu Tadi itu enak dan nikmat, apalagi dia juga senang, maka<br />
<br />
hubungan gelap itu perlu diteruskan, dipelihara, dan dilestarikan.<br />
<br />
<br />
Untuk<br />
<br />
mengatur perselingkuhanku dengan Bu Tadi, kami sepakat dengan membuat<br />
<br />
kode khusus yang hanya diketahui kami berdua. Apabila Pak Tadi tidak ada<br />
<br />
di rumah dan benar-benar aman, Bu Tadi memadamkan lampu di sumur<br />
<br />
belakang rumahnya. Biasanya lampu 5 watt itu menyala sepanjang malam,<br />
<br />
namun kalau pada pukul 20.00 lampu itu padam, berarti keadaan aman dan<br />
<br />
aku dapat mengunjungi Bu Tadi. (Anda dapat meniru caraku yang sederhana<br />
<br />
ini. Gratis tanpa bayar pulsa telepon yang makin mahal). Karena dari<br />
<br />
samping rumahku dapat terlihat belakang rumah Bu Tadi, dengan mudah aku<br />
<br />
dapat menangkap tanda tersebut. Tetapi pernah tanda itu tidak ada sampai<br />
<br />
1 atau 2 bulan, bahkan 3 bulan. Aku kadang-kadang jadi agak jengkel dan<br />
<br />
frustasi (karena kangen) dan aku mengira juga Bu Tadi sudah bosan<br />
<br />
denganku. Tetapi ternyata memang kesempatan itu benar-benar tidak ada,<br />
<br />
sehingga tidak aman untuk bertemu.<br />
<br />
<br />
Pada<br />
<br />
suatu hari aku berpapasan dengan Bu Tadi di jalan dan seperti biasanya<br />
<br />
kami saling menyapa baik-baik. Sebelum melanjutkan perjalanannya, dia<br />
<br />
berkata, "Dik Budi, besok malam minggu ada keperluan nggak?"<br />
<br />
"Kayaknya<br />
<br />
sih nggak ada acara kemana-mana. Emangnya ada apa?" jawabku dengan<br />
<br />
penuh harapan karena sudah hampir satu bulan kami tidak bermesraan.<br />
<br />
"Nanti ke rumah yaa!" katanya dengan tersenyum malu-malu.<br />
<br />
"Emangnya<br />
<br />
Pak Tadi nggak ada?" kataku. Dia tidak menjawab, cuma tersenyum manis<br />
<br />
dan pergi meneruskan perjalanannya. Walaupun sudah biasa, darahku pun<br />
<br />
berdesir juga membayangkan pertemuanku malam minggu nanti.<br />
<br />
<br />
Seperti<br />
<br />
biasa malam minggu adalah giliran ronda malamku. Istriku sudah tahu<br />
<br />
itu, sehingga tidak menaruh curiga atau bertanya apa-apa kalau pergi<br />
<br />
keluar malam itu. Aku sudah bersiap untuk menemui Bu Tadi. Aku hanya<br />
<br />
memakai sarung, (tidak memakai celana dalam) dan kaos lengan panjang<br />
<br />
biar agak hangat. Dan memang kalau tidur aku tidak pernah pakai celana<br />
<br />
dalam tetapi hanya memakai sarung saja. Rasanya lebih rileks dan tidak<br />
<br />
sumpek, serta penisnya biar mendapat udara yang cukup setelah seharian<br />
<br />
dipepes dalam celana dalam yang ketat.<br />
<br />
<br />
Waktu<br />
<br />
menunjukkan pukul 22.00. Lampu belakang rumah Bu Tadi sudah padam dari<br />
<br />
tadi. Aku berjalan memutar dulu untuk melihat situasi apakah sudah<br />
<br />
benar-benar sepi dan aman. Setelah yakin aman, aku menuju ke samping<br />
<br />
rumah Bu Tadi. Aku ketok kaca nako kamarnya. Tanpa menunggu jawaban, aku<br />
<br />
langsung menuju ke pintu belakang. Tidak berapa lama terdengar kunci<br />
<br />
dibuka. Pelan pintu terbuka dan aku masuk ke dalam. Pintu ditutup<br />
<br />
kembali. Aku berjalan beriringan mengikuti Bu Tadi masuk ke kamar<br />
<br />
tidurnya. Setelah pintu ditutup kembali, kami langsung berpelukan dan<br />
<br />
berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami. Kami sangat menikmati<br />
<br />
kemesraan itu, karena memang sudah hampir satu bulan kami tidak<br />
<br />
mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Setelah itu, Bu Tadi<br />
<br />
mendorongku, tangannya di pinggangku, dan tanganku berada di pundaknya.<br />
<br />
Kami berpandangan mesra, Bu tadi tersenyum manis dan memelukku kembali<br />
<br />
erat-erat. Kepalanya disandarkan di dadaku.<br />
<br />
<br />
"Paa,<br />
<br />
sudah lama kita nggak begini", katanya lirih. Bu Tadi sekarang kalau<br />
<br />
sedang bermesraan atau bersetubuh memanggilku Papa. Demikian juga aku<br />
<br />
selalu membisikkan dan menyebutnya Mama kepadanya. Nampaknya Bu Tadi<br />
<br />
menghayati betul bahwa Nia, anaknya yang cantik itu bikinan kami berdua.<br />
<br />
"Pak Tadi sedang kemana sih maa", tanyaku.<br />
<br />
"Sedang<br />
<br />
mengikuti piknik karyawan ke Pangandaran. Aku sengaja nggak ikut dan<br />
<br />
hanya Nia saja yang ikut. Tenang saja, pulangnya baru besok sore",<br />
<br />
katanya sambil terus mendekapku.<br />
<br />
"Maa, aku mau ngomong nih", kataku sambil duduk bersanding di tempat tidur. Bu Tadi diam saja dan memandangku penuh tanda tanya.<br />
<br />
"Maa,<br />
<br />
sudah dua tahun lebih aku berumah tangga, tetapi istriku belum<br />
<br />
hamil-hamil juga. Kamu tahu, mustinya secara fisik, kami tidak ada<br />
<br />
masalah. Aku jelas bisa bikin anak, buktinya sudah ada kan. Aku nggak<br />
<br />
tahu kenapa kok belum jadi juga. Padahal bikinnya tidak pernah berhenti,<br />
<br />
siang malam", kataku agak melucu. Bu Tadi memandangku.<br />
<br />
"Pa,<br />
<br />
aku harus berbuat apa untuk membantumu. Kalau aku hamil lagi, aku yakin<br />
<br />
suamiku tidak akan mengijinkan adiknya Nia kamu minta menjadi anak<br />
<br />
angkatmu. Toh anak kami kan baru dua orang nantinya, dan pasti suamiku<br />
<br />
akan sayang sekali. Untukku sih memang seharusnya bapaknya sendiri yang<br />
<br />
mengurusnya. Tidak seperti sekarang, keenakan dia. Cuma bikin doang,<br />
<br />
giliran sudah jadi bocah orang lain dong yang ngurus", katanya sambil<br />
<br />
merenggut manja. Aku tersenyum kecut.<br />
<br />
"Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Aku dihukum tidak punya anak sendiri. Biar tahu rasa", kataku.<br />
<br />
"Ya<br />
<br />
sabar dulu deh paa, mungkin belum pas saja. Spermamu belum pas ketemu<br />
<br />
sama telornya Rina (nama istriku). Siapa tahu bulan depan berhasil",<br />
<br />
katanya menghiburku.<br />
<br />
"Ya mudah-mudahan. Tolong didoain yaa..."<br />
<br />
"Enak<br />
<br />
saja. Didoain? Mustinya aku kan nggak rela Papa menyetubuhi Rina<br />
<br />
istrimu itu. Mustinya Papa kan punyaku sendiri, aku monopoli. Nggak<br />
<br />
boleh punya Papa masuk ke perempuan lain kan. Kok malah minta didoain.<br />
<br />
Gimana siih", katanya manja dan sambil memelukku erat-erat. Benar juga,<br />
<br />
mestinya kami ini jadi suami-istri, dan Nia itu anak kami.<br />
<br />
"Maa,<br />
<br />
kalau kita ngomong-ngomong seperti ini, jadinya nafsunya malah jadi<br />
<br />
menurun lho. Jangan-jangan nggak jadi main nih", kataku menggoda.<br />
<br />
"Iiih, dasar", katanya sambil mencubit pahaku kuat-kuat.<br />
<br />
"Makanya jangan ngomong saja. Segera saja Mama ini diperlakukan sebagaimana mestinya. Segera digarap doong!" katanya manja.<br />
<br />
<br />
Kami<br />
<br />
berpelukan dan berciuman lagi. Tentu saja kami tidak puas hanya<br />
<br />
berciuman dan berpelukan saja. Kutidurkan dia di tempat tidur,<br />
<br />
kutelentangkan. Bu Tadi mandah saja. Pasrah saja mau diapain. Dia<br />
<br />
memakai daster dengan kancing yang berderet dari atas ke bawah. Kubuka<br />
<br />
kancing dasternya satu per satu mulai dari dada terus ke bawah.<br />
<br />
Kusibakkan ke kanan dan ke kiri bajunya yang sudah lepas kancingnya itu.<br />
<br />
Menyembullah buah dadanya yang putih menggunung (dia sudah tidak pakai<br />
<br />
BH). Celana dalam warna putih yang menutupi vaginanya yang nyempluk itu<br />
<br />
aku pelorotkan. Aku benar-benar menikmati keindahan tubuh istri gelapku<br />
<br />
ini. Saat satu kakinya ditekuk untuk melepaskan celana dalamnya, gerakan<br />
<br />
kakinya yang indah, vaginanya yang agak terbuka, aduh pemandangan itu<br />
<br />
sungguh indah. Benar-benar membuatku menelan ludah. Wajah yang ayu, buah<br />
<br />
dada yang putih menggunung, perut yang langsing, vagina yang nyempluk<br />
<br />
dan agak terbuka, kaki yang indah agak mengangkang, sungguh mempesona.<br />
<br />
Aku tidak tahan lagi. Aku lempar sarungku dan kaosku entah jatuh dimana.<br />
<br />
Aku segera naik di atas tubuh Bu Tadi. Kugumuli dia dengan penuh nafsu.<br />
<br />
Aku tidak peduli Bu Tadi megap-megap keberatan aku tindih sepenuhnya.<br />
<br />
Habis gemes banget, nafsu banget sih.<br />
<br />
"Uugh jangan nekad tho. Berat nih", keluh Bu Tadi.<br />
<br />
Aku<br />
<br />
bertelekan pada telapak tanganku dan dengkulku. Penisku yang sudah<br />
<br />
tegang banget aku paskan ke vaginanya. Terampil tangan Bu Tadi<br />
<br />
memegangnya dan dituntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah. Tidak<br />
<br />
ada kesulitan lagi, masuklah semuanya ke dalam vaginanya. Dengan penuh<br />
<br />
semangat kukocok vagina Bu Tadi dengan penisku. Bu Tadi semakin naik,<br />
<br />
menggeliat dan merangkulku, melenguh dan merintih. Semakin lama semakin<br />
<br />
cepat, semakin naik, naik, naik ke puncak.<br />
<br />
"Teruuus, teruus paa.. sshh... ssh..." bisik Bu Tadi<br />
<br />
"Maa, aku juga sudah mau... keluaarr",<br />
<br />
"Yang<br />
<br />
dalam paa... yang dalamm. Keluarin di dalaam Paa... Paa... Adduuh Paa<br />
<br />
nikmat banget Paa..., ouuch..", jeritnya lirih yang merangkulku<br />
<br />
kuat-kuat. Kutekan dalam-dalam penisku ke vaginanyanya. Croot, cruuut,<br />
<br />
crruut, keluarlah spermaku di dalam rahim istri gelapku ini. Napasku<br />
<br />
seperti terputus. Kenikmatan luar biasa menjalar kesuluruh tubuhku. Bu<br />
<br />
Tadi menggigit pundakku. Dia juga sudah mencapai puncak. Beberapa detik<br />
<br />
dia aku tindih dan dia merangkul kuat-kuat. Akhirnya rangkulannya<br />
<br />
terlepas. Kuangkat tubuhku. Penisku masih di dalam, aku gerakkan<br />
<br />
pelan-pelan, aduh geli dan ngilu sekali sampai tulang sumsum. Vaginanya<br />
<br />
licin sekali penuh spermaku. Kucabut penisku dan aku terguling di<br />
<br />
samping Bu Tadi. Bu Tadi miring menghadapku dan tangannya diletakkan di<br />
<br />
atas perutku. Dia berbisik, "Paa, Nia sudah cukup besar untuk punya<br />
<br />
adik. Mudah-mudahan kali ini langsung jadi ya paa. Aku ingin dia seorang<br />
<br />
laki-laki. Sebelum Papa tadi mengeluh Rina belum hamil, aku memang<br />
<br />
sudah berniat untuk membuatkan Nia seorang adik. Sekalian untuk test<br />
<br />
apakah Papa masih joos apa tidak. Kalau aku hamil lagi berarti Papa<br />
<br />
masih joosss. Kalau nanti pengin menggendong anak, ya gendong saja Nia<br />
<br />
sama adiknya yang baru saja dibuat ini." Dia tersenyum manis. Aku diam<br />
<br />
saja. menerawang jauh, alangkah nikmatnya bisa menggendong anak-anakku.<br />
<br />
<br />
Malam<br />
<br />
itu aku bersetubuh lagi. Sungguh penuh cinta kasih, penuh kemesraan.<br />
<br />
Kami tuntaskan kerinduan dan cinta kasih kami malam itu. Dan aku<br />
<br />
menunggu dengan harap-harap cemas, jadikah anakku yang kedua di rahim<br />
<br />
istri gelapku ini? Salam.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-65027780269116253412014-04-18T17:22:00.000-07:002014-04-18T17:22:31.280-07:00Gairah Siswi PKLDulu aku sempat bekerja di sebuah perusahaan swasta nasional yang<br />
<br />
bergerak di bidang automotive di daerah Bekasi. Ditempat itu, sebut saja<br />
<br />
PT. BT, jumlah karyawannya cukup banyak. Tapi bukan itu yang<br />
<br />
menyebabkan aku menurunkan tulisan ini. Selain karyawan, disana terdapat<br />
<br />
beberapa siswi yang sedang melakukan PKL. Diantara siswi tersebut,<br />
<br />
salah satu diantaranya, telah membuat aku seperti kembali merasakan<br />
<br />
cinta (yang dulu pernah hilang bersama Galuh).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Siswi tersebut, kita sebut saja namanya Muti, diperbantukan di<br />
<br />
