Jumat, 18 April 2014

Gairah Siswi PKL

Dulu aku sempat bekerja di sebuah perusahaan swasta nasional yang

bergerak di bidang automotive di daerah Bekasi. Ditempat itu, sebut saja

PT. BT, jumlah karyawannya cukup banyak. Tapi bukan itu yang

menyebabkan aku menurunkan tulisan ini. Selain karyawan, disana terdapat

beberapa siswi yang sedang melakukan PKL. Diantara siswi tersebut,

salah satu diantaranya, telah membuat aku seperti kembali merasakan

cinta (yang dulu pernah hilang bersama Galuh).




Siswi tersebut, kita sebut saja namanya Muti, diperbantukan di

departemen Personalia, sedangkan aku, bekerja di departemen PPIC.

Sebenernya ruang kerja kami agak berjauhan, tetapi karena sama-sama

mengerjakan jenis pekerjaan yang menyangkut dengan data, maka setiap

hari, kami selalu bertemu ditempat foto copy.




Awalnya sih, aku hanya sekedar mengagumi kecantikannya, karena dengan

hidung yang bangir, bentuk bibir yang sensual, dihiasi lesung pipit di

kedua pipinya, membuat semua yang ada didirinya terlihat sempurna. Hari

demi hari kami terlihat semakin akrab, bahkan banyak teman-temanku yang

menyangka kalau aku sedang PDKT dengannya. Semua anggapan temanku, tidak

terlalu aku pikirkan, karena aku merasa, Muti disini sedang belajar dan

mengerjakan tugas yang diberikan oleh sekolahnya, dan sebagai seorang

karyawan di PT. BT, aku hanya sekedar membimbing dan membantu, jika

seandainya ada sesuatu hal yang dia belum mengerti. Hampir dua minggu

aku mengenalnya, ternyata sikap dan kelakuannya semakin membuat aku

terpesona.




Ketika aku mendengar gurauan salah seorang temanku, yang mengatakan

kalau dia berani memberi Rp. 500.000,- kepada Muti, jika Muti mau

menemaninya selama 2 jam, perasaanku malah semakin care sama si Muti.

Timbul perasaan cemburu ketika mendengar gurauan itu. Namun aku tidak

berani untuk mengungkapkannya, karena saat itu diantara aku dan Muti,

tidak mempunyai hubungan yang terlalu istimewa. Akupun merasa wajar,

jika temanku berkata demikian, karena dengan wajah secantik itu, jika

memang Muti memanfaatkan tubuhnya, mungkin harganya bisa diatas Rp.

350.000, per dua jam (harga tersebut diatas, adalah harga rata-rata

seorang massage girl yang sudah dianggap cantik).




Suatu ketika, bersama seorang temannya yang bernama Emma, Muti menuju

meja kerjaku, awalnya sih bertanya tentang sesuatu yang ada hubungannya

dengan keperluannya, mungkin karena merasa sudah akrab, Muti juga

bertanya tentang no. HP ku, alasannya sih biar gampang saja, kalau nanti

dia mau nanya sesuatu. Sambil tetap memperhatikan monitor, aku

menyebutkan satu persatu nomernya. Ketika mereka ikut memperhatikan cara

kerjaku, tiba-tiba, "buukk.." tanpa sengaja, tangan Emma menyenggol

buku yang aku simpan disisi meja. Aku langsung mengambil bukunya dengan

cara berjongkok.




Alamak.. ketika berjongkok, tanpa sengaja sudut mataku melihat sesuatu

yang sangat indah, dua pasang paha mulus terpampang didepan wajahku.

Bukan hanya itu, karena posisi kaki Muti ketika duduk, agak mengangkang,

maka ketika ku perhatikan, dipangkal pahanya terlihat pemandangan yang

cukup menggelitik kelelakianku. Ku lihat dia memakai CD berwarna Pink,

dengan hiasan renda di sisinya. Mungkin karena mereka terlalu fokus

memperhatikan hasil pekerjaanku, mereka tidak menyadari (atau memang

sengaja?) kalau di bawah meja, aku sedang menikmati apa yang seharusnya

mereka tutupi.




Karena takut mengundang kecurigaan dari teman sekerjaku, terpaksa aku

kembali duduk dan menerangkan tentang cara kerja di PT. BT kepada Muti

dan Emma. Namun kejadian yang baru saja aku alami, tetap mengganggu

pikiranku. Mungkin karena aku tidak konsentrasi dengan apa yang sedang

kami bicarakan, Muti bertanya.


"Pak, kok kadang-kadang ngejelasinnya tidak nyambung sih..".


Sebenarnya aku malu mendapat pernyataan seperti itu, namun karena merasa

sudah akrab, aku berbisik kepada Muti dan menceritakan kejadian yang

sebenarnya.




Bukannya malu, Muti malah tersenyum mendengarnya.


"Kenapa tidak disentuh saja Pak, biar tidak penasaran", goda Muti.


Emma yang tidak tahu apa-apa, hanya bengong mendengar pembicaraan kami.

Sebagai seorang lelaki, mendengar penawaran Muti, aku malah berpikir

yang tidak-tidak, dan membayangkan apa yang ada dibalik CD nya itu.

Namun semuanya berusaha aku redam, karena walau bagaimanapun, di PT. BT

ini, aku harus JAIM (Jaga Imej), agar aku tidak mendapatkan masalah.




Bel istirahatpun berbunyi, dan kami langsung menuju kantin untuk makan

siang. Baru saja aku selesai makan, Muti mendekatiku dan berbisik "besok

Bapak saya tunggu di Hero sekitar jam 09.00 pagi, ada yang ingin saya

bicarakan, saya tunggu didepan ATM". Walau singkat, tapi tetap membuatku

bertanya-tanya, sebenarnya apa-yang akan dibicarakan? Mengapa waktunya

hari sabtu, padahal kan setiap hari sabtu PT. BT libur. Mengapa dia

berbisik sangat pelan kepadaku, apa takut terdengar yang lainnya?




Besoknya, dengan tetap berpakaian rapi (seperti jika mau berangkat

kerja), aku mengeluarkan motorku dan beralasan lembur kepada kedua orang

tuaku. Menunggu adalah hal yang sangat membosankan, karena sampai di

Hero, jam baru menunjukkan angka 07.30, Setelah mencari sarapan, sambil

ngerokok, aku iseng-iseng ikut ngantri ATM, padahal cuma mau liat saldo

doang, karena uang yang ada di dompetku, masih ada sekitar Rp.

400.000,-.




Dari jauh, aku sudah tahu kalau gadis yang menuju kearahku adalah si

Muti, dan pagi ini, dia terlihat sangat sexy, karena Muti hanya

mengenakan kaos dan celana jeans ketat.


"Udah lama ya Pak? Kan Muti janjinya jam 09.00, sekarang baru jam 08.45, Muti tidak salah khan?",


"Jangan panggil aku Bapak dech Mut, aku kan belum nikah, dan ini bukan

di kantor, panggil namaku saja dech, biar bisa lebih akrab".


"Ok deh Pak, eh Fik", sambil tersenyum Muti langsung menggandeng tanganku.


"Fik, enaknya kita ke mana yach", tanya Muti.


"Terserah, emang mau ngomongin apaan, kayaknya pribadi banget".


"Ngga juga, Muti seneng saja kalau deket ama Fik, kenapa ya?"


"Mau tahu jawabannya", candaku.


"Ngga usah Fik, Muti juga udah tahu, Muti rasa Muti menyukai Fik", jawab Muti polos.


Tanpa disadari, mungkin karena saking senengnya, aku yang sejak awal

memang mengagumi Muti, langsung memeluknya. Mendapat perlakuan begitu,

Muti mencoba melepaskannya, dan mengingatkan, kalau kita masih ada

dilokasi umum, tidak enak terlihat banyak orang. Akhirnya kami

memutuskan mencari tempat yang cocok untuk berduaan. Tapi karena yang

aku tahu cuma hotel tempat satu-satunya yang cocok untuk berduaan tanpa

takut terlihat orang lain, walau terlihat agak ragu, Muti akhirnya

menyanggupinya.




Sekitar jam 09.30, kami sudah sampai di front office hotel BI, dan

mengambil sebuah kamar dengan fasilitas TV dan AC. Dengan agak ragu Muti

memasuki pintu kamar (mungkin karena baru pertama kalinya), dan dia

agak terkejut melihat fasilitas yang terdapat di dalamnya. Apalagi

ketika dia melihat kamar mandinya.


"Enak juga ya Fik, kita bisa ngobrol berduaan disini, tanpa takut akan terdengar atau terlihat oleh orang lain".


Muti langsung merebahkan badannya ke ranjang, dan mencari siaran TV yang

khusus menyiarkan acara musik. Kebetulan banget lagunya adalah

lagu-lagu romantis, yang secara tidak langsung, ikut mempengaruhi

suasana hati kami.