departemen Personalia, sedangkan aku, bekerja di departemen PPIC.<br />
<br />
Sebenernya ruang kerja kami agak berjauhan, tetapi karena sama-sama<br />
<br />
mengerjakan jenis pekerjaan yang menyangkut dengan data, maka setiap<br />
<br />
hari, kami selalu bertemu ditempat foto copy.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Awalnya sih, aku hanya sekedar mengagumi kecantikannya, karena dengan<br />
<br />
hidung yang bangir, bentuk bibir yang sensual, dihiasi lesung pipit di<br />
<br />
kedua pipinya, membuat semua yang ada didirinya terlihat sempurna. Hari<br />
<br />
demi hari kami terlihat semakin akrab, bahkan banyak teman-temanku yang<br />
<br />
menyangka kalau aku sedang PDKT dengannya. Semua anggapan temanku, tidak<br />
<br />
terlalu aku pikirkan, karena aku merasa, Muti disini sedang belajar dan<br />
<br />
mengerjakan tugas yang diberikan oleh sekolahnya, dan sebagai seorang<br />
<br />
karyawan di PT. BT, aku hanya sekedar membimbing dan membantu, jika<br />
<br />
seandainya ada sesuatu hal yang dia belum mengerti. Hampir dua minggu<br />
<br />
aku mengenalnya, ternyata sikap dan kelakuannya semakin membuat aku<br />
<br />
terpesona.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Ketika aku mendengar gurauan salah seorang temanku, yang mengatakan<br />
<br />
kalau dia berani memberi Rp. 500.000,- kepada Muti, jika Muti mau<br />
<br />
menemaninya selama 2 jam, perasaanku malah semakin care sama si Muti.<br />
<br />
Timbul perasaan cemburu ketika mendengar gurauan itu. Namun aku tidak<br />
<br />
berani untuk mengungkapkannya, karena saat itu diantara aku dan Muti,<br />
<br />
tidak mempunyai hubungan yang terlalu istimewa. Akupun merasa wajar,<br />
<br />
jika temanku berkata demikian, karena dengan wajah secantik itu, jika<br />
<br />
memang Muti memanfaatkan tubuhnya, mungkin harganya bisa diatas Rp.<br />
<br />
350.000, per dua jam (harga tersebut diatas, adalah harga rata-rata<br />
<br />
seorang massage girl yang sudah dianggap cantik).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Suatu ketika, bersama seorang temannya yang bernama Emma, Muti menuju<br />
<br />
meja kerjaku, awalnya sih bertanya tentang sesuatu yang ada hubungannya<br />
<br />
dengan keperluannya, mungkin karena merasa sudah akrab, Muti juga<br />
<br />
bertanya tentang no. HP ku, alasannya sih biar gampang saja, kalau nanti<br />
<br />
dia mau nanya sesuatu. Sambil tetap memperhatikan monitor, aku<br />
<br />
menyebutkan satu persatu nomernya. Ketika mereka ikut memperhatikan cara<br />
<br />
kerjaku, tiba-tiba, "buukk.." tanpa sengaja, tangan Emma menyenggol<br />
<br />
buku yang aku simpan disisi meja. Aku langsung mengambil bukunya dengan<br />
<br />
cara berjongkok.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Alamak.. ketika berjongkok, tanpa sengaja sudut mataku melihat sesuatu<br />
<br />
yang sangat indah, dua pasang paha mulus terpampang didepan wajahku.<br />
<br />
Bukan hanya itu, karena posisi kaki Muti ketika duduk, agak mengangkang,<br />
<br />
maka ketika ku perhatikan, dipangkal pahanya terlihat pemandangan yang<br />
<br />
cukup menggelitik kelelakianku. Ku lihat dia memakai CD berwarna Pink,<br />
<br />
dengan hiasan renda di sisinya. Mungkin karena mereka terlalu fokus<br />
<br />
memperhatikan hasil pekerjaanku, mereka tidak menyadari (atau memang<br />
<br />
sengaja?) kalau di bawah meja, aku sedang menikmati apa yang seharusnya<br />
<br />
mereka tutupi.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Karena takut mengundang kecurigaan dari teman sekerjaku, terpaksa aku<br />
<br />
kembali duduk dan menerangkan tentang cara kerja di PT. BT kepada Muti<br />
<br />
dan Emma. Namun kejadian yang baru saja aku alami, tetap mengganggu<br />
<br />
pikiranku. Mungkin karena aku tidak konsentrasi dengan apa yang sedang<br />
<br />
kami bicarakan, Muti bertanya.<br />
<br />
<br />
"Pak, kok kadang-kadang ngejelasinnya tidak nyambung sih..".<br />
<br />
<br />
Sebenarnya aku malu mendapat pernyataan seperti itu, namun karena merasa<br />
<br />
sudah akrab, aku berbisik kepada Muti dan menceritakan kejadian yang<br />
<br />
sebenarnya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bukannya malu, Muti malah tersenyum mendengarnya.<br />
<br />
<br />
"Kenapa tidak disentuh saja Pak, biar tidak penasaran", goda Muti.<br />
<br />
<br />
Emma yang tidak tahu apa-apa, hanya bengong mendengar pembicaraan kami.<br />
<br />
Sebagai seorang lelaki, mendengar penawaran Muti, aku malah berpikir<br />
<br />
yang tidak-tidak, dan membayangkan apa yang ada dibalik CD nya itu.<br />
<br />
Namun semuanya berusaha aku redam, karena walau bagaimanapun, di PT. BT<br />
<br />
ini, aku harus JAIM (Jaga Imej), agar aku tidak mendapatkan masalah.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bel istirahatpun berbunyi, dan kami langsung menuju kantin untuk makan<br />
<br />
siang. Baru saja aku selesai makan, Muti mendekatiku dan berbisik "besok<br />
<br />
Bapak saya tunggu di Hero sekitar jam 09.00 pagi, ada yang ingin saya<br />
<br />
bicarakan, saya tunggu didepan ATM". Walau singkat, tapi tetap membuatku<br />
<br />
bertanya-tanya, sebenarnya apa-yang akan dibicarakan? Mengapa waktunya<br />
<br />
hari sabtu, padahal kan setiap hari sabtu PT. BT libur. Mengapa dia<br />
<br />
berbisik sangat pelan kepadaku, apa takut terdengar yang lainnya?<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Besoknya, dengan tetap berpakaian rapi (seperti jika mau berangkat<br />
<br />
kerja), aku mengeluarkan motorku dan beralasan lembur kepada kedua orang<br />
<br />
tuaku. Menunggu adalah hal yang sangat membosankan, karena sampai di<br />
<br />
Hero, jam baru menunjukkan angka 07.30, Setelah mencari sarapan, sambil<br />
<br />
ngerokok, aku iseng-iseng ikut ngantri ATM, padahal cuma mau liat saldo<br />
<br />
doang, karena uang yang ada di dompetku, masih ada sekitar Rp.<br />
<br />
400.000,-.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dari jauh, aku sudah tahu kalau gadis yang menuju kearahku adalah si<br />
<br />
Muti, dan pagi ini, dia terlihat sangat sexy, karena Muti hanya<br />
<br />
mengenakan kaos dan celana jeans ketat.<br />
<br />
<br />
"Udah lama ya Pak? Kan Muti janjinya jam 09.00, sekarang baru jam 08.45, Muti tidak salah khan?",<br />
<br />
<br />
"Jangan panggil aku Bapak dech Mut, aku kan belum nikah, dan ini bukan<br />
<br />
di kantor, panggil namaku saja dech, biar bisa lebih akrab".<br />
<br />
<br />
"Ok deh Pak, eh Fik", sambil tersenyum Muti langsung menggandeng tanganku.<br />
<br />
<br />
"Fik, enaknya kita ke mana yach", tanya Muti.<br />
<br />
<br />
"Terserah, emang mau ngomongin apaan, kayaknya pribadi banget".<br />
<br />
<br />
"Ngga juga, Muti seneng saja kalau deket ama Fik, kenapa ya?"<br />
<br />
<br />
"Mau tahu jawabannya", candaku.<br />
<br />
<br />
"Ngga usah Fik, Muti juga udah tahu, Muti rasa Muti menyukai Fik", jawab Muti polos.<br />
<br />
<br />
Tanpa disadari, mungkin karena saking senengnya, aku yang sejak awal<br />
<br />
memang mengagumi Muti, langsung memeluknya. Mendapat perlakuan begitu,<br />
<br />
Muti mencoba melepaskannya, dan mengingatkan, kalau kita masih ada<br />
<br />
dilokasi umum, tidak enak terlihat banyak orang. Akhirnya kami<br />
<br />
memutuskan mencari tempat yang cocok untuk berduaan. Tapi karena yang<br />
<br />
aku tahu cuma hotel tempat satu-satunya yang cocok untuk berduaan tanpa<br />
<br />
takut terlihat orang lain, walau terlihat agak ragu, Muti akhirnya<br />
<br />
menyanggupinya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sekitar jam 09.30, kami sudah sampai di front office hotel BI, dan<br />
<br />
mengambil sebuah kamar dengan fasilitas TV dan AC. Dengan agak ragu Muti<br />
<br />
memasuki pintu kamar (mungkin karena baru pertama kalinya), dan dia<br />
<br />
agak terkejut melihat fasilitas yang terdapat di dalamnya. Apalagi<br />
<br />
ketika dia melihat kamar mandinya.<br />
<br />
<br />
"Enak juga ya Fik, kita bisa ngobrol berduaan disini, tanpa takut akan terdengar atau terlihat oleh orang lain".<br />
<br />
<br />
Muti langsung merebahkan badannya ke ranjang, dan mencari siaran TV yang<br />
<br />
khusus menyiarkan acara musik. Kebetulan banget lagunya adalah<br />
<br />
lagu-lagu romantis, yang secara tidak langsung, ikut mempengaruhi<br />
<br />
suasana hati kami.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lewat aiphone, aku memesan makanan dan soft drink. Ketika aku menyalakan<br />
<br />
rokok, terdengar suara room boy mengetuk pintu dan mengantarkan<br />
<br />
pesananku. Aku mendekati Muti yang sedang rebahan, maksudnya sih mau<br />
<br />
nawarin makanan, tapi Muti langsung bangun dan bertanya.<br />
<br />
<br />
"Fik, apakah Muti salah bila Muti mencintai Fik, Muti sebenernya malu<br />
<br />
mengakuinya, tapi bila tidak diungkapkan, Muti takut kalau Fik tidak<br />
<br />
mengetahui apa sebenernya yang Muti harapkan. Maafin Muti yach, Muti<br />
<br />
udah ngerepotin Fik, padahal kan sekarang waktunya libur dan istirahat,<br />
<br />
tapi Muti malah meminta Fik menemui Muti".<br />
<br />
<br />
Aku terharu juga mendengar kejujuran dan kepolosannya, akhirnya setelah<br />
<br />
mendengarkan semua tentang apa yang ada dihatinya, sambil membelai<br />
<br />
rambutnya (agar perasaannya menjadi lebih tenang), aku pun berusaha<br />
<br />
meyakinkannya, bahwa semua yang dialami, adalah wajar, jika seseorang<br />
<br />
mencintai lawan jenisnya, dan tidak ada yang namanya salah, jika sudah<br />
<br />
menyangkut perasaan hati.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Ketika dia menatapku dengan tatapan yang tajam, secara perlahan aku<br />
<br />
mencium keningnya. Tapi ternyata, yang kulakukan itu malah membuat Muti<br />
<br />
berani untuk membalas ciumanku. Dia langsung melumat bibirku, dan<br />
<br />
seperti seseorang yang tidak mau kehilangan sesuatu, dia memelukku<br />
<br />
dengan erat sekali. Sambil terus menikmati bibirku, tangannya terus<br />
<br />
mengelus dan mengusap seluruh bagian tubuhku. Mungkin beginilah cara dia<br />
<br />
mengungkapkan rasa sayangnya terhadap diriku. Tapi sekarang aku yang<br />
<br />
bingung, karena dengan melihatnya bentuk tubuhnya saja (waktu di<br />
<br />
kantor), bisa membuat aku "konack", sekarang seluruh tubuhnya sudah<br />
<br />
melekat erat ditubuhku (walau masih memakai pakaian lengkap).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Kedua payu-daranya terasa makin mengeras, akhirnya kuputuskan untuk<br />
<br />
menikmati keadaan ini, karena jujur saja, kadang-kadang, dulu akupun<br />
<br />
sering menghayalkan betapa nikmatnya jika bercumbu dengan si Muti,<br />
<br />
apalagi jika berjalan di belakangnya, goyangan pan-tatnya ngajakin kita<br />
<br />
jual tanah (maksudnya ntar duitnya buat ngebayarin pan-tatnya, he.. he..<br />
<br />
he..). tanganku mulai berusaha membuka kaosnya, karena aku tidak mau<br />
<br />
pandanganku yang tertuju kepada kedua payu-daranya, terhalang oleh kaos<br />
<br />
yang ia kenakan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Pelan namun pasti, akhirnya bukan hanya kaosnya yang berhasil aku buka,<br />
<br />
BH nya pun sudah aku lepaskan. Sejenak aku terpana melihat keindahan<br />
<br />
bentuk payu-daranya itu, namun hanya sebentar, karena aku ingin segera<br />
<br />
menikmati dan merasakan keindahan itu, kuremas kedua susunya, dengan<br />
<br />
mesra aku mulai menghisap pu-tingnya yang sudah agak mengeras dan<br />
<br />
berwarna kecoklatan. Kucium dan kujilati bagian tubuhnya, mulai dari<br />
<br />
leher, terus bergerak turun dan menuju pu-tingnya kembali.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
"Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh.. ennaakk banget Fik.. geli.. tapi nick..maatt.. teeruus.. aacchh.."<br />
<br />
<br />
Muti terus meracau menikmatinya. Aku terus merangsangnya, dan mencoba<br />
<br />
membuka celana jeans yang dipakainya, lantaran jeans yang dikenakannya<br />
<br />
sangat ketat, aku kesulitan untuk membukanya, untungnya Muti mengerti,<br />
<br />
dengan agak mengangkat pantatnya, dia mulai mencoba menurunkan jeansnya<br />
<br />
sendiri. Dengan sabar, aku menunggu dan terus mempermainkan susunya.<br />
<br />
Setelah jeansnya terlepas, tangan Muti berusaha untuk membuka semua yang<br />
<br />
aku kenakan. Satu persatu jari tangannya membuka kancing kemejaku, dan<br />
<br />
setelah berhasil membuka baju dan celana yang aku pakai, Muti hanya<br />
<br />
menyisakan CD saja yang masih melekat ditubuhku.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Mungkin dia masih ragu untuk membukanya, karena diapun masih mengenakan<br />
<br />
CD. Walau diwajahnya terlihat, kalau dia sedang diamuk birahi, namun dia<br />
<br />
masih bisa menguasai pikirannya, aku yakin dia merasa takut di cap<br />
<br />
sebagai cewe yang agresif dan takut jika aku tidak menyukai tindakannya.<br />
<br />
Namun aku tetap menikmati suasana yang terjadi di dalam kamar hotel<br />
<br />
ini. Aku terus merangsang birahinya, ciumanku aku arahkan kedaerah<br />
<br />
perutnya, terus kebawah menyusuri lubang pusarnya, dan kedua tanganku,<br />
<br />
bergerak untuk membuka CD yang masih melekat ditubuhnya. Secara perlahan<br />
<br />
aku mencoba membuka CD nya, sambil terus mencumbunya, aku menciumi<br />
<br />
setiap daerah yang baru telihat ketika CD nya mulai bergerak turun. Muti<br />
<br />
sangat menikmati semua sentuhan yang aku berikan, bahkan ketika CD nya<br />
<br />
telah terlepas, dan aku mulai menjilati me-meknya, dia terus mendesah<br />
<br />
dan malah membuka pahanya lebar-lebar agar lidahku bisa menjilati bagian<br />
<br />
dalam me-meknya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dengan keharuman yang khas, me-mek itu telah membuat aku betah<br />
<br />
berlama-lama mencumbuinya. Aku terus menjilati, dan dengan jari<br />
<br />
telunjukku, aku coba merangsang dia dengan memainkan kelen-titnya.<br />
<br />
Semakin aku percepat memainkan jari telunjukku, semakin cepat pula dia<br />
<br />
menggoyangkan pan-tatnya. Muti terus mendesah dan meracau tak karuan.<br />
<br />
<br />
"Aacchh.. terus sayang.. nikmatnya.. teruzzss.. lebih ke dalam lagi<br />
<br />
Fik.. teruuzzss.. yacchh.. benar.. jilati terus yang.. itu.. sayang..<br />
<br />
acchh".<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Karena rangsangan yang dia terima makin hebat, pan-tatnya bukan hanya<br />
<br />
digoyang-goyangkan, tapi malah diangkat-angkat ke atas, mungkin<br />
<br />
tujuannya agar lubang me-meknya yang lebih dalam ikut tersentuh oleh<br />
<br />
lidahku. Dengan bantuan jari-jariku, aku terus mengaduk-aduk isi memek<br />
<br />
Muti, aku sentuh G-Spotnya secara perlahan, dia langsung menggelinjang,<br />
<br />
lalu kuelus G-Spotnya nya dengan jari tengahku, Muti makin liar, seperti<br />
<br />
orang yang sedang ngigau, dia meracau tak karuan, tak jelas suara apa<br />
<br />
yang keluar dari mulutnya, karena yang aku tahu, lubang me-meknya sudah<br />
<br />
sangat basah oleh cairan kemaluannya, seluruh tubuhnya seperti menegang,<br />
<br />
tapi itu tak berlangsung lama, karena, dirinya langsung terdiam dan<br />
<br />
tergolek dengan lemas.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Melihat Muti sudah mencapai orgasme, aku berusaha untuk tenang, tetapi<br />
<br />
kon-tolku sudah sangat tegang (walau masih tertutup oleh CD) dan ingin<br />
<br />
segera merasakan nikmatnya me-mek Muti. Aku segera mencium dan menjilati<br />
<br />
"lubang surga" itu, agar Muti bisa merasakan apa yang namanya multi<br />
<br />
or-gas-me. Usahaku ternyata berhasil, karena hanya dalam beberapa menit,<br />
<br />
tubuhnya kembali bergetar dan menegang. Diiringi desahannya yang sangat<br />
<br />
menggairahkan, Muti kembali merasakan kenikmatan itu.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Karena beberapa kali mengalami or-gas-me, Muti terlihat sangat lelah,<br />
<br />
meski tak dikemukakan, terlihat jelas bahwa dia sangat puas dengan oral<br />
<br />
yang aku lakukan. Dengan tersenyum, dia mencoba untuk melepaskan CD yang<br />
<br />
masih melekat ditubuhku. Tanpa ragu, dia mulai menjilat dan mengulum<br />
<br />
kon-tolku. Mendapat perlakuan seperti itu, aku yang semula mendominasi<br />
<br />
permainan, hanya diam saja menikmati permainan Muti. Dengan bibir<br />
<br />
indahnya, dia mengulum dan mengeluar masukan kon-tolku ke dalam<br />
<br />
mulutnya, dan sesekali, dengan menggunakan kelembutan lidahnya, dia<br />
<br />
mengusap dan menjilat kepala kon-tolku.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gila.. ternyata Muti bukan hanya indah buat dilihat, ternyata Muti<br />
<br />
mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam merangsang dan memanjakan<br />
<br />
kita dalam permainan seksnya. Aku berusaha agar tidak sampai kebobolan<br />
<br />
ketika dia melakukan or-al terhadapku, namun kenyataannya, semua<br />
<br />
sper-maku telah memenuhi mulutnya, ketika secara reflek, aku menjambak<br />
<br />
rambut dan menarik kepalanya sambil mendesah menahan kenikmatan saat<br />
<br />
spermaku akan keluar. Tanpa perasaan jijik, Muti menelan semua sperma<br />
<br />
yang ada di dalam mulutnya, seperti tidak puas, dia menjilati kon-tolku<br />
<br />
yang masih ada sisa-sisa sper-manya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
"Fik, enak juga ya rasa sper-ma lo, gurih-gurih gimana gitu..", kata Muti memuji.<br />
<br />
<br />
Aku hanya tertawa sebentar mendengarnya, karena bola mataku tetap<br />
<br />
memandang lekuk-lekuk tubuh Muti yang telanjang tanpa sehelai benangpun<br />
<br />
menutupinya. Kuperhatikan lagi "lembah" yang dihiasi oleh bulu-bulu<br />
<br />
halus itu, ternyata, warnanya agak memerah, mungkin karena tergesek oleh<br />
<br />
lidah dan jari-jariku.<br />
<br />
<br />
"Makasih ya Mut..", kataku sambil menciumi memeknya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
"Fik, boleh tidak kalau Muti minta me-mek Muti di jilatin lagi, abis enak banget sih..", tanya Muti sambil memohon.<br />
<br />
<br />
"Boleh saja sih, tapi boleh tidak kalau Fik ngentot Muti, soalnya ******<br />
<br />
Fik udah tidak kuat nich, pengen buru-buru berada di dalam me-mek Muti.<br />
<br />
Boleh yach?"<br />
<br />
<br />
"Muti takut Fik, kata temen-temen Muti, rasanya sakit banget, tidak mau ah.. ntar kalau sakit gimana?", tolak Muti.<br />
<br />
<br />
"Pokoknya Muti rasain saja nanti, Fik apa temen Muti yang salah", kataku sambil mulai menjilati me-mek Muti.<br />
<br />
<br />
Dengan melebarkan pahanya, dan mempergunakan kedua tangannya, Muti<br />
<br />
membantu melebarkan me-meknya agar mempermudah ku di dalam mencumbui<br />
<br />
me-meknya. Kujilati klitnya hingga dia menggelinjang tak karuan menahan<br />
<br />
rasa nikmat yang dia terima.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sengaja aku terus menjilati klitnya, agar dia diamuk oleh gairahnya<br />
<br />
sendiri, ketika kulihat tubuhnya mulai menegang, dan mengalami<br />
<br />
or-gas-me, entah untuk yang keberapa kali, aku langsung memindahkan<br />
<br />
cum-buanku kedaerah pu-tingnya yang sudah sangat kencang. Kuciumi bagian<br />
<br />
bawah susunya, kusedot dan kumainkan lidahku di daerah tersebut.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
"Fik.. enak sekali sayang.. acchh.. oohh.."<br />
<br />
<br />
Muti menggelepar menahan bi-rahinya yang semakin besar. Kulihat jari<br />
<br />
lentik Muti mulai bermain dibibir kema-luannya sendiri, dia terus<br />
<br />
mengelus, dan sekali-sekali memasukan jarinya ke dalam lubang me-meknya<br />
<br />
yang sudah sangat basah karena banyaknya cairan pelicin yang keluar dari<br />
<br />
dalam me-meknya. Sambil tetap membenamkan wajahku diantara dua<br />
<br />
gunungnya, tanganku secara perlahan menarik tangan Muti yang sedang asik<br />
<br />
mengeluar masukan jarinya. Awalnya dia menolak, tapi ketika aku bimbing<br />
<br />
jarinya kearah kon-tolku, Muti langsung menggenggam dan mengocoknya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Setelah agak lama, aku meminta Muti agar dia berada diatas tubuhku yang<br />
<br />
sudah dalam posisi berbaring. Dengan perlahan, dia menaiki tubuhku.<br />
<br />
Sengaja aku menggesek-gesekan kon-tolku diantara lubang me-meknya,<br />
<br />
ternyata benar, apa yang aku lakukan telah membuat kenikmatan yang<br />
<br />
dirasakan oleh Muti makin menjadi-jadi, diapun mulai bergerak<br />
<br />
menggesekan kon-tolku ke bagian luar me-meknya. Akhirnya, walau dengan<br />
<br />
posisi berada di bawah, tanpa sepengetahuan Muti, aku berusaha<br />
<br />
mengarahkan kon-tolku agar bisa memasuki lubang me-meknya. Muti terus<br />
<br />
menggerakkan dan menggesekan me-meknya, dan tanpa disadarinya, ternyata<br />
<br />
kepala kon-tolku mulai bergerak memasuki me-meknya ketika dia<br />
<br />
menggerakan pan-tatnya dari atas ke bawah.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Terasa lembut sekali ketika kepala kon-tolku menyentuh bagian dalam dari<br />
<br />
lubang surganya, ada perasaan nikmat yang sulit untuk diungkapkan, dan<br />
<br />
tanpa terasa, sudah seluruh bagian kontolku berada di dalamnya. Seperti<br />
<br />
kesetanan, Muti terus menggoyangkan pantatnya, sesekali terdengar<br />
<br />
rintihan dan erangannya. Akupun terus mengeluar masukan kon-tolku ke<br />
<br />
dalam lubang me-meknya (walau agak sulit karena posisiku berada di<br />
<br />
bawah).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Secara reflek Muti langsung merebahkan tubuhnya diatas tubuhku ketika<br />
<br />
dia sudah mencapai or-gas-menya. Namun karena aku belum or-gas-me, aku<br />
<br />
langsung membalikan badannya agar berada di bawah tubuhku. Dengan<br />
<br />
sedikit santai, aku terus menggerakan "junior"ku, namun karena tubuh<br />
<br />
Muti yang bersih dan terawat, birahiku tidak bisa mengerti jika aku<br />
<br />
ingin lebih lama menikmati kemulusan tubuhnya. Akhirnya sper-maku keluar<br />
<br />
di dalam kehangatan lubang me-meknya.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-33750164185970188932014-04-18T16:00:00.000-07:002014-04-18T16:00:07.834-07:00Sepupuku Yang Pendiam Tapi Nakal<span style="font-size: small;"><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Aku baru selesai mandi sore dan mulai membuka buku untuk dibaca. Tetapi</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kulihat seseorang memasuki halaman dan aku segera menguakkan korden agar</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">lebih jelas siapa yang memasuki halaman itu. Aku kaget dan gembira,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">ternyata yang datang adalah Eva, saudara sepupuku yang kuliah di Surabaya,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">semester pertama, usianya sekitar 19 tahun.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Hai, kamu sukanya bikin kejutan. Kenapa nggak bilang-bilang kalau mau</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">datang?" kataku basa-basi.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Kalau bilang dulu mau nyediain apa.."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Setelah basa-basi kutawarkan mandi dulu agar hilang capeknya. Selesai</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">mandi, ia membereskan kembali tasnya. Sepintas ia melihat dinding di</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">sekeliling kamarku, yang penuh dengan gambar telanjang. Dia tersenyum dan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">berkomentar.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Bagaimana kalau ada anak-anak yang masuk ke kamar ini", aku jawab bahwa</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kamar ini khusus untuk orang yang sudah dewasa.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Kalau begitu ada gambar yang lebih porno lagi dong.."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ada, mau lihat?"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Sebelum menjawab, kuambilkan beberapa foto porno kegemaranku yang kusimpan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">di dalam lemari pakaianku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Mau lihat, nggak apa-apa kok untuk pelajaran aja."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Dengan ragu-ragu ia terima juga foto-foto kategori XX, dan dilihatnya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dengan cermat, entah apa yang berkecamuk di dalam hatinya aku tidak tahu,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tapi terlihat ekspresinya begitu tenang sekali. Entah karena sudah</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">terbiasa, atau karena begitu pandainya ia menyembunyikan perasaannya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Gimana, komentar dong."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ada filmnya nggak?"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Nggak ada, tapi kalau yang asli justru ada", kataku sambil bergurau.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Yang asli mana, coba" aku terkejut mendengar pernyataannya, sampai-sampai</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">aku hampir tidak bisa menjawabnya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Eh, ada tapi itu anu.." aku jadi gugup, sambil kuarahkan jariku ke arah</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kemaluanku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Tapi apa Mas.."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Tapi harus ada gantinya, barter gitulah."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Tapi kalau yang ini aku nggak punya", sambil ujung jarinya menunjukkan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kemaluan pada gambar yang ia pegang.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Yang semacam juga nggak pa-pa"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Yang bener nih", sambil tangannya bersiap-siap mau memegang daerah</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">terlarangku yang masih terbungkus celana.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"He-eh bener", kujawab saja sekenanya, aku kira hanya gertakan saja dia</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">mau memegang kemaluanku. Betapa kagetku ternyata tangannya benar-benar</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">memegang kemaluanku dari luar celana.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Aku tidak bisa bilang apa-apa, selain menikmatinya dengan perasaan senang.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Secara refleks kuraih kepalanya dan kudekap sambil dalam hati berkecamuk</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">memikirkan peristiwa ini. Kalau pacar atau orang lain aku tidak bingung,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tetapi ini adalah saudara sepupuku yang sewaktu kecil sering bermain</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">bersama. Tetapi karena ia terus mengusap kemaluanku dari luar celana, aku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">buang pikiran itu jauh-jauh keraguanku. Keputusanku adalah menikmati saja</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">peristiwa ini.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kucium keningnya, pipinya dan bibirnya. Sambil kugerayangi punggungnya,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">lehernya, pinggangnya, pantatnya dan terakhir buah dadanya. Sebagai</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">penjajakan saja apa reaksinya. Ternyata ia diam saja, bahkan semakin keras</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">memegang selangkanganku. Terus kuciumi bibirnya sampai nafasnya memburu.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kubuka kausnya, dan aku melihat kulit tubuh yang tidak pernah terkena</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">matahari itu demikian menimbulkan birahiku. Kubuka BH-nya dan tambah kagum</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">aku atas keindahannya. Kuelus buah dadanya yang kenyal dan sekali-kali</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kupencet putingnya yang membuat nafasnya makin memburu. Begitu aku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">berusaha mencium buah dadanya, ia mundur sambil menarik tanganku ke arah</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tempat tidur.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Dalam keadaan telentang tampaknya ia sudah siap menerima tindakanku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">berikutnya, buah dadanya yang menantang bergelantungan. Sebelum aku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">mendekatkan diri, aku melepaskan pakaianku hingga tuntas, sehingga batang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kejantananku yang sudah membesar tergantung-gantung mengikuti gerak dan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">langkahku. Bersamaan dengan itu ia melepaskan juga pembungkus tubuhnya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">yang masih tersisa, sehingga kami benar-benar sudah telanjang bulat.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tubuhnya benar-benar mulus, tidak ada cacat, payudaranya sedang, masih</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kencang, puting susunya coklat tua, mendekati hitam, perutnya ramping,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">lipatan kecil di perutnya menunjukkan belum begitu banyak lemak di situ,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">pinggulnya sedang, bulu kemaluannya tipis, sehingga bibir kemaluannya yang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">mengatup dengan rapi terlihat begitu indahnya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Ia raih batang kemaluanku, dan aku mendekatkan diri sehingga mudah baginya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">untuk mengulum dan menjilati batang kejantananku. Sementara tanganku tanpa</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kusadari sudah meraih bibir kemaluannya yang sudah basah. Kuelus-elus</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">bibir kemaluannya sambil kucari dan sesekali kusentuh klitorisnya. Dan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kumasukkan jari tengahnya menggapai dasar kemaluannya. "Jilat kepalanya",</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">aku berbisik kepadanya. Dengan sigapnya ia segera tahu maksudku. Ia segera</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">mulai menjilati kepala kemaluanku yang semakin membesar saja dan mengkilap</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">oleh jilatan. Rasa geli dan nikmat bercampur jadi satu. Birahiku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">benar-benar sudah sampai di ujung, ingin segera mengikuti naluriku untuk</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">segera memasukkan ke dalam liang senggamanya. Tetapi nanti dulu, kuciumi</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dulu tubuh Eva, dari mulai bibir, telinga, leher, buah dada, perut dan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">liang kewanitaannya. Kujilat-jilat klitorisnya yang membuat dia</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">menggelinjang ke kanan kiri tidak karuan, pantatnya dia angkat</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tinggi-tinggi sehingga aku mempunyai ruang yang baik untuk melakukan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kegiatanku menjilati klitorisnya yang sekilas kulihat semakin bengkak dan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">merah.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Sampai suatu saat tubuhnya makin menegang sambil berteriak menyebutkan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">sesuatu yang tidak jelas, bersamaan dengan itu membanjirlah cairan bening</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dari liang kewanitaannya. "Aku sampai Mas, aku sampai Mas.." begitulah</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">ucapan yang kutangkap dengan nafas terengah-engah.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kemudian kuambil posisi untuk menyetubuhinya, kemaluanku yang sudah tegang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dan membesar di ujungnya kusiapkan di depan pintu gerbang kewanitaannya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Dengan bimbingan tangannya, kumasukkan kemaluanku sampai habis tertelan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">oleh liang kenikmatannya. Kembali ia mengerang, sambil memelukku dengan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">keras. Sejenak kudiamkan saja batang kejantananku di dalam. Kurasakan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">pijitan liang kewanitaannya sangat membuatku semakin nikmat. Batang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kejantananku masih kudiamkan terendam di situ.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Eva mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, sampai kusentuh dasar kemaluannya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">yang terasa seperti benjolan yang semakin keras menyentuh-nyentuh kepala</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kemaluanku. Semakin nikmat rasanya, sehingga aku sendiri tidak tahan lagi</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dengan gesekan dan pijitan dari liang senggamanya sehingga otot-otot pada</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tubuhku menegang dan bersamaan dengan itu, tanpa kusadari keluar maniku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">membasahi dan menghangatkan dasar kemaluannya. Kurasakan Eva lagi-lagi</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">mencapai orgasme. Kali ini lebih panjang erangannya, semakin kuat ia</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">memelukku dan gerakan tubuhnya semakin tidak teratur. Kutancapkan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dalam-dalam kemaluanku, hingga kami saling berpelukan. Beberapa detik</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kemudian kami terkulai. Aku masih belum ingin mencabut kemaluanku yang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">bersarang dengan damai di liang sorganya. Kubalik tubuhku sehingga ia</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">menjadi menindihku. Eva benar-benar puas dan sangat-sangat kelelahan.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Beberapa menit kemudian ia sudah tertidur dengan pulas. Kemaluanku yang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">sudah melemah masih berada di dalam liang kewanitaannya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Aku pun tertidur, dengan perasaan lega. Tengah malam kami bangun dan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">bermain lagi sampai puas. Tiap bangun bermain lagi. Sampai akhirnya kami</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">benar-benar tertidur hingga jam 10 pagi. Karena di rumah tempat kost-ku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">cukup tesedia makanan instan. Sehingga hari itu kami bisa melakukan dengan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">sepuas-puasnya, dan kami merasa tidak perlu lagi memakai baju di dalam</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">rumah. Memasak air, menyapu mencuci piring selalu diselingi dengan adegan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">percintaan. Sampai sore hari ia berpamitan kembali ke Surabaya melanjutkan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kuliahnya. Sejak saat itu ia sering ke kotaku. Sampai ia mempunyai pacar</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dan menikah.</span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-88191785449841761022014-04-18T15:58:00.000-07:002015-06-29T14:30:02.495-07:00Tergoda Tante Mona<div style="text-align: left;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;"><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">saja namaku Setio, usiaku 32 tahun, sudah empat tahun perkawinanku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tapi seorang anak belum kami dapatkan. Karena cintaku pada istriku, tidak</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">ada niat untukku berselingkuh, tapi sejak perkenalanku dengan wanita itu,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">aku tergoda untuk selingkuh. Perkenalanku dengan wanita itu berawal 2</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tahun yang lalu, saat kakak istriku mau menikah, kami mengunjungi rumah</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">calon mempelai wanita untuk melamar, aku melihat seorang wanita berumur</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kira-kira 50 tahunan yang kutahu dia adalah istri dari pamannya calon</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">pengantin wanita, dan kutahu kemudian namanya Tante Mona, karena kami</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><a href="https://www.ceritasex17tahun.com/" target="_blank" title="www.ceritasex17tahun.com Merupakan Situs CERITA SEX,Seks,Dewasa dan Mesum terupdate di Indonesia"> CERITA SEX </a>sama-sama panitia perkawinan iparku.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><br /></span></span>
<a href="http://www.ceritasex17tahun.com/" target="_blank"><img alt="www.ceritasex17tahun.com Merupakan Situs CERITA SEX,Seks,Dewasa dan Mesum terupdate di Indonesia" border="0" height="277" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU5OhJh-u70ZiE1inn-nF_sbFDtqAHmzz00M5Ob-YaP4kNDZbpdmVcH9JHWs65iRfd3JmzeTR7Ful1fsbI8dVmO2WylgdwQNo6KdvYj7SwgjXrlbwcn9GOlf5nWER56-qLaenXca76rEXe/s400/download.jpg" title="www.ceritasex17tahun.com Merupakan Situs CERITA SEX,Seks,Dewasa dan Mesum terupdate di Indonesia" width="400" /></a><span style="font-size: small;"><br style="background-color: #fafafa; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><a href="https://www.ceritasex17tahun.com/" title="www.ceritasex17tahun.com Merupakan Situs CERITA SEX,Seks,Dewasa dan Mesum terupdate di Indonesia"> CERITA SEKS </a>Awalnya kuanggap biasa perkenalan ini, tetapi pada waktu hari perkawinan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">iparku, aku terpana melihat kecantikan Tante Mona yang memakai baju kebaya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">bordiran, sehingga lekuk tubuh dan bentuk payudaranya terbayang ditutupi</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kemben (pakaian kain Jawa) hitam yang membuatku ingin sekali melirik</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kemana perginya Tante Mona dan membayangkannya di saat Tante Mona</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">telanjang.</span><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Setelah acara pernikahan itu selesai, otomatis kami jarang sekali bertemu,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">karena Tante Mona harus menemani suaminya yang tugas di Surabaya. Hampir</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">satu tahun lamanya aku ingin melupakan dirinya, tetapi ketika iparku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">memiliki anak, aku bertemu lagi dengan Tante Mona pada waktu menengok</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">bayi. Saat itu Tante Mona mengenakan baju dan jeans ketat, sehingga lekuk</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tubuhnya membayangi lagi pikiranku yang terbawa hingga kutidur.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><a href="https://www.ceritasex17tahun.com/" title="www.ceritasex17tahun.com Merupakan Situs CERITA SEX,Seks,Dewasa dan Mesum terupdate di Indonesia"> CERITA MESUM </a>Sebulan kemudian, ketika acara syukuran bayi iparku, tante Mona datang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dengan suaminya dan ibunya Tante Mona yang duduk di kursi roda akibat</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">sakit stroke yang katanya sudah 4 tahun diderita. Dan dari iparku,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><a href="https://www.ceritasex17tahun.com/" title="www.ceritasex17tahun.com Merupakan Situs CERITA SEX,Seks,Dewasa dan Mesum terupdate di Indonesia"> SITUS CERITA MESUM </a> kuketahui Tante Mona sekarang satu bulan di Jakarta untuk menjaga ibunya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dan satu minggu menemani suaminya di Surabaya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Seminggu setelah itu, temanku datang ke rumah untuk menawarkan bisnis</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"MLM" berbasis food suplement yang dapat membuat beberapa penyakit sembuh.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Langsung pikiranku tertuju kepada ibunya Tante Mona. Setelah dapat nomor</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">telpon Tante Mona dari iparku, aku langsung menghubunginya. Setelah</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">obrolan kami, Tante Mona setuju untuk mencobanya terlebih dahulu. Keesokan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">harinya, ketika aku mengantar obat itu, aku berharap bisa ketemu Tante</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Mona, tapi karena ibunya sedang anval, otomatis aku hanya bertemu</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">pembantunya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><a href="https://www.ceritasex17tahun.com/" title="www.ceritasex17tahun.com Merupakan Situs CERITA SEX,Seks,Dewasa dan Mesum terupdate di Indonesia"> SITUS CERITA SEX </a> Satu minggu kemudian, tiba-tiba HP-ku berdering, sebenarnya aku malas</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">menerimanya karena nomor yang tertera tidak kukenal, tapi dengan agak</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">malas kuterima juga telpon itu yang rupanya dari Tante Mona.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Dik.. Setio, ya..? Disini Tante Mona."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Eh.. iya Tante.. apa khabar..?"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Wah.., Dik.. tante senang loh kayaknya obat yang adik kirim buat ibu</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">bagus sekali, ibu sekarang sudah nggak pakai kursi roda lagi.. kalau</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">begitu tante pesan lagi yach..? Kapan bisa kirim..?"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Selamet deh Tante.. eng.. kalau begitu besok siang deh.. Tante.. saya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kirim ke rumah..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ya.. sudah.. sampai besok yach..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Keesokannya, pukul 11:00 aku ke rumah Tante Mona. Ketika sampai, aku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">disuruh menunggu oleh pembantunya di ruangan yang sepertinya ruang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">perpustakaan. Tidak lama kemudian Tante Mona muncul dari pintu yang lain</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dari tempat kumasuk ruangan itu. Saat itu Tante Mona mengenakan baju model</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">jubah mandi yang panjang dengan tali di pinggangnya, dan mempersilakan aku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">duduk di sofa yang dia pun ikut duduk, sehingga kami berhadapan. Ketika</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dia duduk, satu kakinya disilangkan ke kaki yang lain, sehingga betisnya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">yang bunting padi dan putih bersih terlihat olehku, membuat pikiran</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kotorku kepada Tante Mona muncul lagi.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kami mengobrol panjang lebar, Tante Mona menanyakan hal tentang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">perkawinanku yang sudah 4 tahun tetapi belum dikaruniai keturunan,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">sedangkan dia menceritakan bahwa sebenarnya Tante Mona menikah disaat</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">suaminya telah mempunyai anak yang sekarang sudah kuliah. Setelah hampir</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">satu jam kami mengobrol, Tante Mona mengatakan padaku bahwa ia senang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kalau ibunya sudah agak membaik.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Oh.. ya berapa nih harga obatnya..?"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ah.. sudah Tante, nggak usah, gratis kok, tujuan saya khan yang penting</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Ibu bisa baik."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ah.. nggak lah Dik, Tante ambil dulu yach uangnya di kamar."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tante Mona berdiri dan masuk ke pintu tempat tadi dia datang, tapi pintu</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">itu dibiarkannya terbuka, sehingga kulihat kalau kamar di sebelah ruang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kududuk adalah kamar tidur Tante Mona. Dari dalam dia teriak ke arahku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">menanyakan harganya sambil memanggilku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Dik.. Setio, berapa sih harganya..? Kamu sini deh..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Dengan agak ragu karena perasaanku tidak enak masuk kamar orang lain,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kuhampiri juga Tante Mona.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Begitu sampai di pintu, aku seperti melihat suatu mukjizat, dan tiba-tiba</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">perasaanku terhadap Tante Mona yang pernah ada dalam pikiranku muncul.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tante Mona berdiri di samping tempat tidurnya dengan jubah yang dipakainya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">telah tergeletak di bawah kakinya. Aku melihat tanpa berkedip tubuh Tante</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Mona yang sedang berdiri telanjang dada dan pangkal pahanya tertutup</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">celana dalam berwarna pink memperlihatkan sekumpulan bulu hitam di</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tengah-tengahnya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Dik, kalau kamu nggak mau dibayar sama uang, sama nafsu Tante Mona aja</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">yach..? Kamu mau khan..?"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"E.. e.. eng.. bb.. boleh deh Tante..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tiba-tiba kali ini aku bisa melihat Tante Mona yang setengah bugil dan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">memohon kepadaku untuk melayani nafsunya, kuhampiri dia sambil menutup</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">pintu. Bentuk tubuh Tante Mona sungguh indah di mataku, kulitnya putih</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">bersih, payudara yang berukuran 36B berdiri dengan tegaknya seakan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">menantangku, lekukan paha dan kaki jenjangnya yang indah dan betisnya yang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">bunting padi, persis bentuk tubuhnya penyanyi Jennifer Lopez. Aku seakan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tidak bisa menelan ludahku karena Tante Mona sekarang tepat berdiri di</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">depanku.<span class="Apple-converted-space"> </span></span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Dik.. Setio, layani Tante yach..! Soalnya sudah dua bulan Tante tidak</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dijamah Om.."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Iya.. Tante, ta.. tapi.. kalau anak-anak Tante datang gimana..?"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Anak-anak kalau pulang jam 5:00 sore, lagi itu kan anak-anaknya Om."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ok.. deh Tante, Tante tau nggak, kalau hal ini sudah saya impikan sejak</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">pernikahan Desi, soalnya Tante seksi banget sih waktu itu."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Sekarang.. sudah nggak seksi dong..?"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Oh.. masih.. apa lagi sekarang, Tante kelihatan lebih seksi."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Bibir tipisnya mencium bibirku dengan hangat, sesekali lidahnya dimainkan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">di mulutku, aku pun membalasnya dengan lidahku. Tangan lembutnya mulai</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">melepaskan dasi dan bajuku hingga kami sudah telanjang bagian atasnya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Dada bidangku mulai diciumi dengan nafsunya, sementara lehernya dan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">pundaknya kuciumi. Wangi tubuhnya membuat nafsuku juga meningkat, sehingga</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">batangku mulai mengeras mendesak celana dalamku. Tangannya mengelus</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">celanaku di bagian batangku yang sudah mengeras, sedangkan aku mulai</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">memainkan mulutku di payudaranya yang terbungkus kulit putih bersih,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">putingnya yang putih kemerahan sudah jadi bulan-bulanan lidah dan gigiku,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kugigit dan kusedot, sehingga Tante Mona mengelinjang dan makin keras</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tangannya mencengkram batangku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Celana panjangku mulai dibuka dengan tangan kirinya, lalu celana dalamku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">ditarik turun sehingga batangku sudah dipegang tangan halusnya dan mulai</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">mengocok batangku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Dik.. batangmu besar sekali yach..? Kalau punya Om paling setengahnya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">aja, berapa sih besarnya..?"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Kalau panjangnya 20 cm, kalau diameternya 4 cm."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Wah.. gede banget yach.. pasti Tante puas deh.., boleh Tante isap</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">nggak.."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Aku hanya mengangguk, Tante mona langsung jongkok di hadapanku, batangku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dipegangnya lalu dimainkan lidahnya pada kepala batangku, membuatku agak</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">gelisah keenakan. Batangku yang besar berusaha dimasukkan ke dalam mulut</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">mungilnya, tetapi tidak bisa, akhirnya kepala batangku digigit mulut</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">mungilnya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kira-kira 15 menit, dia berdiri setelah kelelahan mengulum batangku, lalu</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dia merebahkan dirinya di sisi tempat tidur. Kali ini aku yang jongkok</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tepat di sisi kedua kakinya, tangan kananku melepaskan celana dalam</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">pinknya, saat itu juga aroma wangi langsung bertebaran di ruangan yang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">rupanya aroma itu adalah aroma dari vagina Tante Mona yang bentuknya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">sangat indah ditutupi bulu-bulu halus di sekitar liang vaginanya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ah.. Tante Mon.. vagina Tante harum sekali, boleh saya jilatin..?"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ah.. jangan Dik.. kamu nggak jijik, soalnya si Om nggak pernah</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">menjilatinya."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Wah.. payah si Om.. vagina itu paling enak kalau dijilatin, mau yach..</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tante.. enak.. kok..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Iya deh.. kalau kamu nggak jijik."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Paha putihnya sudah kuusap lembut dengan tangan kiriku, sementara jari</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tengah tangan kananku mulai menjamah liang vaginanya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kulihat Tante Mona melirik ke arahku sambil berkata, "Dik.. jilatnya yang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">enak yah..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Aku hanya mengangguk sambil mulai kutempelkan lidahku pada liang vaginanya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">yang rupanya selain wangi rasanya pun agak manis, membuatku semakin</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">bernafsu untuk menjilatinya, sementara kulirik Tante Mona sedang merasakan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">geli-geli keenakan.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ah.. ah.. ssh.. argh.. iya.. yach.. Dik.. enak deh rasanya.. wah kalau</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">gini.. besok-besok mainnya sama Dik Setio aja deh.. sama Om.. ntar-ntar</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">deh.. abis.. enak.. banget.. sih.. Dik Setio mau khan..? Ah.. argh..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Aku tidak menjawab karena lidahku sudah menemukan biji klitoris yang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">rasanya lebih manis lagi dari liangnya, sehingga makin cepat kujilati.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Rasa manisnya seakan-akan tidak pernah hilang. Tante Mona semakin</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">menggelinjang tidak karuan, sementara tangannya menekan kepalaku yang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">seakan dia tidak mau kalau kulepaskan lidahku dari biji klitorisnya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Hampir 30 menit klitoris manis itu kujilati ketika tiba-tiba tubuh Tante</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Mona mengejang-ngejang, dan dari klitoris itu mengalir deras cairan putih</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">bersih, kental dan rasanya lebih manis dari biji klitoris, sehingga dengan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">cepat kutangkap dengan lidahku, lalu kutelan cairan itu sampai habis.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tante Mona pun mendesah dan langsung tubuhnya lemas.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Argh.. argh.. agh.. ssh.. sshh.. eegh.. eegh.. Dik.. Setio.. enak..</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">buangget.. deh.. kamu.. pintar.. membuat.. Tante.. keluar.. yang belum</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">pernah Tante.. keluarin dengan cara begini.. kamu.. hebat deh, agh..</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">agh..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><a href="https://www.ceritasex17tahun.com/" title='www.ceritasex17tahun.com Merupakan Situs CERITA SEX,Seks,Dewasa dan Mesum terupdate di Indonesia' > SITUS CERITA SEKS </a>Kuubah posisi Tante Mona, kali ini kakinya terjuntai ke bawah, lalu</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kuposisikan batangku tepat di liang kemaluannya yang masih agak basah.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Dengan jariku, kurenggangkan liang vaginanya, lalu dengan sedikit</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">hentakan, batang kejantananku kudorong masuk, tapi agaknya vagina itu</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">masih agak sempit, mungkin karena batangku yang besar. Kucoba lagi hingga</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">5 kali tapi belum bisa masuk.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Tante.. Vagina Tante.. sempit.. yach.. padahal saya sudah tekan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">berkali-kali.."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Iya.. dik.. mungkin karena belum pernah melahirkan.. yach.. tapi tekan..</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">aja terus.. biar batang adik.. masuk.. nggak apa-apa kok.. kalau sampai</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">vagina saya robek.."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kucoba lagi batangku kutekan ke dalam vagina Tante Mona. Akhirnya setelah</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">15 kali, Tante Mona menjerit keenakan, masuklah batang kejantananku yang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">super besar itu merobek liang kewanitaannya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ooowww.. argh.. argh.. gila.. hegk.. hegk.. gede.. banget.. sich.. Dik</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">batangmu rasanya nembus ke perut Tante nich.. tapi.. enak.. banget dech..</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">trus.. Dik.. trus.. tekannya.. argh.. argh..!" desahnya tidak menentu.