Lewat aiphone, aku memesan makanan dan soft drink. Ketika aku menyalakan

rokok, terdengar suara room boy mengetuk pintu dan mengantarkan

pesananku. Aku mendekati Muti yang sedang rebahan, maksudnya sih mau

nawarin makanan, tapi Muti langsung bangun dan bertanya.


"Fik, apakah Muti salah bila Muti mencintai Fik, Muti sebenernya malu

mengakuinya, tapi bila tidak diungkapkan, Muti takut kalau Fik tidak

mengetahui apa sebenernya yang Muti harapkan. Maafin Muti yach, Muti

udah ngerepotin Fik, padahal kan sekarang waktunya libur dan istirahat,

tapi Muti malah meminta Fik menemui Muti".


Aku terharu juga mendengar kejujuran dan kepolosannya, akhirnya setelah

mendengarkan semua tentang apa yang ada dihatinya, sambil membelai

rambutnya (agar perasaannya menjadi lebih tenang), aku pun berusaha

meyakinkannya, bahwa semua yang dialami, adalah wajar, jika seseorang

mencintai lawan jenisnya, dan tidak ada yang namanya salah, jika sudah

menyangkut perasaan hati.




Ketika dia menatapku dengan tatapan yang tajam, secara perlahan aku

mencium keningnya. Tapi ternyata, yang kulakukan itu malah membuat Muti

berani untuk membalas ciumanku. Dia langsung melumat bibirku, dan

seperti seseorang yang tidak mau kehilangan sesuatu, dia memelukku

dengan erat sekali. Sambil terus menikmati bibirku, tangannya terus

mengelus dan mengusap seluruh bagian tubuhku. Mungkin beginilah cara dia

mengungkapkan rasa sayangnya terhadap diriku. Tapi sekarang aku yang

bingung, karena dengan melihatnya bentuk tubuhnya saja (waktu di

kantor), bisa membuat aku "konack", sekarang seluruh tubuhnya sudah

melekat erat ditubuhku (walau masih memakai pakaian lengkap).




Kedua payu-daranya terasa makin mengeras, akhirnya kuputuskan untuk

menikmati keadaan ini, karena jujur saja, kadang-kadang, dulu akupun

sering menghayalkan betapa nikmatnya jika bercumbu dengan si Muti,

apalagi jika berjalan di belakangnya, goyangan pan-tatnya ngajakin kita

jual tanah (maksudnya ntar duitnya buat ngebayarin pan-tatnya, he.. he..

he..). tanganku mulai berusaha membuka kaosnya, karena aku tidak mau

pandanganku yang tertuju kepada kedua payu-daranya, terhalang oleh kaos

yang ia kenakan.




Pelan namun pasti, akhirnya bukan hanya kaosnya yang berhasil aku buka,

BH nya pun sudah aku lepaskan. Sejenak aku terpana melihat keindahan

bentuk payu-daranya itu, namun hanya sebentar, karena aku ingin segera

menikmati dan merasakan keindahan itu, kuremas kedua susunya, dengan

mesra aku mulai menghisap pu-tingnya yang sudah agak mengeras dan

berwarna kecoklatan. Kucium dan kujilati bagian tubuhnya, mulai dari

leher, terus bergerak turun dan menuju pu-tingnya kembali.




"Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh.. ennaakk banget Fik.. geli.. tapi nick..maatt.. teeruus.. aacchh.."


Muti terus meracau menikmatinya. Aku terus merangsangnya, dan mencoba

membuka celana jeans yang dipakainya, lantaran jeans yang dikenakannya

sangat ketat, aku kesulitan untuk membukanya, untungnya Muti mengerti,

dengan agak mengangkat pantatnya, dia mulai mencoba menurunkan jeansnya

sendiri. Dengan sabar, aku menunggu dan terus mempermainkan susunya.

Setelah jeansnya terlepas, tangan Muti berusaha untuk membuka semua yang

aku kenakan. Satu persatu jari tangannya membuka kancing kemejaku, dan

setelah berhasil membuka baju dan celana yang aku pakai, Muti hanya

menyisakan CD saja yang masih melekat ditubuhku.




Mungkin dia masih ragu untuk membukanya, karena diapun masih mengenakan

CD. Walau diwajahnya terlihat, kalau dia sedang diamuk birahi, namun dia

masih bisa menguasai pikirannya, aku yakin dia merasa takut di cap

sebagai cewe yang agresif dan takut jika aku tidak menyukai tindakannya.

Namun aku tetap menikmati suasana yang terjadi di dalam kamar hotel

ini. Aku terus merangsang birahinya, ciumanku aku arahkan kedaerah

perutnya, terus kebawah menyusuri lubang pusarnya, dan kedua tanganku,

bergerak untuk membuka CD yang masih melekat ditubuhnya. Secara perlahan

aku mencoba membuka CD nya, sambil terus mencumbunya, aku menciumi

setiap daerah yang baru telihat ketika CD nya mulai bergerak turun. Muti

sangat menikmati semua sentuhan yang aku berikan, bahkan ketika CD nya

telah terlepas, dan aku mulai menjilati me-meknya, dia terus mendesah

dan malah membuka pahanya lebar-lebar agar lidahku bisa menjilati bagian

dalam me-meknya.




Dengan keharuman yang khas, me-mek itu telah membuat aku betah

berlama-lama mencumbuinya. Aku terus menjilati, dan dengan jari

telunjukku, aku coba merangsang dia dengan memainkan kelen-titnya.

Semakin aku percepat memainkan jari telunjukku, semakin cepat pula dia

menggoyangkan pan-tatnya. Muti terus mendesah dan meracau tak karuan.


"Aacchh.. terus sayang.. nikmatnya.. teruzzss.. lebih ke dalam lagi

Fik.. teruuzzss.. yacchh.. benar.. jilati terus yang.. itu.. sayang..

acchh".




Karena rangsangan yang dia terima makin hebat, pan-tatnya bukan hanya

digoyang-goyangkan, tapi malah diangkat-angkat ke atas, mungkin

tujuannya agar lubang me-meknya yang lebih dalam ikut tersentuh oleh

lidahku. Dengan bantuan jari-jariku, aku terus mengaduk-aduk isi memek

Muti, aku sentuh G-Spotnya secara perlahan, dia langsung menggelinjang,

lalu kuelus G-Spotnya nya dengan jari tengahku, Muti makin liar, seperti

orang yang sedang ngigau, dia meracau tak karuan, tak jelas suara apa

yang keluar dari mulutnya, karena yang aku tahu, lubang me-meknya sudah

sangat basah oleh cairan kemaluannya, seluruh tubuhnya seperti menegang,

tapi itu tak berlangsung lama, karena, dirinya langsung terdiam dan

tergolek dengan lemas.




Melihat Muti sudah mencapai orgasme, aku berusaha untuk tenang, tetapi

kon-tolku sudah sangat tegang (walau masih tertutup oleh CD) dan ingin

segera merasakan nikmatnya me-mek Muti. Aku segera mencium dan menjilati

"lubang surga" itu, agar Muti bisa merasakan apa yang namanya multi

or-gas-me. Usahaku ternyata berhasil, karena hanya dalam beberapa menit,

tubuhnya kembali bergetar dan menegang. Diiringi desahannya yang sangat

menggairahkan, Muti kembali merasakan kenikmatan itu.




Karena beberapa kali mengalami or-gas-me, Muti terlihat sangat lelah,

meski tak dikemukakan, terlihat jelas bahwa dia sangat puas dengan oral

yang aku lakukan. Dengan tersenyum, dia mencoba untuk melepaskan CD yang

masih melekat ditubuhku. Tanpa ragu, dia mulai menjilat dan mengulum

kon-tolku. Mendapat perlakuan seperti itu, aku yang semula mendominasi

permainan, hanya diam saja menikmati permainan Muti. Dengan bibir

indahnya, dia mengulum dan mengeluar masukan kon-tolku ke dalam

mulutnya, dan sesekali, dengan menggunakan kelembutan lidahnya, dia

mengusap dan menjilat kepala kon-tolku.




Gila.. ternyata Muti bukan hanya indah buat dilihat, ternyata Muti

mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam merangsang dan memanjakan

kita dalam permainan seksnya. Aku berusaha agar tidak sampai kebobolan

ketika dia melakukan or-al terhadapku, namun kenyataannya, semua

sper-maku telah memenuhi mulutnya, ketika secara reflek, aku menjambak

rambut dan menarik kepalanya sambil mendesah menahan kenikmatan saat

spermaku akan keluar. Tanpa perasaan jijik, Muti menelan semua sperma

yang ada di dalam mulutnya, seperti tidak puas, dia menjilati kon-tolku

yang masih ada sisa-sisa sper-manya.




"Fik, enak juga ya rasa sper-ma lo, gurih-gurih gimana gitu..", kata Muti memuji.