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kulihat Tante Mona berceracau sambil dengan perutnya berusaha menahan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">batangku yang masuk lubang kenikmatannya. Kutekan keluar masuk batangku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">pada vaginanya berkali-kali, tangannya memegang perutku berusaha menahan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tekanan batangku pada vaginanya. Tanganku mulai meremas-remas payudaranya,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kupelintir putingnya dengan jariku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Hampir satu jam Tante Mona melawan permainanku. Tiba-tiba tubuh Tante mona</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">menggelinjang dengan hebatnya, kakinya disepak-sepak seperti pemain bola</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">dan keluarlah cairan dari vaginanya yang membasahi batangku yang masih</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">terjepit di liang senggamanya. Cairan itu terus mengalir, sehingga meluber</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">keluar membuat pahaku dan pahanya basah, tetapi aku belum merasakan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">apa-apa. Yang kukagetkan adalah ketika kulirik cairan yang mambasahi paha</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kami ada tetesan darahnya, aku berpikir bahwa selama ini Tante Mona pasti</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">masih perawan walau sudah berkali-kali main dengan suaminya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kulihat tubuh Tante langsung tergolek loyo, "Argh.. arghh.. ssh.. aawww..</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">oohh.. Dik Setio.. kamu.. e.. emang.. hebat..! Batangmu.. yahud. Aku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">benar-benar puas.. aku.. sudah.. keluar. Besok.. besok.. aku hanya.. mau..</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">memekku.. dihujam.. punyamu.. saja. Ah.. arghh.. ah.. ah.. ah.. ah..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Badan Tante mona langsung kuputar hingga kali ini dia tengkurap, pantatnya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">yang dibungkus kulitnya yang putih bersih dengan bentuk yang padat dan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">sexy, membuat nafsuku bertambah besar. Kuangkat sedikit pantatnya supaya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">agak menungging dan terlihatlah vagina yang tersembunyi di balik badannya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Aku agak menunduk sedikit, sehingga memudahkan lidahku memainkan liang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kemaluannya untuk menjilati sisa-sisa cairan yang baru saja dikeluarkan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">oleh Tante mona. Cairan itu sangat manis rasanya sehingga langsung kuhisap</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">habis.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Setelah cairan itu habis, kutempelkan lagi batang keperkasaanku pada liang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">senggamanya. Karena tadi Tante mona sudah orgasme, jadi liang kemaluannya</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">sedikit lebih lebar dan memudahkanku dalam menekan batang kejantananku</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">untuk masuk ke lubangnya Tante Mona.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Jleb.. bless.. jleb.. bless.. ah.. ah.. sedapnya.. memek.. Tante.. deh..</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">ah..!"<span class="Apple-converted-space"> </span></span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Aku memasukkan batang kejantananku ke liang Tante Mona dengan berceracau,</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">karena liang senggama Tante mona sangat sedap sekali rasanya. Sementara</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kulihat Tante Mona tidak bersuara apa-apa, karena dia sudah tertidur</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">lemas. Batang kejantananku keluar masuk liangnya dengan lembut, sehingga</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">aku pun menikmatinya. Hal itu berlangsung satu jam lamanya. Tiba-tiba</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tante Mona terbangun dan dia mengatakan bahwa dia mau mencapai orgasme</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">yang kedua kalinya, dan meneteslah cairan kental lagi dari liang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kewanitaan Tante mona yang membasahi batang kemaluanku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Agh.. agh.. aawww.. arghh.. sshh.. Dik.. Se.. Setio ka.. kamu memang..</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">he.. hebat..! Tante sampai dua.. kali.. keluar.., tapi.. kamu.. masih</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">tegar.. argh.. sshh..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ah.. Tante.. saya juga sudah.. mau keluar.. saya.. mau.. keluarin.. di</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">luar.. Tante.. agh..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Jangan.. Dik Setio.. keluarin.. aja.. di dalam.. memek.. Tante.. Tante..</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">mau.. coba.. air.. mani.. Dik.. Setio. Siapa tahu nanti.. Tante bisa..</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">hamil.. Keluar di dalam.. yach.. Dik..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tante Mona merengek meminta untuk air maniku harus dikeluarkan di dalam</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">vaginanya, sebenarnya aku agak bingung atas permintaannya, tetapi setelah</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kupikir, aku dan Tante menginginkan seorang keturunan. Akhirnya kulepas</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">cairan maniku ke liang senggamanya dengan sedikit pengharapan.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Crot.. crot.. serr.. serr.. agh.. aghr.. agh.. Tante.. Tante mona.. memek</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tante memang.. luar biasa.. argh.. argh..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ahh.. ahh.. Dik.. air mani.. kamu.. hangat.. sekali.. ahh.. Tante.. jadi</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">segar.. rasanya..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Cairanku dengan derasnya membasahi lubang kemaluan Tante Mona, sehingga</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">agak meluber dan rupanya Tante Mona menyukai air maniku yang hangat.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Akhirnya kami pun ambruk dan langsung tertidur berpelukan.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Aku terbangun dari tidurku ketika batangku sedang dihisap dan dijilat</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tante mona untuk mengeringkan sisa air maniku, jam pun sudah menunjukkan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">waktu 4:30. Aku berpikir bahwa hampir 3 jam aku dan Tante mona berburu</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">nafsu birahi.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Dik Setio, terima kasih yach..! Tante Mona puass deh sama permainan seks</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kamu.. Kamu lebih hebat dari suami saya. Kapan kita bisa main lagi..?</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tante udah pingin main lagi deh.."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Iya Tante, besok pun juga boleh. Habis saya juga puas. Tante bisa</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">mewujudkan mimpi saya selama ini, yaitu menikmati tubuh Tante Mona dan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tante luar biasa melayani saya hampir tiga jam. Wahh, Tante memang luar</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">biasaa.."</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Iya.., kamu pun hebat, Dik Setio. Saya suka sekali ketika batangmu</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">menghujam memek saya. Terlebih air mani kamu, hanggatt.. sekali. Besok</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">kita bisa main lagi khan..?"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Iya.. sayangku. Sekarang kita bersih-bersih, nanti anak dan suamimu</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">datang..!"</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kukecup bibir Tante Mona yang setelah itu kami membersihkan badan kami</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">bersamaan. Di kamar mandi, Tante mona sekali lagi kusodok liang</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">senggamanya sewaktu bershower ria.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Setelah itu, hampir setiap hari aku bertemu Tante Mona untuk memburu nafsu</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">birahi lagi. Hingga sekarang sudah berlangsung 3 bulan lebih lamanya, dan</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">yang agak menyejukkan hati kami berdua bahwa sejak sebulan lalu, Tante</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">mona dinyatakan hamil.</span></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7410112065607478467.post-61218272226609556582014-04-18T15:56:00.001-07:002014-04-18T15:56:27.076-07:00Anak Ibu Kost Yang Nakal<b><span style="font-size: small;"><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Walaupun bulan ini penuh dengan kesibukanku, aku termasuk orang yang sangat susah untuk dapat mengontrol keinginan seks atas wanita. Pengalaman ini kualami beberapa hari sebelum bulan-bulan sibukku yang lalu di tempat kost. Di tempat kost kami berlima dan hanya ada satu-satunya cewek di kost ini, namanya Sari. Aku heran ibu kost menerima anak perempuan di kost ini. Oh, rupanya Sari bekerja di dekat kost sini.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Sari cukup cantik dan kelihatan sudah matang dengan usianya yang relatif sangat muda, tingginya kira-kira 160 cm. Yang membuatku bergelora adalah tubuhnya yang putih dan kedua buah dadanya yang cukup besar. Ahh, kapan aku bisa mendapatkannya, pikirku. Menikmati tubuhnya, menancapkan penisku ke vaginanya dan menikmati gelora kegadisannya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Perlu pembaca ketahui, umurku sudah 35 tahun. Belum menikah tapi sudah punya pacar yang jauh di luar kota. Soal hubungan seks, aku baru pernah dua kali melakukannya dengan wanita. Pertama dengan Mbak Anik, teman sekantorku dan dengan Esther. Dengan pacarku, aku belum pernah melakukannya. Swear..! Beneran.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kami berlima di kost ini kamarnya terpisah dari rumah induk ibu kost, sehingga aku dapat menikmati gerak-gerik Sari dari kamarku yang hanya berjarak tidak sampai 10 meter. Yang gila dan memuncak adalah aku selalu melakukan masturbasi minimal dua hari sekali. Aku paling suka melakukannya di tempat terbuka. Kadang sambil lari pagi, aku mencari tempat untuk melampiaskan imajinasi seksku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Sambil memanggil nama Sari, crot crot crot.., muncratlah spermaku, enak dan lega walau masih punya mimpi dan keinginan menikmati tubuh Sari. Aku juga suka melakukan masturbasi di rumah, di luar kamar di tengah malam atau pagi-pagi sekali sebelum semuanya bangun. Aku keluar kamar dan di bawah terang lampu neon atau terang bulan, kutelanjangi diriku dan mengocok penisku, menyebut-nyebut nama Sari sebagai imajinasi senggamaku. Bahkan, aku pernah melakukan masturbasi di depan kamar Sari, kumuntahkan spermaku menetesi pintu kamarnya. Lega rasanya setelah melakukan itu.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Sari kuamati memang terlihat seperti agak binal. Suka pulang agak malam diantar cowok yang cukup altletis, sepertinya pacarnya. Bahkan beberapa kali kulihat suka pulang pagi-pagi, dan itu adalah pengamatanku sampai kejadian yang menimpaku beberapa hari sebelum bulan itu.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Seperti biasanya, aku melakukan masturbasi di luar kamarku. Hari sudah larut hampir jam satu dini hari. Aku melepas kaos dan celana pendek, lalu celana dalamku. Aku telanjang dengan Tangan kiri memegang tiang dan tangan kanan mengocok penisku sambil kusebut nama Sari. Tapi tiba-tiba aku terhenti mengocok penisku, karena memang Sari entah tiba-tiba tengah malam itu baru pulang.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Dia memandangiku dari kejauhan, melihat diriku telanjang dan tidak dengan cepat-cepat membuka kamarnya. Sepertinya kutangkap dia tidak grogi melihatku, tidak juga kutangkap keterkejutannya melihatku. Aku yang terkejut.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Setelah dia masuk kamar, dengan cuek kulanjutkan masturbasiku dan tetap menyebut nama Sari. Yang kurasakan adalah seolah aku menikmati tubuhnya, bersenggama dengannya, sementara aku tidak tahu apa yang dipikirkannya tentangku di kamarnya. Malam itu aku tidur dengan membawa kekalutan dan keinginan yang lebih dalam.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Paginya, ketika aku bangun, sempat kusapa dia.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Met pagi.." kataku sambil mataku mencoba menangkap arti lain di matanya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kami hanya bertatapan.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Ketika makan pagi sebelum berangkat kantor juga begitu.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Kok semalam sampai larut sih..?" tanyaku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Kok tak juga diantar seperti biasanya..?" tanyaku lagi sebelum dia menjawab.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Iya Mas, aku lembur di kantor, temenku sampai pintu gerbang saja semalam." jawabnya sambil tetap menunduk dan makan pagi.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Semalam nggak terkejut ya melihatku..?" aku mencoba menyelidiki.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Wajahnya memerah dan tersenyum. Wahh.., serasa jantungku copot melihat dan menikmati senyum Sari pagi ini yang berbeda. Aku rasanya dapat tanda-tanda nih, sombongnya hatiku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Rumah kost kami memang tertutup oleh pagar tinggi tetangga sekeliling. Kamarku berada di pojok dekat gudang, lalu di samping gudang ada halaman kecil kira-kira 30 meter persegi, tempat terbuka dan tempat untuk menjemur pakaian. Tanah ibu kostku in cukup luas, kira-kira hampir 50 X 100 m. Ada banyak pohon di samping rumah, di samping belakang juga. Di depan kamarku ada pohon mangga besar yang cukup rindang.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Rasanya nasib baik berpihak padaku. Sejak saat itu, kalau aku berpapasan dengan Sari atau berbicara, aku dapat menangkap gejolak nafsu di dadanya juga. Kami makin akrab. Ketika kami berbelanja kebutuhan Puasa di supermarket, kukatakan terus terang saja kalau aku sangat menginginkannya. Sari diam saja dan memerah lagi, dapat kulihat walau tertunduk.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Aku mengajaknya menikmati malam Minggu tengah malam kalau dia mau. Aku akan menunggu di halaman dekat kamarku, kebetulan semua teman-teman kostku pulang kampung. Yang satu ke Solo, istrinya di sana, tiap Sabtu pasti pulang. Yang satunya pulang ke Temanggung, persiapan Puasa di rumah.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Aku harus siapkan semuanya. Kusiapkan tempat tidurku dengan sprei baru dan sarung bantal baru. Aku mulai menata halaman samping, tapi tidak begitu ketahuan. Ahh, aku ingin menikmati tubuh Sari di halaman, di meja, di rumput dan di kamarku ini. Betapa menggairahkan, seolah aku sudah mendapat jawaban pasti.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Sabtu malam, malam semakin larut. Aku tidur seperti biasanya. Juga semua keluarga ibu kost. Aku memang sudah nekat kalau seandainya ketahuan. Aku sudah tutupi dengan beberapa pakaian yang sengaja kucuci Sabtu sore dan kuletakkan di depan kamarku sebagai penghalang pandangan. Tidak lupa, aku sudah menelan beberapa obat kuat/perangsang seperti yang diiklankan.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tengah malam hampir jam setengah satu aku keluar. Tidak kulihat Sari mau menanggapi. Kamarnya tetap saja gelap. Seperti biasa, aku mulai melepasi bajuku sampai telanjang, tangan kiriku memegangi tiang jemuran dan tangan kananku mengocok penisku. Sambil kusebut nama Sari, kupejamkan mataku, kubayangkan sedang menikmati tubuh Sari. Sungguh mujur aku waktu itu. Di tengah imajinasiku, dengan tidak kuketahui kedatangannya, Sari telah ada di belakangku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tanpa malu dan sungkan dipeluknya aku, sementara tanganku masih terus mengocok penisku. Diciuminya punggungku, sesekali digigitnya, lalu tangannya meraih penisku yang menegang kuat.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Sari.. Sari.. achh.. achh.. nikmatnya..!" desahku menikmati sensasi di sekujur penisku dan tubuhku yang terangkat tergelincang karena kocokan tangan Sari.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Uhh.. achh.. Sari, Sari.. ohh.. aku mau keluar.. ohh.." desahku lagi sambil tetap berdiri.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kemudian kulihat Sari bergerak ke depanku dan berlutut, lalu dimasukkannya penisku ke mulutnya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Oohh Sari.. Uhh Sarii.., Saarrii.. Nikmat sekali..!" desahku ketika mulutnya mengulumi penisku kuat-kuat.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Akhirnya aku tidak dapat menahannya lagi, crott.. crot.. crot.., spemaku memenuhi mulut Sari, membasai penisku dan ditelannya. Ahh anak ini sudah punya pengalaman rupanya, pikirku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Lalu Sari berdiri dengan mulut yang masih menyisakan spermaku, aku memeluknya dan menciuminya. Ahh.., kesampaian benar cita-citaku menikmati tubuhnya yang putih, lembut, sintal dan buah dadanya yang menantang.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kulumati bibirnya, kusapu wajahnya dengan mulutku. Kulihat dia memakai daster yang cukup tipis. BH dan celana dalamnya kelihatan menerawang jelas. Sambil terus kuciumi Sari, tanganku berkeliaran merayapi punggung, dada dan pantatnya. Ahh.. aku ingin menyetubuhi dari belakang karena sepertinya pantatnya sangat bagus. Aku segera melepaskan tali telami dasternya di atas pundak, kubiarkan jatuh di rumput.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Ahh.., betapa manis pemandangan yang kulihat. Tubuh sintal Sari yang hanya dibalut dengan BH dan celana dalam. Wahh.., membuat penisku mengeras lagi. Kulumati lagi bibirnya, aku menelusuri lehernya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ehh.., ehh..!" desis Sari menikmati cumbuanku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Ehh.., ehh..!" sesekali dengan nada agak tinggi ketika tanganku menggapai daerah-daerah sensitifnya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kemudian kepalanya mendongak dan buah dadanya kuciumi dari atas. O my God, betapa masih padat dan montok buah dada anak ini. Aku mau menikmatinya dan membuatnya mendesis-desis malam ini. Tanganku yang nakal segera saja melepas kancing BH-nya, kubuang melewati jendela kamarku, entah jatuh di mana, mungkin di meja atau di mana, aku tidak tahu. Uhh.., aku segera memandangi buah dada yang indah dan montok ini. Wah luar biasa, kuputari kedua bukitnya. Aku tetap berdiri. bergantian kukulumi puting susunya. Ahh.., menggairahkan.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Terkadang dia mendesis, terlebih kalau tangan kananku atau kiriku juga bermain di putingnya, sementara mulutku menguluminya juga. Tubuhnya melonjak-lonjak, sehingga pelukan tangan kanan atau kiriku seolah mau lepas. Sari menegang, menggelinjang-gelinjang dalam pelukanku. Lalu aku kembali ke atas, kutelusuri lehernya dan mulutku berdiam di sana. Tanganku sekarang meraih celana dalamnya, kutarik ke bawah dan kubantu melepas dari kakinya. Jadilah kami berdua telanjang bulat.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kutangkap kedua tangan Sari dan kuajak menjauh sepanjang tangan, kami berpandangan penuh nafsu di awal bulan ini. Kami sama-sama melihat dan menjelajahi dengan mata tubuh kami masing-masing dan kami sudah saling lupa jarak usia di antara kami. Penisku menempel lagi di tubuhnya, enak rasanya. Aku memutar tubuhnya, kusandarkan di dadaku dan tangannya memeluk leherku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kemudian kuremasi buah dadanya dengan tangan kiriku, tangan kananku menjangkau vaginanya. Kulihat taman kecil dengan rumput hitam cukup lebat di sana, lalu kuraba, kucoba sibakkan sedikit selakangannya. Sari tergelincang dan menggeliat-geliat ketika tanganku berhasil menjangkau klitorisnya. Seolah dia berputar pada leherku, mulutnya kubiarkan menganga menikmati sentuhan di klitorisnya sampai terasa semakin basah.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kubimbing Sari mendekati meja kecil yang kusiapkan di samping gudang. Kusuruh dia membungkuk. Dari belakang, kuremasi kedua buah dadanya. Kulepas dan kuciumi punggungnya hingga turun ke pantatnya. Selangkangannya semakin membuka saja seiring rabaanku.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Setelah itu aku turun ke bawah selakangannya, dan dengan penuh nafsu kujilati vaginanya. Mulutku menjangkau lagi daerah sensitif di vaginanya sampai hampir-hampir kepalaku terjepit.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">"Oohh.., ehh.., aku nggak tahan lagi.., masukkan..!" pintanya.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Malam itu, pembaca dapat bayangkan, aku akhirnya dapat memasukkan penisku dari belakang. Kumasukkan penisku sampai terisi penuh liang senggamanya. Saat penetrasi pertama aku terdiam sebelum kemudian kugenjot dan menikmati sensasi orgasme. Aku tidak perduli apakah ada yang mendengarkan desahan kami berdua di halaman belakang. Aku hanya terus menyodok dan menggenjot sampai kami berdua terpuaskan dalam gairah kami masing-masing.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Aku berhasil memuntahkan spermaku ke vaginanya, sementara aku mendapatkan sensasi jepitan vagina yang hebat ketika datang orgasmenya. Aku dibuatnya puas dengan kenyataan imajinasiku malam Minggu itu. Sabtu malam atau minggu dini hari yang benar-benar hebat. Aku bersenggama dengan Sari dalam bebrapa posisi. Terakhir, sebelum posisi konvensioal, aku melakukan lagi posisi 69 di tempat tidur.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Ahh Sari, dia berada dalam pelukanku sampai Minggu pagi jam 8 dan masih tertidur di kamarku. Aku bangun duluan dan agak sedikit kesiangan. Ketika melihat ke luar kamar, ohh tidak ada apa-apa. Kulihat kedua cucu ibu kostku sedang bermain di halaman. Mereka tidak mengetahui di tempat mereka bermain itu telah menjadi bagian sejarah seks hidupku dan Sari.</span><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><br style="background-color: #fafafa; color: #666666; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;" /><span style="background-color: #fafafa; color: #666666; display: inline ! important; float: none; font-family: tahoma; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Pembaca, itulah pengalamanmu dengan Sari di kost. Aku sudah dua malam Minggu bersamanya. Betapa hebat di bulan ini. Aku bisa, aku bisa.. dan mau terus berburu lagi. Ahh.., hidup memang menggairahkan dengan seks, dengan wanita. Hanya, aku harus super selektif memilihnya. Semoga pengalamanku ini berguna buat sobat muda. .</span></span></b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04306909928628746618noreply@blogger.com0