Aku hanya tertawa sebentar mendengarnya, karena bola mataku tetap

memandang lekuk-lekuk tubuh Muti yang telanjang tanpa sehelai benangpun

menutupinya. Kuperhatikan lagi "lembah" yang dihiasi oleh bulu-bulu

halus itu, ternyata, warnanya agak memerah, mungkin karena tergesek oleh

lidah dan jari-jariku.


"Makasih ya Mut..", kataku sambil menciumi memeknya.




"Fik, boleh tidak kalau Muti minta me-mek Muti di jilatin lagi, abis enak banget sih..", tanya Muti sambil memohon.


"Boleh saja sih, tapi boleh tidak kalau Fik ngentot Muti, soalnya ******

Fik udah tidak kuat nich, pengen buru-buru berada di dalam me-mek Muti.

Boleh yach?"


"Muti takut Fik, kata temen-temen Muti, rasanya sakit banget, tidak mau ah.. ntar kalau sakit gimana?", tolak Muti.


"Pokoknya Muti rasain saja nanti, Fik apa temen Muti yang salah", kataku sambil mulai menjilati me-mek Muti.


Dengan melebarkan pahanya, dan mempergunakan kedua tangannya, Muti

membantu melebarkan me-meknya agar mempermudah ku di dalam mencumbui

me-meknya. Kujilati klitnya hingga dia menggelinjang tak karuan menahan

rasa nikmat yang dia terima.




Sengaja aku terus menjilati klitnya, agar dia diamuk oleh gairahnya

sendiri, ketika kulihat tubuhnya mulai menegang, dan mengalami

or-gas-me, entah untuk yang keberapa kali, aku langsung memindahkan

cum-buanku kedaerah pu-tingnya yang sudah sangat kencang. Kuciumi bagian

bawah susunya, kusedot dan kumainkan lidahku di daerah tersebut.




"Fik.. enak sekali sayang.. acchh.. oohh.."


Muti menggelepar menahan bi-rahinya yang semakin besar. Kulihat jari

lentik Muti mulai bermain dibibir kema-luannya sendiri, dia terus

mengelus, dan sekali-sekali memasukan jarinya ke dalam lubang me-meknya

yang sudah sangat basah karena banyaknya cairan pelicin yang keluar dari

dalam me-meknya. Sambil tetap membenamkan wajahku diantara dua

gunungnya, tanganku secara perlahan menarik tangan Muti yang sedang asik

mengeluar masukan jarinya. Awalnya dia menolak, tapi ketika aku bimbing

jarinya kearah kon-tolku, Muti langsung menggenggam dan mengocoknya.




Setelah agak lama, aku meminta Muti agar dia berada diatas tubuhku yang

sudah dalam posisi berbaring. Dengan perlahan, dia menaiki tubuhku.

Sengaja aku menggesek-gesekan kon-tolku diantara lubang me-meknya,

ternyata benar, apa yang aku lakukan telah membuat kenikmatan yang

dirasakan oleh Muti makin menjadi-jadi, diapun mulai bergerak

menggesekan kon-tolku ke bagian luar me-meknya. Akhirnya, walau dengan

posisi berada di bawah, tanpa sepengetahuan Muti, aku berusaha

mengarahkan kon-tolku agar bisa memasuki lubang me-meknya. Muti terus

menggerakkan dan menggesekan me-meknya, dan tanpa disadarinya, ternyata

kepala kon-tolku mulai bergerak memasuki me-meknya ketika dia

menggerakan pan-tatnya dari atas ke bawah.




Terasa lembut sekali ketika kepala kon-tolku menyentuh bagian dalam dari

lubang surganya, ada perasaan nikmat yang sulit untuk diungkapkan, dan

tanpa terasa, sudah seluruh bagian kontolku berada di dalamnya. Seperti

kesetanan, Muti terus menggoyangkan pantatnya, sesekali terdengar

rintihan dan erangannya. Akupun terus mengeluar masukan kon-tolku ke

dalam lubang me-meknya (walau agak sulit karena posisiku berada di

bawah).




Secara reflek Muti langsung merebahkan tubuhnya diatas tubuhku ketika

dia sudah mencapai or-gas-menya. Namun karena aku belum or-gas-me, aku

langsung membalikan badannya agar berada di bawah tubuhku. Dengan

sedikit santai, aku terus menggerakan "junior"ku, namun karena tubuh

Muti yang bersih dan terawat, birahiku tidak bisa mengerti jika aku

ingin lebih lama menikmati kemulusan tubuhnya. Akhirnya sper-maku keluar

di dalam kehangatan lubang me-meknya.

1 komentar: